Sabtu, 01 Februari 2014

Penulis Surat Ibrani





Persoalan mengenai penulis Surat Ibrani merupakan persoalan yang rumit sebab di dalam surat ini tidak mencantumkan nama penulisnya secara langsung. Walaupun demikian, hal ini tidak mempengaruhi keaslian dari surat yang diinspirasikan atau validitasnya sehingga dimasukkan ke dalam kanon Alkitab. Tradisi gereja mengajarkan bahwa Paulus adalah penulis Surat Ibrani, dan sampai tahun 1800-an hal ini tidak diperdebatkan lagi. Namun, meskipun sebagian besar orang Kristen masih mempercayai Paulus sebagai penulis Surat Ibrani, ada alasan-alasan dan argumen-argumen yang berkembang, yang malah menyimpulkan hal yang sebaliknya.

ARGUMEN  YANG  MENOLAK  DAN  JAWABANNYA 
1.     SURAT  TANPA  NAMA
Penolakan terhadap kepenulisan Paulus yang pertama ialah masalah anonimitas. Penulis surat Ibrani ini tidak mengidentifikasi diri dengan menyebutkan namanya. Hal ini sangat berbeda dengan semua surat Paulus yang mencantumkan namanya sendiri.

Jawaban untuk hal ini berhubungan dengan penerima dari surat itu sendiri. Karena penerima surat ini adalah orang-orang Ibrani yang sebagian dari mereka menyimpan prasangka terhadap Paulus, maka Paulus dengan sengaja tidak menuliskan namanya untuk menghindari penolakan mereka atas surat ini. Lagipula, para pembaca surat-suratnya yang lain tidak akan kesulitan mengenalinya dari kata-kata dan tema-tema yang sudah sering ia tuliskan.

2.      IBRANI  2 : 3
Di dalam ayat firman Tuhan ini tertulis : “bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, ...”. Di dalam ayat ini terlihat seolah-olah penulis Ibrani adalah seseorang yang menerima pemberitaan Injil dari orang lain. Atau dengan kata lain, penulis Ibrani adalah ‘generasi kedua’ dalam kekristenan saat itu. Oleh karena itu, penulis Ibrani tidak mungkin adalah Paulus. Dalam kitab Galatia Paulus menuliskan bahwa Injil yang diterimanya adalah langsung melalui penyataan Tuhan Yesus.
Jawaban untuk hal ini berhubungan dengan makna ayat ini di dalam bahasa asli PB yaitu Yunani. Dalam hal ini terjemahan ITB oleh LAI kurang tepat mengenai ayat ini.
TR : πως ημεις εκφευξομεθα τηλικαυτης αμελησαντες σωτηριας; ητις αρχην λαβουσα λαλεισθαι δια του κυριου υπο των ακουσαντων εις ημας εβεβαιωθη
KJV : How shall we escape, if we neglect so great salvation; which at the first began to be spoken by the Lord, and was confirmed unto us by them that heard him;

Di ayat ini, penulis Ibrani tidak sedang mengatakan bahwa ia menerima pemberitaan Injil dari rasul-rasul. Yang dimaksudkannya ialah bahwa hal itu telah dikonfirmasi kepada mereka oleh orang-orang yang mendengar langsung dari Tuhan. Paulus sebagai penulis surat Ibrani, mendapatkan konfirmasi ini dari murid-murid yang lain yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes seperti yang dijelaskan di dalam suratnya kepada jemaat di Galatia. Di dalam Surat Galatia, murid-murid yang lain menegaskan bahwa Paulus juga memberitakan Injil yang sama dengan yang mereka beritakan. Hal ini sesuai dengan Surat Ibrani 2 : 3-4 tentang konfirmasi. Walau Paulus mendapat wahyu yang terpisah di jalan ke Damsyik dan mendapat panggilan khusus dari Tuhan sendiri, namun konfirmasi dan informasi yang ia dapatkan mengenai Kristus berasal dari murid-murid yang mengikuti Kristus.
                                  
3.      GAYA  PENULISAN
Gaya penulisan dan kosakata dari surat ini sangat berbeda dengan surat-surat Paulus lainnya. Pengembangan logikanya tersusun lebih rapi dibandingkan dengan tulisan-tulisan Paulus.
Jawaban untuk hal ini berhubungan dengan penerima dan tujuan dari surat-surat Paulus. Sebagian surat Paulus ditujukan untuk pribadi-pribadi tertentu yakni Timotius, Titus, dan Filemon, serta kepada jemaat-jemaat seperti Roma, Korintus, dan Tesalonika. Di dalam surat-suratnya itu Paulus memberikan nasihat dan mengajarkan doktrin-doktrin kepada mereka. Untuk surat Ibrani, Paulus menulis secara khusus kepada orang-orang Ibrani dengan tema-tema yang khusus seperti keutamaan Kristus dalam segala hal, kurangnya pertumbuhan rohani, dan bahaya kemurtadan.
Hal yang sama ditunjukkan oleh penulis PB yang lain. Gaya Yohanes menulis, misalnya dalam Kitab Wahyu, secara signifikan berbeda dengan tulisan-tulisannya yang lain. Hal ini tidak mengartikan  bahwa Yohanes tidak menulis Kitab Wahyu. Selain itu, Surat 1 Petrus memiliki perbedaan yang sangat besar dengan Surat 2 Petrus. Namun yang menulis kedua-duanya adalah satu orang yaitu Rasul Petrus sendiri.

4.      PENULIS  MENGUTIP  LXX
Argumen terakhir yang menolak kepenulisan Paulus atas surat ini ialah masalah pengutipannya. Penulis Ibrani dianggap mengutip dari Septuaginta dan bukan dari kitab bahasa Ibrani Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa penulisnya tidak mungkin adalah Paulus.
Untuk menjawab hal ini, ada beberapa hal yang perlu dikemukakan. Pertama, asal-usul kitab Septuaginta itu sendiri. Asal-usul dari surat ini masih diperdebatkan. Ada sebuah surat yang mengklaim ditulis oleh seorang yang bernama Aristeas kepada saudaranya Philocrates, pada zaman pemerintahan Ptolomy Philadelphus (285-246 SM). Dalam surat itu, Aristeas menceritakan bagaimana Philadelphus, karena dipengaruhi oleh juru perpustakaannya untuk mendapatkan satu salinan Alkitab Yahudi, meminta kepada Imam Besar di Yerusalem untuk menyediakannya. Setelah itu dikirimlah 72 tua-tua Israel ke Aleksandria dan menyelesaikan penerjemahannya ke bahasa Yunani dalam waktu 72 hari. Cerita ini perlu diragukan keakuratan sejarahnya, karena surat Aristeas tersebut diketahui berasal dari abad-2 SM dan bukan abad ke-3 seperti yang diceritakan dan diklaim surat itu.
Kedua, kemungkinan besar tidak ada satu pun terjemahan PL yang lengkap sebelum zaman Yesus. Riset yang telah dilakukan oleh ahli-ahli teologi menyimpulkan bahwa tidak ada LXX yang eksis sebelum zaman Yesus. Karena manuskrip-manuskrip PL dalam bahasa Yunani cukup jarang dan juga terpecah-pecah, sumber utama LXX hari ini adalah kolom kelima dari Hexapla Origen (254 M).
Ketiga, LXX tidak dikutip oleh para penulis PB. Ada beberapa alasan kuat yang mendasari hal ini, diantaranya :
1.      Orang Yahudi di Israel yang mengerti bahasa Ibrani, juga dengan ‘kesombongan’ mereka sebagai umat pilihan, tentunya tidak akan memakai terjemahan Yunani dari Aleksandria.
2.      Tuhan Yesus berbicara mengenai ‘iota’ dan ‘titik’ (keraia) yang hanya terdapat dalam bahasa Ibrani.
3.      Tuhan Yesus mengacu kepada ketiga pembagian PL, yaitu Hukum Taurat, Kitab Nabi-Nabi, dan Mazmur (TaNaK).
Mengenai kutipan-kutipan PL dalam PB, Septuaginta memiliki kesalahan-kesalahan. Contohnya frase di dalam Roma 9:17 yang seharusnya diterjemahkan ‘membangkitkan engkau’ tetapi diterjemahkan LXX menjadi ‘engkau dibebaskan’. Untuk kutipan-kutipan lain yang lebih menyerupai LXX, penjelasan yang tepat ialah : karena LXX saat ini banyak berasal dari Hexaplanya Origen, maka LXX yang mengutip PB dan bukan sebaliknya. Jadi, Septuaginta adalah terjemahan biasa dan penulis Ibrani tidak mengutip LXX sama sekali.

ALTERNATIF  DAN  KEBERATANNYA
Alternatif terhadap penulis Surat Ibrani memunculkan beberapa nama yang cukup dekat dengan kehidupan dan pelayanan Paulus, yaitu Barnabas, Apolos, Lukas, Silas, Priskila dan Akwila, serta Clement dari Aleksandria. Dari nama-nama ini, yang paling dekat sebagai penulis Surat Ibrani adalah Barnabas dan Apolos.

A.    BARNABAS
Tertulian , Bapa Gereja dari Chartage (150-222 AD) adalah orang pertama yang mengajukan nama Barnabas sebagai penulis Surat Ibrani. Ada beberapa alasan yang diajukan untuk mendukung pendapat ini. Pertama, Barnabas terkenal dengan kemahiran bahasa Yunaninya. Karena ia berasal dari Siprus, kemungkinan besar ia punya banyak interaksi dengan pemikiran Aleksandrian dan Helenis, yang membuatnya dapat menulis dalam bahasa Yunani yang cakap seperti yang nampak dalam Surat Ibrani.
Kedua, Barnabas disebut sebagai ‘anak nasihat’. Hal ini sesuai dengan isi Surat Ibrani yang sering disebut oleh penulisnya sebagai ‘kata-kata nasihat’.
Ketiga, Barnabas adalah seorang dari suku Lewi yang tentunya fasih dalam sistem korban di PL. Hal ini berkaitan dengan dasar pemikiran Surat Ibrani yang banyak menyinggung tata cara imamat dan korban.
Keberatan terhadap Barnabas sebagai penulis Surat Ibrani ini berhubungan dengan isi dari surat itu sendiri. Walaupun dia adalah seorang Lewi, hal itu tidak langsung menunjukkan dirinya sebagai penulis surat itu. Penulis Surat Ibrani lebih tertarik kepada kultus biblika daripada kultus Bait Allah.

B.     APOLOS
Yang pertama mengajukan Apolos sebagai penulis surat ini ialah Marthen Luther. Apolos pertama kali disebut di dalam KPR 18:24 sebagai seorang yang fasih berbicara dan mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Sebagai seorang Yahudi, ia telah menerima kebenaran tentang Yesus Kristus lalu mengajarkannya dengan teliti dan bersemangat kepada orang lain. Ia cukup dekat dengan Paulus dan Timotius, bahkan cukup berpengaruh di lingkungan jemaat-jemaat. Hal-hal inilah yang membuat namanya dimasukkan sebagai salah satu nominasi penulis Surat Ibrani.
Keberatan terhadap Apolos berasal dari isi surat itu sendiri. Surat Ibrani mengindikasikan bahwa ia ditulis oleh seorang guru saat terpisah dari murid-muridnya. Itu berarti sekurang-kurangnya ada hubungan pribadi yang cukup erat antara penulis dan penerima surat tersebut. Jika hal ini dikaitkan dengan pendapat mayoritas bahwa surat ini ditujukan kepada jemaat di Roma, maka Apolos tak dapat diterima sebagai penulis Surat Ibrani. Hal ini disebabkan tidak adanya bukti yang kuat dalam Alkitab mengenai hubungan yang erat antara Apolos dan jemaat Roma. Data Alkitab tentang Apolos hanya mencatat adanya hubungan antara Apolos dan jemaat Efesus (KPR 18:24) dan jemaat Korintus (1 Kor. 1:12; 3:4).

ARGUMEN  YANG  MENDUKUNG 
A.    BUKTI  EKSTERNAL
1.      Manuskrip
Inskripsi “Surat Rasul Paulus Kepada Orang Ibrani” ditemukan hampir di semua manuskrip Yunani yang ada, termasuk di dalamnya terjemahan bahasa Aram pada awal abad kedua yaitu Peshitta. Salah satu contoh manuskrip awal yang menyinggung hal ini ialah Papirus Chester Beatty no. 2 (P 46) yang memuat Surat Ibrani bersama sembilan surat Paulus lainnya.
2.      Clement dari Roma
Clement dari Roma adalah orang yang hidup sezaman dengan Paulus (Filipi 4:3). Dalam suratnya yang ditulis sekitar 96 AD, Clement banyak kali mengutip dari surat-surat Paulus terutama 1 Korintus dan Ibrani. Walaupun ia tidak secara langsung mengatakan bahwa Paulus adalah penulis Surat Ibrani, tetapi ia merujuk pada surat itu sama seperti surat-surat Paulus lainnya, seolah-olah hal itu sudah tidak diragukan lagi.
3.      Gereja di Alexandria
Clement dari Alexandria (AD 180) menyatakan Paulus sebagai penulis Surat Ibrani berdasarkan pendapat Pantaenus yang adalah kepala sekolah di Alexandria. Pantaenus hidup di dekat Palestina dan tentunya sangat mengenal opini dan pendapat umum yang ada pada waktu itu.
4.      Eusebius dari Kaisarea
Eusebius adalah seorang sejarawan gereja mula-mula. Ia menuliskan daftar kitab-kitab kanon PB atas permintaan kaisar Konstantin. Dalam daftarnya itu, ia memberikan bukti-bukti inspirasi dan kanonisitas kitab-kitab termasuk penulis-penulis setiap kitab PB. Dengan penuh keyakinan ia menyatakan bahwa Paulus menulis 14 kitab, termasuk Surat Ibrani.
5.      Athanasius
Athanasius hidup sezaman dengan Eusebius dari Kaisarea. Ia juga meneguhkan kanon ke-27 kitab PB serta menyebutkan nama-nama penulis setiap kitab PB. Ia menuliskan Paulus sebagai penulis Surat Ibrani dan menaruh surat ini di antara 2 Tesalonika dan 1 Timotius.
6.      Gereja Timur (Eastern Churches)
Gereja Timur menerima surat ini sebagai tulisan Paulus. Justin Martyr yang lahir di Samaria (140 AD) dan Jacob seorang Penilik di Nisibis (325 AD), mengutip dan menyatakan surat ini sebagai tulisan Paulus.
7.      Gereja Barat (Western Churches)
Ambrose dari Milan (360 AD), Jerome (347-420 AD) penulis Vulgata, dan Augustine (354-430 AD) memberikan argumen dan mempertahankan Paulus sebagai penulis Surat Ibrani.
8.      Origen dari Alexandria
Origen adalah seorang Bapa Gereja yang sangat terpelajar. Kutipannya seringkali disalah-mengerti dan dipakai oleh orang-orang yang menolak kepenulisan Paulus. Kutipannya mengatakan, “Siapa yang menulis surat (Ibrani), dalam kebenaran, hanya Allah yang tahu”. Akan tetapi di paragraf yang sama ia berkata, “Karena itu, jika ada gereja yang menyatakan surat ini sebagai (tulisan) Paulus, biarlah mereka dipuji untuk hal ini. Sebab bukan tanpa alasan orang-orang yang dahulu telah menurunkannya sebagai tulisan Paulus”. Dalam tulisan-tulisannya, Origen juga mengutip Surat Ibrani lebih dari 200 kali sebagai surat Paulus.        
9.      Konsili Hippo (393 AD), Carthage (397 AD), Carthage (419 AD)
Kepenulisan Paulus dipertahankan di dalam konsili-konsili ini.

B.     BUKTI  INTERNAL
1.      Hubungan dengan Timotius
Indikasi pertama surat ini ditulis oleh Paulus ditemukan di akhir pasal 13. Kalimat terakhir di ayat 24 berbunyi, “ασπαζονται υμας οι απο της ιταλιας” (Terimalah salam dari saudara-saudara di Italia). Kemudian subscriptnya menambahkan “προς εβραιους εγραφη απο της ιταλιας δια τιμοθεου” (Ditulis kepada orang-orang Ibrani dari Italia oleh Timotius). Dari tulisan ini, terlihat tiga hal yang sangat penting.
Pertama, asal surat ini adalah Italia. Sedangkan penanggalannya diperkirakan 62-65 AD. Waktu ini adalah kira-kira saat pemenjaraan Paulus di Roma.
Kedua, Timotius disebut dua kali dalam surat ini. Timotius adalah seorang rekan kerja yang dekat dengan Paulus dan kemungkinan besar menjadi amanuensisnya (orang yang menulis surat yang didiktekan kepadanya). Hal ini adalah kebiasaan yang dilakukan Paulus di dalam surat-suratnya. Ketika postscript Surat 1 Korintus diteliti, dapat ditemukan empat orang yang menjadi penulis bagi Paulus yaitu Stefanus, Fortunatus, Akhaikus, dan Timotius.
Beberapa ahli Alkitab yang menolak kepenulisan Paulus atas surat ini menunjukkan Ibrani 13:23 ketika Timotius disebut ‘saudara kita’, yang berbeda dengan sebutan Paulus kepada Timotius yang hanya menyebutnya ‘anakku’ (1 Tim. 1:2 dan 1 Kor. 4:17). Namun, di dalam surat-suratnya, Paulus sama sekali tidak hanya menyebut Timotius dengan sebutan ‘anakku’. Dia juga menulis dan mengacu kepada Timotius sebagai ‘saudara kita’ di dalam 2 Korintus 1:1, Kolose 1:1, 1 Tesalonika 3:2, dan Filemon 1.
Ketiga, surat ini ditutup dengan kata-kata, “Kasih karunia menyertai kamu sekalian”. Tidak ada penulis PB lain yang menggunakan frase tersebut selain Paulus. Kata-kata ini adalah stempel otentik yang biasa dipergunakan di dalam surat-suratnya.

2.      Ayat-ayat yang paralel
Di dalam Surat Ibrani ditemukan ayat-ayat yang tidak asing lagi dalam surat-surat Paulus yang lain. Contohnya, Ibrani 2:7-9 mirip dengan Filipi 2:8-9 dan I Korintus 15:25-28, terutama frase ‘di bawah kakiNya’.
Perikop lainnya adalah Ibrani 5:12-14 yang hampir sama dengan 1 Korintus 3:1-3. Konsep susu, makanan keras, dan bayi merupakan bagian yang khas dari Paulus. Di dalam Ibrani ada banyak bagian-bagian yang menunjukkan perbandingan seperti itu.

3.      Penggunaan tema-tema yang eksklusif
Indikator paling jelas akan kepenulisan Paulus terhadap Surat Ibrani ialah penggunaan tema-tema, frase-frase, dan motif-motif teologi yang hanya ditemukan dalam surat-suratnya. Contoh pertama yang sangat kuat ialah doktrin Paulus tentang pembenaran oleh iman. Hal ini diajarkan di dalam dua suratnya yakni Roma dan Galatia. Dalam penjelasannya tentang pembenaran, Paulus menggunakan perbandingan-perbandingan spesifik dan merujuk ke PL untuk membangun argumennya. Dua contoh perbandingan yang dipergunakannya ialah Abraham dan Musa. Paulus adalah satu-satunya penulis PB (kecuali Yakobus, Yak. 2:14) yang menunjukkan Abraham sebagai gambaran dari pembenaran oleh iman, dan Musa sebagai lambang dari melakukan hukum dan perbuatan. Paulus menggunakan ekspresi seperti, ‘ahli waris janji’, ‘memperoleh janji’, ‘keturunan Abraham’, ‘hukum kematian’, serta nama Abraham dan Musa untuk menekankan doktrin pembenaran oleh iman, yang dikontraskan dengan melaksanakan hukum Taurat. Sebagian besar dari frase-frase tersebut ditemukan di Roma 4:3 serta Galatia 3 dan 4. Akan tetapi frase-frase yang demikian, diperbincangkan juga di dalam Ibrani 2:16, 3, 6:13-17, 7:1-9, 11:11 dan 18. Tidak ada penulis PB lain yang dikenal dengan doktrin pembenaran oleh iman selain Paulus. Dan Kitab Ibrani ini pun penuh dengan bahasa yang dipakai Paulus untuk mengajarkan doktrin tersebut.
Tanda lain yang menunjuk kepada Paulus sebagai penulis Surat Ibrani ialah kutipan dari nabi Habakuk yakni, “Orang benar akan hidup oleh iman” (Hab. 2:4). Ayat ini dikutip tiga kali dalam PB yakni Roma 1:17, Galatia 3:11, dan Ibrani 10:38.

4.      Pengetahuan tentang PL
Paulus dulunya adalah seorang Farisi dan tentunya fasih dengan sistem hukum Taurat seperti yang terlihat melalui tulisannya di dalam Surat Ibrani ini.

5.      2 Petrus 3:15
Ayat ini menuliskan, “.....seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya”. Bagian firman Tuhan ini mendukung kepenulisan Paulus terhadap Surat Ibrani. Di dalam pasal 3:1 Petrus menyatakan bahwa suratnya yang ditulis dan diterima oleh orang-orang pendatang (Ibrani) saat itu, adalah surat yang kedua. Dan di pasal 3:15 Petrus menyatakan bahwa saudara yang terkasih yakni Paulus, juga pernah menulis surat kepada orang-orang itu.
C.    Otoritas Kerasulan
Sama seperti nabi PL, ketika rasul-rasul menulis surat kepada jemaat, orang-orang percaya meyakini bahwa mereka menulis dalam apa yang disebut sebagai ‘suara apostolik’. Karena ditulis oleh seorang rasul, orang-orang yang menerima surat itu menerimanya sebagai Kitab Suci yang diinspirasikan. Hal ini mengartikan penulis Surat Ibrani haruslah seorang rasul dalam rangka menemukan tempat dalam kanon PB. Satu-satunya calon yang masuk akal adalah Paulus karena ia adalah seorang rasul. Dua orang lain yang sering disebut sebagai penulis, yakni Barnabas dan Apolos, tidak memegang kualifikasi sebagai rasul. Barnabas berasal dari Siprus dan tidak menyaksikan pelayanan Kristus. Juga tidak ada kesaksian bahwa ia menyaksikan Tuhan yang telah bangkit. Sedangkan Apolos adalah generasi kedua atau ketiga kekristenan yang berasal dari Aleksandria. Meskipun ia adalah seorang yang pintar, dia juga tidak hadir untuk melihat pelayanan atau kebangkitan Kristus. Selain itu, penulis Ibrani haruslah seorang yang memiliki otoritas yang tinggi untuk mengajak pembacanya meninggalkan praktek-praktek di bait Allah dan Yudaisme. Tidak ada kandidat lain yang memiliki rasa hormat dari orang-orang untuk membuat perintah seperti itu selain Rasul Paulus.

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, terlihat sangat jelas bahwa penulis Surat Ibrani adalah Rasul Paulus. Bukti-bukti eksternal, internal, serta otoritas kerasulan, mendukung penuh hal tersebut. Tentang hal ini, John Brown menyimpulkan : “After considering with some care the evidence on both sides of this questions, I am disposed to think that, though by no means absolutely certain, it is in a high degree probable, that this epistle was written by the apostle Paul”[1]. Jadi, penulis Surat ini adalah Rasul Paulus sendiri dan tidak ada bukti-bukti lain yang cukup untuk menolak hal tersebut.

Penulis: Meifel Kontra


[1] Diakses dari situs http://www.fpcr.org/blue_banner_articles/Who-Wrote-Hebrews.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar