Injil
Yohanes adalah sebuah kitab khusus dan istimewa dalam penyajiannya tentang
Yesus Kristus. Yohanes sebagai penulis, memusatkan tulisannya pada Yesus
sebagai Mesias dan Putera Allah. Kristologi yang disampaikannya adalah jelas.
Sebagai saksi mata yang langsung melihat kehidupan Yesus, dia menggambarkan
pribadi Tuhan secara langsung dengan mengikuti perkataan-perkataan Tuhan
sendiri yang didengarnya.
Di
dalam Injil Yohanes ini terdapat perkataan-perkataan Tuhan yang memakai
ungkapan “Aku adalah” (εγω ειμι).
Pemakaian ungkapan ini sangat berhubungan dengan nama Tuhan Allah yang tercatat
di Perjanjian Lama yakni Jehovah. Yang paling jelas terlihat di PL tentang pemakaian
ungkapan ini ialah ketika Tuhan Allah memberitahukan namaNya kepada Musa (Kel.
3:14). Di ayat ini Tuhan Allah berkata tentang namaNya yakni “Aku adalah Aku”
(LXX : ego eimi ho on).
Dalam
pemakaian ungkapan ini (εγω ειμι),
Yohanes mencatat perkataan Tuhan yang menggunakannya dengan dua bentuk yang
berbeda. Tujuh kali Tuhan berkata memakai ungkapan ini dengan disertai predikat
(titel) secara langsung. Sedangkan sisanya memakai ungkapan ini tanpa disertai
predikat secara langsung.
PENGGUNAAN “AKU ADALAH” DENGAN
TITEL
A.
Yoh.
6 : 35, 48, 51
Di ayat-ayat ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia
adalah ‘Roti Hidup’ (εγω ειμι ο αρτος της ζωης).
Pengakuan Tuhan Yesus ini terjadi dalam hubungan dengan mujizat memberi makan
lima ribu orang (6:1-15). Sehari kemudian setelah mujizat itu terjadi, orang
banyak yang telah mengalami mujizat itu pergi mencari Yesus. Setelah mereka
bertemu dengan Yesus, terlihat jelas apa yang menjadi motivasi mereka. Mereka
terfokus kepada pemenuhan kebutuhan makanan jasmani. Orang-orang ini mencari
Yesus hanya agar kebutuhan jasmani mereka itu terus terpenuhi dengan
mujizat-mujizat Tuhan. Di ayat 27 Tuhan menyuruh mereka bekerja untuk makanan
yang tidak akan binasa sampai kepada hidup yang kekal. Arti bekerja disini
dijelaskan di ayat 29 yakni percaya pada Dia yang diutus Allah yakni Yesus
sendiri.
Ketika orang banyak itu meminta suatu tanda lagi
dari Tuhan dan mulai membandingkan
mujizat Yesus memberi roti itu dengan mujizat manna di PL, Yesus menjelaskan
posisi Musa dan manna itu. Yesus menjelaskan bahwa bukanlah Musa yang
memberikan manna kepada Israel melainkan BapaNya sendiri. Allah sendirilah yang
memberikan manna (roti) itu dari surga sehingga bangsa Israel tidak mati
kelaparan. Ketika Tuhan menjelaskan hal ini, Dia juga menyatakan bahwa pada
saat itu juga Bapa sedang memberikan roti dari surga kepada mereka. Ketika
orang banyak meminta roti itu kepadaNya, Yesus mengatakan bahwa Dialah roti hidup
yang dari surga itu yang memberikan hidup bagi siapapun yang datang dan percaya
kepadaNya. Dari ayat 51 terlihat bahwa roti yang akan diberikan oleh Yesus
ialah “dagingKu”. Hal ini bukanlah menunjuk kepada Perjamuan Tuhan tetapi
kepada pengorbananNya diatas kayu salib.
Jadi pemakaian kalimat “Aku adalah roti hidup”
menunjukkan bahwa melalui Yesus hidup kekal itu diberikan. Barangsiapa yang
makan roti itu yakni yang percaya kepadaNya memiliki hidup yang kekal. Jikalau
roti secara jasmani dapat memberikan kehidupan secara jasmani, terlebih lagi
roti dari surga yang mampu memberikan hidup yang kekal.
B.
Yoh.
8 : 12; 9 : 5
Di ayat-ayat ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia
adalah ‘Terang Dunia’ (εγω ειμι το φως του κοσμου).
Pernyataan Tuhan ini berhubungan dengan mujizat yang dilakukanNya yaitu
menyembuhkan seorang yang buta sejak dari lahirnya (ps 9). Orang buta ini
tentunya tidak dapat melihat Yesus, tetapi Tuhan berkata bahwa kebutaan orang
itu bukanlah dosa dia atau orang-tuanya. Ada maksud yang khusus dari kebutaan
orang itu yang akan dipakai oleh Yesus untuk menjelaskan hal yang sangat
penting yakni Dia sebagai terang dunia.
Kepada orang buta itu Tuhan menunjukkan kasih dan
kuasaNya yang besar. Bukan orang itu yang melihat tetapi Tuhanlah yang pertama
kali melihat Dia. Dari sini terlihat kasih Tuhan yang besar terhadap
orang-orang yang memerlukan pertolongan. Orang buta itu dapat digambarkan
seperti semua orang di dunia ini yang membutuhkan pertolongan dari Tuhan. Dan
bukanlah manusia yang pertama mencari Tuhan tetapi Tuhanlah yang pertama
mencari manusia untuk diselamatkan. Setelah orang buta itu disembuhkan, dia
diinterogasi oleh orang-orang Farisi yakni orang-orang yang tidak senang kepada
Yesus, terlebih lagi karena tindakan melakukan mujizat itu terjadi di hari Sabat
yang sangat ditentang oleh mereka. Setelah orang yang tadinya buta itu diusir
oleh orang-orang Farisi, Yesus menemui dia dan menjelaskan siapa diriNya. Dia
adalah Anak Allah yang membawa penghakiman. Kata Yesus: “Aku datang ke
dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat
melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” (9:39). Perkataan Yesus ini didengar
oleh orang-orang Farisi dan mereka menanyakan hal itu kepadaNya. Mereka melihat
bahwa mereka tidak buta dan tentunya kiasan Yesus itu tidak tertuju untuk
mereka. Tetapi dari ayat 41 terlihat jelas bahwa perkataan itu ditujukan juga
bagi mereka. Dengan pengakuan orang-orang Farisi bahwa mereka tidak buta dan
dapat melihat maka mereka bertanggung-jawab untuk dosa mereka sendiri.
Dari semua hal itu terlihat kepentingan dari
pemakaian kalimat “Akulah terang dunia”. Semua orang di dunia berada di dalam
kegelapan yang disebabkan adanya dosa yang dilakukan oleh manusia. Manusia tentunya
tidak dapat menyelesaikan dosanya sendiri. Oleh karena itu “Terang” itu datang
untuk menyelamatkan mereka yang berada di bawah kegelapan. Menyelamatkan mereka
yang buta, tersesat, dan sangat membutuhkan pertolongan.
C.
Yoh.
10 : 7, 9
Titel Yesus yang berikutnya sesuai dengan
pengakuanNya ialah ‘Pintu Domba-domba’ (εγω ειμι η θυρα
των προβατων). Di dalam pasal 10 Tuhan sedang memakai kiasan
tentang gembala, domba-domba, pencuri, penjaga, dan kandang domba. Peternakan
domba adalah pekerjaan yang biasa pada zaman itu dan Tuhan memakainya untuk
mengajar mengenai diriNya dan karyaNya.
Di dalam bagian firman Tuhan ini, Tuhan memakai
kiasan kandang domba sebagai tempat perlindungan domba-domba dari pencuri. Pada
saat itu, kandang-kandang domba mempunyai satu pintu yang dikawal oleh
gembalanya. Barangsiapa yang masuk tetapi tidak melalui pintu, bukanlah gembala
tetapi pencuri dan perampok. Kiasan ini dijelaskan Tuhan lebih lanjut dengan
menyebut diriNya sebagai pintu bagi domba-domba itu. Untuk masuk ke dalam
kandang, domba-domba harus melalui pintu. Dengan memakai kiasan ‘pintu’ ini,
Yesus menyatakan bahwa Dialah satu-satunya jalan untuk masuk ke dalam hidup
yang kekal. Setiap orang harus melalui Yesus untuk beroleh keselamatan.
D.
Yoh.
10 : 11, 14
Di dalam pasal 10, Tuhan Yesus juga memakai titel
yang lain bagi diriNya yaitu ‘Gembala yang Baik’ (εγω ειμι ο
ποιμην ο καλος). Pemakaian gembala yang baik ini untuk membedakan
dengan gembala-gembala yang tidak bertanggung-jawab dan orang-orang upahan yang
hanya memikirkan uang dan bukan domba-domba itu. Tuhan berkata, “Gembala yang
baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (10:11)”. Hal inilah yang
seharusnya menjadi tujuan dan tugas bagi gembala-gembala. Ketika ada ancaman,
gembala tidak akan lari tetapi mempertahankan dombanya bahkan siap mati untuk
hal ini. Ini jugalah yang dibuktikan Tuhan Yesus melalui pengorbananNya di atas
kayu salib agar domba-dombanya selamat.
Selain itu, dengan memakai titel ini, Tuhan juga
mengatakan bahwa Dia mengenal domba-dombaNya dan domba-dombaNya juga mengenal
Dia. Dalam bagian ini yang ditekankan ialah pengenalan pribadi. Pengenalan
Yesus atas setiap umatNya dan pengenalan mereka akan Dia. Tuhan juga mengatakan
bahwa umatNya bukan hanya dari Israel tetapi juga dari bangsa-bangsa lain
(10:16). Mereka semua akan dituntun dan disatukan di bawah satu gembala yang
baik yaitu Yesus Kristus.
E.
Yoh.
11 : 25
Di ayat ini Tuhan Yesus secara terang-terangan
menyatakan bahwa Dia adalah ‘Kebangkitan dan Hidup’ (εγω ειμι η
αναστασις και η ζωη). Konteks dari perkataan Tuhan Yesus
ini ialah mujizatNya membangkitkan Lazarus dari kematian. Lazarus yang adalah
saudara Maria dan Marta telah dikubur selama empat hari. Sebelum mujizat
kebangkitan terjadi atas Lazarus, terjadi percakapan yang mendalam antara Tuhan
Yesus dan Marta. Marta menyayangkan kedatangan Yesus yang terlambat. Dia tahu
bahwa Tuhan sanggup untuk menyembuhkan Lazarus yang sakit beberapa hari yang
lalu. Menanggapi hal ini, Tuhan berkata bahwa Lazarus akan bangkit. Respon
Marta akan perkataan Tuhan ini menunjukkan bahwa dia meyakini kebangkitan yang
akan terjadi di akhir zaman (11:24) sesuai dengan pengajaran rabi-rabi di Israel
pada waktu itu. Setelah pernyataan dari Marta ini, akhirnya Tuhan mengakui dan menegaskan
tentang diriNya yakni, “Akulah kebangkitan dan hidup”.
Pernyataan Tuhan ini menunjukkan bahwa Dialah pusat
dari pengajaran tentang kebangkitan dan hidup yang kekal. Leon Morris seperti
yang dikutip oleh David Santoso mengatakan : “Jesus does not say that he brings about resurrection and gives life; he
says that he is both resurrection and life. So closely are they linked to this
person.”[1] Yesuslah
yang pertama-tama bangkit dan memiliki tubuh yang baru serta hidup kekal. Dan
barangsiapa yang percaya kepadaNya, “ia akan hidup walaupun ia sudah mati dan
tidak akan mati selama-lamanya” (11:25-26).
Setelah terjadi percakapan dengan Marta, Tuhan
menunjukkan contoh tentang kebangkitan dengan cara membangkitkan Lazarus dari
kematian. Jadi kematian bukanlah akhir dari segalanya. Dengan pengakuan Tuhan
sebagai kebangkitan dan hidup, setiap orang yang percaya kepadaNya memiliki
pengharapan yang pasti.
F.
Yoh.
14 : 6
Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia adalah “Jalan,
Kebenaran, dan Hidup” (εγω ειμι η οδος και η αληθεια
και η ζωη).
Pernyataan ini berhubungan dengan percakapan Tuhan dengan murid-muridNya
mengenai hidup yang kekal. Di pasal 14:2 dan 3 Tuhan menjelaskan alasan
kepergianNya ke rumah Bapa (sorga), yakni menyediakan tempat bagi murid-muridNya.
Setelah itu di ayat 4 Tuhan menyatakan bahwa mereka tahu jalan ke rumah Bapa.
Respon salah satu murid yakni Tomas menunjukkan pengertian yang kurang dari
murid-murid tentang maksud Tuhan itu. Tomas berkata : “Tuhan, kami
tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?”
(ay. 5).
Bagian firman Tuhan ini persis seperti percakapan
Tuhan dengan Marta di pasal 11 sebelum Dia membangkitkan Lazarus. Tuhan Yesus
mengatakan sesuatu yang kurang jelas bagi Marta yakni “Saudaramu akan bangkit”.
Marta menanggapi, kemudian Tuhan Yesus berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup;
barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap
orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya”[2]......Dave
Hagelberg 2 hal 56.
Setelah pernyataan Tuhan yang agak membingungkan dan
ditanggapi oleh Tomas yang mewakili murid-murid yang lain, Tuhan mengakui dan
menyatakan diriNya dalam tiga hal yakni jalan, kebenaran, dan hidup. Ketiga hal
ini berhubungan dengan pernyataan Tuhan, “Tidak ada seorang pun yang datang
kepada Bapa kalau tidak melalui Aku”.
Yesus sebagai jalan menunjukkan bahwa Dialah
satu-satunya jalan untuk pergi kepada Bapa di surga dan memiliki hidup yang
kekal. Pernyataan “tidak ada seorangpun” yang ditekankan di dalam ayat ini
menunjukkan bahwa tidak ada cara lain, tidak ada kepercayaan yang lain, tidak
ada ajaran atau peraturan, dan tidak ada pribadi lain yang berguna untuk
menyelamatkan seseorang dari murka Allah karena dosa selain Yesus sendiri.
Selain Dia tidak ada jalan kepada Bapa di surga.
Yesus sebagai kebenaran menunjukkan hubungannya yang
khusus dengan Bapa. Exell mengatakan “truth
in religion will be the harmonious, and perfect relation between man and God.”[3]
Tidak ada seorang manusia pun yang berani menyatakan bahwa dirinya benar
jikalau tidak mengenal Bapa di Sorga dan mempunyai hubungan yang sangat dekat
denganNya. Yesus sebagai Putera Allah sangat mengenal Bapa dan dengan berani
menyatakan diriNya sebagai kebenaran. Dan Dia bukan hanya mengajarkan hal itu
tetapi juga menunjukkannya di dalam kehidupanNya dengan ketaatan kepada Bapa
bahkan sampai mati di kayu salib. Dialah kebenaran yang dicari-cari oleh semua
manusia. Dialah kebenaran Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya
kepadaNya.
Yesus sebagai hidup menunjukkan bahwa di dalam Dia
ada hidup yang kekal. Melalui Dia, hidup yang kekal diberikan kepada setiap
orang yang mau menerimaNya. Firman Tuhan berkata, “Sebab sama seperti Bapa
mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak
mempunyai hidup dalam diriNya sendiri”(Yoh. 5:26). Oleh karena itu dengan penuh
keyakinan Tuhan berkata bahwa “Aku adalah hidup”. Bahkan di dalam Kolose 1 : 17
Firman Tuhan mengajarkan bahwa segala sesuatu ada di dalam Dia (KJV : by him all things consist). Yesuslah penopang dari segala sesuatu yang
ada di dunia ini. Di luar Dia tidak ada yang akan mampu bertahan dan hidup.
Jikalau tidak ada Dia, tidak ada jugalah segala sesuatu di dunia yang adalah
ciptaanNya sendiri.
Jadi
dengan pernyataan di pasal 14 : 6 ini, Tuhan
menjamin hidup yang kekal melalui diriNya. Namun dari tiga pernyataan
Tuhan Yesus ini, terlihat seakan-akan bertentangan dengan peristiwa yang akan
segera terjadi padaNya. David Santoso menerangkan hal ini: Pada waktu Ia sedang
menghadapi jalan buntu yaitu jalan ke salib, Ia mengatakan ‘Akulah jalan’; pada
waktu Ia sebentar akan dituduh dengan segala macam tuduhan yang tidak benar dan
palsu, Ia mengatakan : ‘Akulah kebenaran’; pada waktu sebentar Ia akan berhadapan
dengan maut, Ia mengatakan : ‘Akulah hidup’[4].
Akan tetapi setelah mengalami itu semua dan bangkit dari kematian, Dia
membuktikan kebenaran dari pernyataanNya itu. Dia menunjukkan jalan kepada
Allah melalui jalan penderitaan yang dilaluiNya dan menunjukkan kemenanganNya
melalui kebangkitanNya.
G.
Yoh.
15 : 1, 5
Pernyataan Yesus yang terakhir dalam Kitab Yohanes
dengan memakai titel ialah tentang pokok anggur. Yesus berkata, “Akulah pokok
anggur yang benar”( εγω ειμι η αμπελος η αληθινη).
Tuhan memakai kiasan ini untuk mengkontraskannya dengan Israel sebagai pokok
anggur yang tidak berbuah dan mengalami kegagalan (Yer. 2:21; Yes. 5:1-7, Yeh.
15:1-8, dll). Israel sebagai hamba Tuhan tidak dapat menunjukkan kehidupan yang
baik dan benar serta membawa bangsa-bangsa lain kepada kebenaran. Akan tetapi
Tuhan Yesus tidak seperti itu. Dia adalah pokok anggur yang benar dan sejati. PengidentifikasianNya
sebagai yang benar (alethinos),
membedakanNya dengan sesuatu yang kelihatan benar tetapi sebenarnya palsu.
Penggunaan kiasan ini juga menunjukkan hubungan
Yesus dengan Bapa serta hubunganNya dengan murid-muridNya. Bapa disebut sebagai
“Pengusaha”, dan murid-muridNya disebut sebagai “ranting-ranting” dari pokok
anggur itu. Bapa sebagai pengusaha memiliki tanggung-jawab untuk mengurus pokok
anggur itu supaya dapat berbuah melalui ranting-rantingnya. Murid-murid
diharapkan oleh Bapa untuk menghasilkan buah. David Santoso mengatakan bahwa buah
ini dapat berupa buah pertobatan, buah Roh Kudus, atau buah penginjilan yakni
jiwa-jiwa baru yang dibawa kepada Tuhan.[5]
Ranting-ranting yang tidak menghasilkan buah akan diangkat atau diambil (Yunani
: αιρει) oleh Bapa dan setiap ranting yang berbuah akan
dibersihkan/dipangkas (Yunani : καθαιρει)
supaya lebih banyak berbuah.
Untuk
menghasilkan buah, pada intinya ranting-ranting harus tetap melekat pada pokok
anggur itu. Murid-murid hanya dapat menghasilkan buah jikalau mereka tetap
tinggal di dalam Tuhan. Yohanes menulis perkataan Tuhan ini, “Tinggallah di
dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari
dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu
tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku”
(15:4). Tentang hal ini, David Santoso mengatakan :
“Apabila
kita tidak tinggal di dalam Dia, maka kita dikatakan :
1.
Tidak dapat berbuah (ay. 4)
2.
Tuhan tidak tinggal di dalam kita
(ay. 4)
3.
Tidak dapat berbuat apa-apa (ay.
5)
4.
Kita akan dipotong dan dibuang
(ay. 6)
5.
Doa kita tidak didengar oleh
Tuhan (ay. 7)
6.
Allah Bapa tidak dipermuliakan
(ay. 8)
7.
Kita bukan murid Tuhan yang
sejati (ay. 8).” hal. 100
Dari
sini terlihat akibat-akibat yang sangat merugikan jikalau seorang murid tidak
tetap tinggal di dalam Tuhan. Di antara para murid saat itu, Yudas terbukti
sebagai seseorang yang tidak tetap tinggal di dalam Tuhan dan dia bukan
merupakan ranting yang benar dari pokok anggur itu. Seseorang akan dikatakan sebagai
murid yang sejati jika dia bertahan sampai pada akhirnya. Dan cara seorang
murid untuk tetap tinggal di dalam Tuhan ialah : (1) By the knowledge of Him,
(2) by faith in Him, (3) love to Him, and
(4) an interest in Him.[6]
PENGGUNAAN “AKU ADALAH” TANPA TITEL
A.
Yoh.
4:26
Konteks
dari perkataan Tuhan Yesus di ayat ini ialah percakapanNya dengan seorang
perempuan Samaria. Walaupun perempuan itu selalu berusaha mengelak, Tuhan Yesus
selalu mengarahkan pembicaraan kepada hal-hal rohani. Sampai kepada ayat-24,
Tuhan Yesus menjelaskan sesuatu yang sangat mendalam yakni penyembahan yang
benar kepada Allah. Tuhan berkata, “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah
Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran”. Respon perempuan Samaria itu
menunjukkan keterbukaan hatinya terhadap pembicaraan itu. Di ayat-25 perempuan
itu berkata, “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang
disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu
kepada kami”.
Orang
Samaria berbeda banyak hal dengan orang Yahudi. Khusus untuk Mesias, orang
Yahudi menyamakanNya dengan jabatan raja, sedangkan orang Samaria menantikanNya
sebagai seorang Nabi (Ul. 18:15-19) yang akan memberitakan segala sesuatu pada
mereka. Melalui perkataannya, jelas terlihat bahwa perempuan Samaria itu pun
sedang menanti-nantikan Mesias. Ada kerinduan dalam hatinya untuk menyembah
Allah dengan cara yang benar yakni yang akan dijelaskan oleh Mesias yang sedang
mereka nantikan. Melihat keterbukaan dan kerinduan dari perempuan ini, Tuhan
Yesus tidak segan-segan mengatakan bahwa Dialah Mesias itu. Dialah yang sedang
dinanti-nantikan oleh orang Yahudi, Samaria, bahkan semua manusia. “Kata Yesus
kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau. (εγω ειμι ο
λαλων σοι)”.
B.
6:20
Konteks
dari perkataan Tuhan Yesus di ayat ini ialah ketika Dia berjalan di atas air.
Murid-murid sedang berada di atas perahu dan laut sedang bergelora karena angin
kencang. Kitab-kitab Injil yang lain menjelaskan bahwa Yesus tidak bersama
murid-murid karena Dia naik ke atas bukit seorang diri untuk berdoa sampai
malam. Ketika murid-murid berada dua tiga mil (harfiah : dua puluh lima atau
tiga puluh stadion) dari pantai,
mereka melihat Tuhan Yesus berjalan diatas air. Respon yang ditunjukkan oleh mereka
ialah ketakutan. Alasan mereka takut dijelaskan dalam Kitab-kitab Injil yang
lain yakni mereka menyangka sedang melihat hantu. Jawaban yang diberikan oleh
Tuhan meredakan ketakutan mereka. Tuhan berkata : “Aku ini, jangan takut! (εγω ειμι μη
φοβεισθε)”
C.
8:24
Jikalau ditarik konteks dekatnya, penggunaan
ungkapan “Akulah Dia (εγω ειμι)” oleh Tuhan Yesus di ayat 24 ini dapat
menunjuk dan menegaskan perkataan Tuhan yang sama di ayat 12 yakni “Akulah
terang dunia (εγω ειμι το φως του κοσμου). Akan tetapi di ayat 24 ini juga ada
hal yang sangat penting yang sedang dijelaskan oleh Tuhan. Di ayat sebelumnya
(23), Tuhan menjelaskan perbedaanNya dengan orang banyak yakni Dia datang dari
atas (sorga) dan mereka berasal dari dunia ini. Setelah itu Tuhan melanjutkan
dengan menjelaskan bahwa mereka akan mati dalam dosa-dosa mereka seperti yang
dikatakanNya di ayat 21 bahwa mereka tidak dapat pergi ke sorga dan akan mati
dalam dosa-dosa mereka. Di ayat 24 Tuhan memberi jawaban untuk masalah mereka
ini. Tuhan berkata : “..... sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia,
kamu akan mati dalam dosamu”. Barangsiapa yang tidak percaya kepadaNya, akan
mati dalam dosanya sendiri. Bagian ini dapat juga diartikan sebaliknya yaitu
barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak akan mati dalam dosanya.
D.
8:28
Ayat ini mempunyai konteks yang sama dengan perkataan
“Akulah Dia” di pasal 8:24. Akan tetapi di bagian ini juga ada hal penting yang
sedang dijelaskan oleh Tuhan. Dave Hagelberg memberikan komentarnya tentang
ayat ini :
“Mereka akan
meninggikan Dia; kata meninggikan disini memiliki dua arti. Mereka akan
menyalibkan Dia, dan pada saat yang sama mereka akan menempatkan Dia di tempat
yang paling tinggi, mulia, dan agung, karena disitu Dia menyatakan kasih yang
sempurna.
Tuhan Yesus
tidak mengatakan bahwa semua orang yang menyalibkan Dia akan percaya bahwa Dia
melakukan kehendak Allah. Tampaknya ayat ini mempunyai dua arti. Pertama bahwa
oleh karena salibNya, akan ada diantara mereka, orang-orang tertentu yang akan
percaya. Bagi mereka yang tidak pernah percaya, harinya akan tiba, ketika
mereka pun akan bertekuk lutut dan mengaku bahwa Dia yang telah mereka salibkan
adalah Tuhan. Kedua, bahwa mereka hanya dapat memahami jawaban yang tepat untuk
pertanyaan mereka (Siapakah Engkau?), jika mereka meninggikan (dengan arti
menyanjung) Dia.”[7]
Dengan mengatakan bahwa “Akulah Dia”, Tuhan
menegaskan tentang keilahianNya dan hal-hal yang akan terjadi padaNya yakni
ditinggikan melalui pengorbananNya di atas kayu salib. Dan pada saat itu terjadi,
orang-orang—walaupun hanya sebagian kecil—akan percaya kepadaNya.
E.
Yoh.
8 : 58
Konteks dari perkataan Tuhan Yesus di ayat ini ialah
percakapanNya dengan orang banyak tentang keturunan Abraham. Di pasal 8 : 31-32
Tuhan menuntut orang-orang Yahudi yang percaya padaNya untuk tetap dalam
firmanNya. Dengan tetap di dalam firman Tuhan, mereka akan mengetahui
kebenaran. Dan kebenaran itu akan membebaskan dan memerdekakan mereka.
Pernyataan ini membuat mereka kaget, lalu meresponi dengan pernyataan bahwa
mereka adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi budak siapapun. Mereka
menganggap bahwa mereka adalah anggota keluarga Allah melalui Abraham dan tidak
perlu dimerdekakan karena mereka bukan budak. Tetapi jawaban Tuhan dengan tegas
menyatakan bahwa setiap orang yang berbuat dosa—termasuk orang-orang itu—adalah
hamba/budak dosa. Hanya melalui Dia sajalah mereka dapat dimerdekakan dari
perbudakan dosa.
Setelah
itu, Tuhan juga menjelaskan bahwa ada dari keturunan Abraham secara jasmani
yang tidak berasal dari Allah. Mereka adalah orang-orang yang tidak mau
mendengarkan firman Allah. Dan yang menjadi bapa mereka ialah Iblis (8:44).
Dengan percakapan yang semakin memanas, Tuhan kembali menyinggung Abraham yang
telah melihat “hariKu” dan bersukacita (8:56). Dave Hagelberg menjelaskan
tentang hal ini, yakni ungkapan hariKu hanya dipakai disini dalam seluruh
Alkitab. Ungkapan “Hari Tuhan” merujuk pada hari Kiamat. Jadi, tampaknya Yesus
menyamakan diriNya dengan Allah dan menyatakan bahwa Dia adalah penggenapan
pengharapan Abraham.[8]
Dengan
pernyataan Tuhan itu, orang-orang banyak mulai menunjukkan kekesalan dan
kemarahan. Mereka berkata : “UmurMu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau
telah melihat Abraham? (8:57)”. Tetapi dengan tegas Tuhan kembali menjawab
mereka : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham
jadi, Aku telah ada (αμην αμην λεγω
υμιν πριν αβρααμ γενεσθαι εγω ειμι)”. Pernyataan Tuhan ini menunjuk
kepada keberadaanNya yang mutlak. Dia telah ada sebelum Abraham—orang yang
mereka agung-agungkan sebagai bapa mereka. Dan dengan penggunaan ungkapan εγω ειμι yang sedemikian jelas dan terbuka ini,
Yesus menyatakan bahwa Dialah Jehovah, Allah umat Israel. Pernyataan ini tidak
dapat mereka terima karena mereka mengganggap Yesus hanyalah manusia biasa.
Oleh karena itu, mereka mengambil batu untuk melempari Yesus.
F.
13:13
Di
ayat ini Tuhan tidak menggunakan bentuk εγω ειμι dalam perkataanNya melainkan hanya ειμι saja. Tuhan berkata : “Kamu menyebut
Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. (υμεις φωνειτε με ο διδασκαλος
και ο κυριος και καλως λεγετε ειμι γαρ)”. Perkataan Tuhan ini membenarkan
anggapan dan sebutan murid-murid tentang diriNya yakni sebagai Guru dan Tuhan.
Istilah Tuhan (kurios) di sini
menunjuk kepada sebutan seorang murid untuk menghormati gurunya dan juga
menunjuk kepada keilahian Yesus yakni sebagai Tuhan. Sebagai Guru dan Tuhan,
Yesus menunjukkan teladan kehidupan dan kerelaan untuk melayani yang lebih
rendah daripadaNya. Oleh karena itu, Dia juga menuntut murid-murid untuk
berlaku demikian yakni saling melayani satu dengan yang lainnya.
G.
Yoh.
13 : 19
Di
ayat sebelumnya (18), Tuhan menyatakan bahwa ada dari murid-murid yang makan
roti bersama-sama dengan Dia saat itu akan melakukan pengkhianatan. Hal ini
menggenapi nubuatan yang tercatat di dalam Mazmur 41 : 10. Yudas sebagai salah
seorang murid dan tentunya dekat dengan Tuhan, menggenapi nubuatan itu. Namun
sebelum hal itu terjadi, Tuhan terlebih dahulu mengumumkannya kepada
murid-muridNya. Tuhan berkata : “Aku mengatakannya kepadamu
sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu
percaya, bahwa Akulah Dia—εγω ειμι (19)”. Tuhan menyatakan
bahwa Dialah yang menggenapi nubuatan di dalam kitab Mazmur itu. Selain itu,
dengan pengumuman ini Tuhan menuntun murid-murid yang lain untuk tetap setia dan
percaya kepadaNya.
H.
Yoh.
18 : 4-8
Perkataan-perkataan
Tuhan Yesus di ayat-ayat ini terjadi ketika Dia sebentar lagi akan ditangkap
untuk diadili. Pada waktu itu Yesus dan murid-muridNya sedang berada di dalam
sebuah taman. Dan ketika Yudas beserta sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga
Bait Allah datang, Yesus pergi keluar seorang diri untuk menghadapi mereka. Hal
ini menunjukkan kerelaan dan keaktifanNya dalam bertindak untuk memberikan
diriNya sebagai korban.
Ketika
pasukan itu mengatakan bahwa mereka mencari Yesus dari Nazaret, Yesus menjawab
dengan tegas, “Akulah Dia (εγω ειμι)”. Mendengar perkataan itu, mereka
mundur dan jatuh ke tanah. Melihat reaksi pasukan itu, pernyataan Tuhan ini
bukanlah hanya menunjuk kepada perkenalan identitasNya tetapi juga pernyataan
keilahianNya. Dan dengan mengulang kembali pernyataan “Akulah Dia” terlihat
kerelaan Yesus untuk menyerahkan diriNya. Dia memiliki kesempatan untuk
melarikan diri tetapi Dia tidak melakukan hal itu.
KESIMPULAN
Dari
penggunaan ungkapan “Aku adalah” yang dicatat oleh Yohanes, terlihat sangat
jelas bahwa Tuhan Yesus menyamakan diriNya dengan Jehovah yang disembah oleh
orang Israel. Tidak ada keraguan ketika Tuhan memakai ungkapan ini. Hal ini
hanya dapat dilakukan oleh Tuhan sendiri yang mengetahui arti dan makna ungkapan
itu. Dengan memakai ungkapan ini, Tuhan Yesus menyatakan eksistensiNya yang
jelas seperti yang juga terlihat di dalam pemakaian nama Jehovah di PL yang
menunjukkan eksistensi Tuhan dari kekal hingga kekal.
Selain
itu, dengan memakai ungkapan ini di dalam perkataanNya, respon-respon yang
berbeda ditunjukkan oleh pendengarnya. Respon yang ditunjukkan oleh kebanyakan
orang Yahudi ialah menolakNya. Bahkan tindakan yang ekstrim yang dilakukan oleh
mereka ialah berusaha membunuh Yesus. Yesus sebagai Tuhan tentunya tahu akan
dampak dari perkataanNya itu. Akan tetapi, dengan pemakaianNya yang tanpa
keraguan atas ungkapan ini, terlihat kesiapan Tuhan Yesus untuk ditolak oleh
orang Israel.
Ditulis oleh : Meifel Kontra (GITS)
[1] David Iman Santoso. 2005. Theologi Yohanes : Intisari dan Aplikasinya.
Malang : Literatur SAAT. h. 97.
[2] Dave Hagelberg. 2013. Tafsiran Injil Yohanes Pasal 6-12. Yogyakarta
: ANDI. h. 56.
[3]
Joseph S. Exell. The Biblical Illustrator : John 8 – 21 Vol. II. (Michigan : Baker Book House) h.
496.
[5]
Ibid. h. 101.
Terima kasih..dan Puji Tuhan..saya bisa baca tulisan ini..sangat membangun iman dan memperluas pengetahuan
BalasHapus