Dalam 2 Raja-raja,
umur Ahazia ketika menjadi raja TERTULIS:
"22 tahun", TETAPI dalam 2 Tawarikh: "42 tahun".
JAWAB : (Konteks ayat harus dipahami)
2 Raja-raja 8:26
"Ia berumur dua
puluh dua tahun
pada waktu ia
menjadi raja dan
setahun lamanya ia
memerintah di Yerusalem.
Nama ibunya ialah
Atalya, cucu Omri raja Israel."
Naskah Ibrani Teks Masoretik : "BEN-'ESRÏM {anak dua puluh}
ÛSYETAYIM {dan dua}
SYÂNÂH {tahun} 'AKHAZYÂHÛ
{Ahazia}
VEMOLKHÕ {ia memerintah}
VESYÂNÂH {dan tahun}
'AKHAT {satu} MÂLAKH
{ia memerintah} BÏRÛSYÂLÂIM
{di
Yerusalem}
VESYÊM {dan nama}
'IMÕ {ibunya} 'ATALYÂHÛ
{Atalya}
BAT-'ÂMRÏ {anak perempuan
Omri} MELEKH {raja}
YISRÂ'ÊL {Israel}"
2 Tawarikh 22:2
"Ahazia berumur empat puluh dua tahun pada waktu ia
menjadi raja
dan setahun lamanya ia memerintah di Yerusalem. Nama ibunya
ialah
Atalya, cucu Omri."
Naskah Ibrani Teks
Masoretik: "BEN-'ARBÂ'ÏM {anak
empat
puluh} USYETAYIM {dan
dua} SYÂNÂH {tahun}
'AKHAZYÂHU
{Ahazia} VEMOLKHO {ia
memerintah}
VESYÂNÂH {dan tahun}
'AKHAT {satu} MÂLAKH
{ia
memerintah}
BÏRUSYÂLÂIM {di Yerusalem}
VESYÊM {dan
nama} 'IMO {ibunya}
'ATALYÂHU {Atalya} BAT-'ÂMRÏ
{anak
perempuan Omri}"
Naskah Ibrani Teks
Masoretik menulis bahwa
Atalya adalah
anak perempuan ('bat',
bêt-tâv) dari Omri,
raja Israel; padahal
sebenarnya
Atalya adalah anak
perempuan Ahab [2
Raja-raja 8:18],
putera Omri, sehingga
Atalya adalah cucu
perempuan Omri, namun
dalam keluarga kerajaan,
cucu sering disebut
anak. Jadi kata
('bat',
bêt-tâv) bisa berarti anak perempuan atau cucu perempuan.
Kunci untuk mengerti
permasalahan ini ditemukan di
Perjanjian
Baru. Silsilah raja-raja
dari Tuhan Yesus
Kristus dicatat dalam
Injil menurut Matius. Matius 1:8 berisi daftar raja -raja
dari garis
Daud yang ada beberapa raja terkenal yang tidak dicantumkan.
Bagan berikut membandingkan
Raja-raja Yehuda dalam
Perjanjian Lama dengan catatan Raja-raja di Matius 1:8
Catatan PL
Silsilah Yesus dalam Matius
Asa Asa
Yosafat Yosafat
Yoram/Yehoram Yoram
Ahazia -
Yoas -
Amazia -
Uzia Uzia
Tiga raja Yehuda tidak dihitung dalam Garis Silsilah Yesus Kristus!
Mengapa?
Jawabannya ditemukan di
Keluaran 20:5, Bilangan
14:18
dan Mazmur 109:13-15 dan terlihat dalam karakter
pemerintahan raja-raja jahat ini
(2 Tawarikh 22:2-4).
Faktanya, Ahazia tidak
dihitung sebagai benih Daud.
Leluhurnya mengikuti jejak
kejahatan keluarga Omri. Alkitab menekankan
kedua garis darah
dan pengaruh dari
ibunya, Atalya, yaitu cucu dari Omri serta anak dari Ahab
dan Izebel
(2 Raja-raja 8:18).
Ada Dua Kemungkinan Jawaban
Jawaban 1:
Ahazia berusia 22 tahun (2 Raj 8:26) ketika dia naik takhta
di kerajaan
Yehuda. Dia anak dari Yoram dan Atalya. Ahazia adalah
Pejabat Raja
ketika ayahnya sakit
(2 Taw 21:18)
selama satu tahun
(2 Raj 9:29 -- Tahun
ke-11 pemerintahan Yoram
yang adalah Raja Israel)
dan menjadi
pejabat raja yang
memerintah satu tahun
(Tahun ke-12 Yoram
raja
Israel -2 Raj 8:25). Ahazia naik takhta tahun 894 SM. Jika
kita mundur
42 tahun (yaitu 936 SM), kita tiba pada tahun pertama Omri memerintah.
Dengan kata lain,
Ahazia memang berusia
22 tahun (seperti
tercatat
dalam Kitab Raja-Raja),
namun masa pemerintahannya dihitung
(dalam Kitab Tawarikh)
mulai dari permulaan
dinasti jahat Omri.
Inilah cara Roh
Kudus menyoroti ketidaksetiaan yang
jahat dalam
Garis Kerajaan Daud.
Jadi, Frase "42 tahun"
adalah ungkapan Ibrani
dari "anak laki-laki
dari 42 tahun" yang berarti bahwa itu adalah masa 42 tahun
dari
permulaan dinasti Omri.
Jawaban 2:
Ahazia berusia 42
tahun (2 Tawarikh
22:2) ketika dia
naik takhta
kerajaan Yehuda. Dia bukanlah anak kandung Yoram (yang mati
pada
usia 40 tahun),
tetapi anak angkatnya.
Ibunya adalah istri
ayahnya.
Hitung mundur 20
tahun (ketika Ahazia berusia 22 tahun-2 Raja-Raja
8:26) maka didapat
tahun 914 SM
yang merupakan tahun
ke-8
pemerintahan raja Yehuda bernama Yosafat. Ini adalah waktu
Yosafat
berbesanan
dengan Ahab (2
Tawarikh 18:1), yang
kita tahu dalam
tahun ke-3 Yosafat
memerintah, dia memerintahkan
kebangkitan
rohani bangsa Yehuda
(2 Tawarikh 17:7-9),
kerajaannya menjadi
makmur (2 Tawarikh 17:12).
Dari 2 Tawarikh
18 dinyatakan bahwa
beberapa tahun setelah
persekutuan ini berlangsung,
Ahab dan Yosafat
bergabung dalam
kekuatan militer melawan
Siria (2 Taw
18:2). Kedua raja
ini pergi
berperang (2 Taw 18:28) dan raja Ahab terbunuh (2 Taw 18:33-34).
Sebelum peperangan terjadi, Nabi Tuhan bernama Mikha
dirantai dan
dikembalikan ke penguasa kota yaitu Amon, dimana Yoas satu
tahun
memerintah
sebagai anak raja,
tinggal (1 Raja-raja
22:26). Dalam
bagian ini, kita
menemukan pernyataan yang
terungkap: Yoas, anak
kandung Ahazia (2
Taw 22:11) disebut
―anak raja‖, yang
mengindikasikan
bahwa Ahazia adalah
sudah menjadi raja!
Bagaimana hal ini
mungkin? Mungkin, dalam
hubungan besanan
Yosafat dengan Ahab,
Ahazia diurapi menjadi
raja pada waktu
ini,
serpihan
teka-teki menjadi cocok.
Dengan kata lain,
Ahazia diurapi
menjadi raja pada usia 22 namun akhirnya baru memerintah
Kerajaan
Yehuda 20 tahun kemudian pada usia 42 tahun.
Firman Tuhan tidak
memberikan semua detail pertalian antara kedua
raja ini. Dengan
jelas, solusi ini
mungkin karena dalam
2 Tawarikh
21:2 Yosafat diberi
gelar "Raja Israel!".
Lagi pula, ketika
putra
Yosafat bernama Yehoram/Yoram
akhirnya memperoleh kekuasaan
atas seluruh Yehuda, dia bukan hanya membunuh
saudara-saudaranya,
namun juga para
pemimpin/pangeran Israel (2
Taw 21:4). Mengapa
dia lakukan hal
itu jika mereka
bukan ancaman untuk takhta
bangsa
Yehuda?
Bukan hanya itu,
tapi Ahazia sungguh-sungguh merasa "nyaman di
rumah" dalam Istana
Kerajaan Israel (2
Taw 22:6). Mungkin
saja
kedua raja tertarik
untuk menyatukan kembali
dua kerajaan yang
terbagi selama 70
tahun- niscaya dengan
motif yang berbeda.
Ahab
(dan atau Izebel!) berkonspirasi menghasilkan raja dari
keturunannya
atas Kerajaan Yehuda
setelah kematian Yosafat-satu
langkah yang
mana akan diperuntukkan
bagi Ahazia (yang
ibunya adalah putri
Ahab) di masa
depan. Ketika rencana Ahab untuk
membuat Yosafat
terbunuh dalam peperangan ternyata ketahuan (2 Taw 18:29,
31-33),
Ahazia harus menunggu
20 tahun untuk
memerintah. Dalam hal
ini,
Ahazia benar 22 tahun dan 42 tahun ketika dia mulai
memerintah, 22
tahun ketika diurapi, 42 tahun ketika duduk ditakhta.
Pertanyaan yang
tertinggal adalah siapa ayah kandung Ahazia? Hubungan besan
antara
Ahab dan Yosafat
memunculkan suatu kotoran-fakta
kekusutan
jaring! Pertimbangkan bahwa Ahazia dianggap sebagai:
1. Anak Yoram (2 Taw
22:1). Sejak Ahazia dua tahun lebih tua
dari "ayahnya" Yoram, dia
harus membuat anak
angkatnya
dibawa dalam hubungan
dengan ibunya Atalia
ketika Atalia
menikahi Yoram. Penafsiran
pertama tidak mungkin,
karena
jika Ahazia menduduki
takhta pada usia
42 tahun setelah
ayahnya wafat, terdapat perbedaan usia, Ahazia menjadi lebih
tua 2 tahun
daripada ayahnya. Yoram,
ayah Ahazia menjadi
raja pada usia 32 tahun, memerintah selama 8 tahun kemudian
wafat (2 Tawarikh
21:5), berarti usia
Yoram mencapai 40
tahun, tidak mungkin saat itu Ahazia berusia 42 tahun.
2. Anak menantu
Ahab (2 Raj
7:27). Hubungan ini
akan
ditetapkan dengan pernikahannya dengan Zibya (2 Taw 24:1)
yang pasti merupakan
salah satu dari
putri atau cucu
perempuan Ahab.
3. Anak Yosafat
(2 Taw 22:9).
Ini kelihatannya yang
membuat
Ahazia diberikan tempat
layak dalam penguburannya
sebagai
penghormatan karena fakta bahwa dia adalah putra Yosafat (2
Taw 22:9). Dapatkah itu dalam waktu dulu, Yosafat mengikuti
adat mempererat hubungan antar kerajaan (1 Raj 3:1) dengan
berdiskusi
dengan Atalia, anak
Ahab. Tampaknya point
ini
menyatakan dalam catatan
Alkitab untuk memberikan
detail
cukup untuk setiap orang agar tahu dengan pasti.
Tuhan yang Maha Kuasa tidak pernah disenangkan dengan
hubungan
yang tidak kudus
(2 Kor 6:14-17).
Tuhan tidak berkenan
dengan
pemerintahan
Yehoram dan Azarya,
yang keduanya mencari
dan
memperkenalkan
penyembahan Dewa Baal
kepada bangsa Yehuda termasuk Yoas. Mereka diabaikan/dihilangkan dari
silsilah Yesus Juruselamat.
Ketika Ahazia mati,
Tuhan sendiri memotong
keluarga Ahab dari garis raja-raja (2 Taw 22:7-9).
Jadi kedua ayat
di atas sudah
tepat yaitu 22
tahun (dalam 2
RajaRaja 8:26) dan
42 tahun (dalam
2 Tawarikh 22:2).Jadi ada dua kemungkinan/alternatif sebagai jawaban. Tidak ada
kesalahan dalam penyalinan atau penerjemahan.
Sumber acuan: Jurnal Teologi FEBC Singapura, The Burning Bush
Vol 10 No 2 (July 2004) halaman 86-92.