Sistem penggajian terhadap hamba Tuhan
adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh sebuah gereja. Hal ini
dapat membawa dampak positif dan negatif bagi gereja. Pada dasarnya semua
gereja setuju bahwa para pelayan Tuhan patut mendapat upahnya. Tetapi dalam
melaksanakannya, banyak gereja yang bingung dan tidak tahu mana yang lebih
tepat dan benar untuk dilakukan. Ada gereja-gereja yang mengupah hamba Tuhannya
dengan uang negara, pengaturan dari Sinode, penetapan dari Majelis jemaat, dan
cara-cara lainnya yang justru tidak sesuai dengan Alkitab. Padahal di dalam
Alkitab
tercatat sistem penggajian yang diatur oleh Tuhan bagi para pelayanNya. Gereja-gereja saat ini cukup mempelajari firman Tuhan tentang hal ini lalu mempraktekkan di dalam jemaatnya.
tercatat sistem penggajian yang diatur oleh Tuhan bagi para pelayanNya. Gereja-gereja saat ini cukup mempelajari firman Tuhan tentang hal ini lalu mempraktekkan di dalam jemaatnya.
Tulisan ini adalah sebuah penjelasan
tentang sistem penggajian yang sesuai dengan Alkitab. Alkitablah satu-satunya
firman Tuhan dan penunjuk jalan bagi orang percaya. Orang-orang percaya
seharusnya tidak mengambil sistem penggajian di luar Alkitab yakni seperti yang
dipraktekkan oleh dunia. Tuhan sudah menulisnya dan orang percaya dapat
menemukan kebenaran tentang hal ini melalui penggalian yang mendalam akan
firman Tuhan.
SISTEM
PENGGAJIAN ZAMAN PL
A.
ZAMAN
AYAH SEBAGAI TPDK
Setelah Adam dan
Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah segera menjanjikan untuk mengirim Juruselamat.
Manusia diperintahkan untuk melakukan ibadah simbolik yakni mengorbankan domba
sebagai lambang atau simbol Juruselamat yang akan datang itu. Dari masa Adam dan
Hawa jatuh ke dalam dosa sampai kepada hukum Taurat diturunkan, para ayah
berfungsi sebagai imam dan TPDK (Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran). Pada
waktu itu, para ayah bertugas sebagai pemimpin dan pengajar kebenaran terutama
tentang ibadah simbolik kepada anak-anak mereka. Mereka mempunyai
tanggung-jawab untuk meneruskan ibadah simbolik ini kepada keturunan mereka
yang selanjutnya. Di dalam menjalankan tugas ini, Allah belum menetapkan sistem
penggajian karena fungsi keimamatan dan tiang kebenaran ayah hanya untuk
lingkup keluarganya saja. Upah atau pahala para ayah yang bisa terlihat dan
didapatkan pada waktu itu ialah penghormatan dari anak-anak mereka. Ketika para
ayah tetap setia mengajarkan kebenaran-kebenaran ini, maka anak-anak akan
dilatih juga untuk meneruskan kebenaran ini. Jika para ayah mulai tidak setia
dan tidak mengajarkan kebenaran kepada anak-anak mereka, maka keturunan mereka
akan menjadi jahat dan melupakan Allah.
B.
ZAMAN
BANGSA ISRAEL SEBAGAI TPDK
Ketika para ayah
di masa PL yang bertugas sebagai imam dan TPDK tidak setia dan mengajarkan
kebenaran lagi, maka Allah memilih Abraham untuk menjadi nenek moyang dari
bangsa Israel. Bangsa inilah yang menjadi alat Tuhan untuk menjaga
keberlangsungan ibadah simbolik. Pada waktu mereka telah dibawa Tuhan keluar
dari perbudakan di Mesir dan sampai ke gunung Sinai, mereka ditetapkan dan
disahkan sebagai sebuah bangsa (Sacral
Society). Waktu di gunung Sinai ini, mereka mendapat hukum Taurat sebagai
undang-undang bagi bangsa mereka. Pada waktu ini juga terjadi pergantian yakni
dari ayah sebagai imam dan TPDK menjadi Harun dan keturunannya sebagai imam dan
bangsa Israel sebagai TPDK.
Pada waktu di
gunung Sinai ini juga terjadi peristiwa penting yakni penetapan Tuhan atas suku
Lewi sebagai pelayanNya. Mereka disebut sebagai milik Tuhan (Bil. 3 : 12, 45; 8
: 14). Pada waktu terjadi pemberontakan bangsa Israel di gunung Sinai (Kel.
32), suku Lewi tampil dan memihak kepada Tuhan (Kel. 32 : 26). Karena itulah
suku ini ditetapkan Tuhan untuk menjadi pelayanNya secara turun-temurun. Mereka
ditetapkan Tuhan untuk melayani di Kemah Suci. Upah yang ditentukan Tuhan bagi
suku ini ialah segala persembahan persepuluhan dari suku Israel lainnya (Bil.
18 : 21, 24). Jadi suku Lewi ini mendapat upah dari persembahan persepuluhan
sebelas suku Israel. Bangsa Israel memberikan persembahan khusus ini kepada
Tuhan, dan Tuhan memberikannya kepada suku Lewi sebagai upah dariNya atas
pekerjaan yang dilakukan mereka. Bahkan ketika bangsa Israel memasuki Kanaan
sebagai Tanah Perjanjian, suku Lewi tidak mendapat bagian tanah yang
dibagi-bagikan sebagai tanah pusaka setiap suku Israel. Persembahan
persepuluhan dari orang Israellah yang menjadi bagian mereka. Karena jumlah
suku Lewi yang sedikit, maka itu berarti mereka memiliki pendapatan di atas
rata-rata. Dengan sistem pengupahan ini, suku Lewi sebagai pelayan Tuhan tidak
akan mengalami kekurangan jika orang Israel rajin memberikan persepuluhan. Jadi
kesejahteraan suku Lewi ini bergantung kepada kesejahteraan ke-11 suku lainnya
serta pelayanan mereka sendiri. Jika suku Lewi menunjukkan pelayanan yang baik
ditambah dengan berkat Tuhan atas sebelas suku lainnya, maka mereka akan
mendapatkan pemasukan untuk penghidupan yang layak.
Setelah itu suku
Lewi pun diperintahkan Tuhan untuk mengembalikan persembahan persepuluhan (Bil.
18 : 26, 28). Persepuluhan dari suku Lewi ini diberikan Tuhan secara khusus
kepada keluarga Harun. Jadi di masa ini, terlihat jelas perhatian Tuhan untuk
para pelayanNya. Tuhan menetapkan sistem pengupahan yang terbaik untuk
membiayai penyembahan di dalam masa ibadah simbolik, yakni sistem persembahan
persepuluhan.
SISTEM PENGGAJIAN
ZAMAN PB
Pada
zaman PB, terjadi lagi perubahan yakni dari ibadah simbolik kepada ibadah
hakekat. Dari Harun dan keluarganya sebagai imam menjadi setiap orang yang
percaya kepada Tuhan sebagai imamat yang rajani serta dari bangsa Israel
menjadi gereja lokal sebagai TPDK. Di dalam gereja lokal inipun terdapat
pelayan-pelayan yang ditetapkan Tuhan untuk mengurus dan menjalankan pelayanan
di bidangnya tertentu. Yang menjadi pelayan inti di dalam gereja lokal saat ini
ialah Gembala/Penatua/Penilik, Penginjil, Guru, dan Diaken.
Di
dalam Matius 10 : 10, Tuhan mengatakan bahwa seorang pekerja patut mendapat
upahnya. Jadi di masa PB pun Tuhan mengatur cara untuk mengupah para
pelayanNya. Di dalam 1 Timotius 5 : 17, firman Tuhan mencatat : “Penatua-penatua
yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang
dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar”. Rasul Paulus
mengatakan bahwa Penatua sebagai pelayan Tuhan harus dihormati dan tentunya
mendapat upah dua kali lipat. Tetapi dari bagian ini tidaklah terlalu terlihat
jelas terlihat “dua kali lipat” dari apa yang dimaksudkan oleh Paulus. Oleh
karena itu untuk menentukan pengupahan para pelayan Tuhan di zaman PB, perlu
untuk melihat Alkitab secara keseluruhan dan menarik kesimpulan daripadanya.
A.
SISTEM
PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
Dalam Lukas 11 :
42 Tuhan Yesus mengatakan : “Tetapi
celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari
selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan
kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.”
Dari ayat firman Tuhan ini terlihat bahwa Tuhan menghendaki sistem persepuluhan
tetap dijalankan. Persepuluhan bukanlah bagian dari ibadah simbolik yang harus
ditinggalkan setelah memasuki zaman ibadah hakekat. Persepuluhan adalah sistem
yang diciptakan Allah untuk keberlangsungan proses penyelamatan umat manusia
yang telah jatuh ke dalam dosa. Jadi, walaupun saat ini adalah zaman ibadah
hakekat, Tuhan tetap memakai sistem penggajian yang pernah dipakaiNya di PL
untuk TPDK yang lama (Israel). Dalam PB Tuhan hanya menjelaskan bahwa telah
terjadi pergantian dari ibadah simbolik kepada ibadah hakekat dan tidak
merombak sistem penggajian zaman PL. Oleh karena itulah di dalam Lukas 11 : 42
Tuhan mengatakan bahwa persepuluhan itu harus tetap dilakukan. Jadi untuk
pemasukan utama gereja lokal di zaman PB tetap berlaku sistem persepuluhan. Hal
ini sesuai dengan firman Tuhan : “Bawalah seluruh persembahan
persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan
di rumah-Ku .....(Mal. 3
: 10)”.
Untuk
pengeluarannya berlaku juga sistem yang Tuhan pernah gunakan di zaman PL. Tuhan
menetapkan bahwa persepuluhan diberikan kepada orang-orang suku Lewi sebagai
pelayanNya di masa PL. Dan untuk masa PB hal inipun berlaku demikian. Tuhan
memberikan persepuluhan itu kepada para pelayanNya yang bertanggung-jawab di
dalam pelayanan gereja lokal.
Bidang utama di
dalam jemaat lokal untuk pengeluaran atau pemakaian persepuluhan ialah
menghidupi gembalanya dengan layak. Sebuah jemaat lokal akan tetap berdiri dan
berjalan selagi ada seorang gembala yang menggembalakannya. Jikalau alokasi
dana persepuluhan terfokus pada membangun dan memelihara gedung, membeli
kendaraan, dan lain sebagainya, tetapi gembala jemaat tidak terlalu
diperhatikan kehidupan ekonominya, maka itu adalah pertanda gereja yang tidak
sehat dan lambat laun akan memudar. Oleh
karena itu, jika gembala terlalu dipusingkan dengan kehidupan ekonominya karena
tidak mendapat penghidupan yang layak di dalam jemaat, maka pelayanan dalam
jemaat lokal akan terganggu. Jadi gembala adalah elemen terpenting dalam sebuah
jemaat lokal. Sebuah jemaat lokal yang tidak mempunyai gembala dapat
diibaratkan seperti sekumpulan kambing liar. Sebuah jemaat yang tidak memiliki
gedung untuk mengadakan kebaktian masih dapat tetap berdiri dan menjalankan
kebaktian dimana saja. Tetapi sebuah jemaat tanpa gembala atau tidak memiliki
gembala yang tetap, tidak dapat bertumbuh dengan baik. Bahkan kumpulan orang
itu tidak tahu arah dan tujuan karena tidak ada yang mengendalikan arah dan
menuntun mereka ke jalan yang benar.
B.
SISTEM
PENGGAJIAN GEMBALA
Karena gembala
adalah elemen terpenting di dalam sebuah jemaat lokal, maka sangatlah penting
untuk memperhatikan sistem penggajian dari Alkitab yang berlaku atas dirinya. Komposisi
yang pernah dipakai Tuhan untuk masa PL adalah sebelas banding satu. Sebelas
suku Israel memberikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan dan Tuhan
memberikan persembahan itu kepada satu suku yakni Lewi. Hal inipun berlaku juga
untuk pelayan Tuhan di masa PB. Gembala sebagai pelayan Tuhan yang utama di
dalam jemaat lokal mendapatkan hak sebelas persepuluhan dari seluruh
persembahan persepuluhan jemaat.
Dalam pemberian
persembahan ini tentunya seorang jemaat harus memiliki prinsip bahwa dia
memberikannya untuk Tuhan. Pemberian jemaat ini adalah tanda kasihnya kepada Tuhan.
Dengan melakukannya seorang jemaat menunjukkan bahwa ia taat kepada Tuhan. Ia
menunjukkan bahwa ia lebih mengasihi Tuhan daripada uang. Setelah itu Tuhan
memakai persembahan ini terutama untuk Gembala jemaat.
Dengan sistem ini terlihat patokan
Tuhan yang sangat jelas. Tuhan tidak ingin para pelayanNya terlantar dan Dia
juga tidak mau para pelayanNya menjadi kaya raya bahkan menjadi hamba uang
sehingga pelayanan terganggu. Gembala hanya berhak atas sebelas persepuluhan
sehingga pendapatannya di atas rata-rata. Jikalau jemaat yang digembalakannya
adalah sebuah jemaat yang besar maka Gembala berhak untuk mengambil sebelas
persepuluhan sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangan-pertimbangan pribadinya.
Jikalau jemaat yang digembalakannya belum mencapai sebelas persepuluhan, maka
kehidupannya dapat dibantu oleh jemaat lokal lain yang sudah besar. Dengan cara-cara
sistem penggajian yang demikian terlihat, sistem yang rapi yang diciptakan oleh
Tuhan agar pemberitaan Injil tetap berjalan tanpa terganggu dengan kebutuhan
ekonomi seorang Gembala.
C.
SISTEM
PENGGAJIAN PEKERJA LAIN
Jikalau
sebuah jemaat bertumbuh menjadi besar dan persepuluhan yang diberikan jauh
lebih dari sebelas persepuluhan, tentunya diperlukan pelayan-pelayan Tuhan yang
lain untuk mendukung pelayanan. Pelayan-pelayan Tuhan yang pernah tercatat
selain Gembala ialah Penginjil, Guru, dan Diaken. Penginjil bertugas membantu
Gembala dalam bidang menginjil ke luar (untuk orang-orang di luar jemaat), Guru
bertugas membantu Gembala dalam bidang pengajaran (untuk anggota jemat), dan
Diaken bertugas sebagai pembantu Gembala untuk urusan umum. Mereka semua adalah
pelayan inti di dalam sebuah jemaat lokal. Selain itu ada juga pelayan Tuhan
non-jabatan di dalam jemaat lokal seperti bagian administrasi, kebersihan, dan
konsumsi.
Karena
semua pelayan itu ada di dalam jemaat lokal, maka penggajian satu bidang akan
berpengaruh kepada bidang lainnya. Gembala sebagai penanggung-jawab
penggembalaan adalah patokan untuk hal ini. Jikalau nilai sebelas persepuluhan
Gembala naik, maka nilai persentase gaji para pelayan lain pun harus mengalami
kenaikan. Sebaliknya jika sebelas persepuluhan yang diterima oleh Gembala
mengalami penurunan, maka nilai persentase gaji para pelayan yang lain akan
mengalami penurunan. Dengan sistem ini terlihat ketergantungan satu dengan yang
lainnya. Jikalau jemaat sedikit memberi persepuluhan maka ini akan mempengaruhi
Gembala sekaligus pelayan-pelayan lainnya. Tetapi jikalau Gembala dan
pelayan-pelayan yang lain menunjukkan pelayanan yang baik dan mendorong
jemaat-jemaat untuk lebih mengasihi Tuhan, maka hal ini akan berpengaruh kepada
penghidupan mereka.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas terlihat jelas bahwa sistem penggajian para pelayan Tuhan
telah tercatat dengan sangat jelas dalam firman Tuhan. Untuk para pelayanNya di
zaman bangsa Israel sebagai TPDK, Tuhan memberikan hak persepuluhan dari
sebelas suku Israel kepada suku Lewi. Sedangkan di masa Gereja sebagai TPDK,
Tuhan memberikan hak sebelas persepuluhan kepada para pelayan di dalam jemaat
lokal terutama untuk Gembala jemaat.
Ketika
sebuah jemaat lokal menjalankan sistem penggajian ini, pelayanan tidak akan
terganggu, malahan akan semakin terpacu untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan.
Bahkan pekerjaan sebagai pelayan Tuhan tidak akan menjadi ejekan dan dihindari
oleh generasi-generasi yang akan datang. Tuhan telah menjamin penggajian
pelayanNya dengan sistem ini dan para pelayanNya dapat melayaniNya tanpa kuatir
untuk hidup sebagai pelayan Tuhan di dalam sebuah jemaat lokal.
Penulis : Meifel Kontra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar