Persoalan mengenai
penulis Surat Ibrani merupakan persoalan yang rumit sebab di dalam surat ini
tidak mencantumkan nama penulisnya secara langsung. Walaupun demikian, hal ini
tidak mempengaruhi keaslian dari surat yang diinspirasikan atau validitasnya
sehingga dimasukkan ke dalam kanon Alkitab. Tradisi gereja mengajarkan bahwa
Paulus adalah penulis Surat Ibrani, dan sampai tahun 1800-an hal ini tidak
diperdebatkan lagi. Namun, meskipun sebagian besar orang Kristen masih
mempercayai Paulus sebagai penulis Surat Ibrani, ada alasan-alasan dan
argumen-argumen yang berkembang, yang malah menyimpulkan hal yang sebaliknya.
ARGUMEN
YANG MENOLAK DAN
JAWABANNYA
1. SURAT TANPA NAMA
Penolakan
terhadap kepenulisan Paulus yang pertama ialah masalah anonimitas. Penulis surat Ibrani ini tidak mengidentifikasi diri
dengan menyebutkan namanya. Hal ini sangat berbeda dengan semua surat Paulus
yang mencantumkan namanya sendiri.
Jawaban untuk
hal ini berhubungan dengan penerima dari surat itu sendiri. Karena penerima
surat ini adalah orang-orang Ibrani yang sebagian dari mereka menyimpan
prasangka terhadap Paulus, maka Paulus dengan sengaja tidak menuliskan namanya
untuk menghindari penolakan mereka atas surat ini. Lagipula, para pembaca
surat-suratnya yang lain tidak akan kesulitan mengenalinya dari kata-kata dan
tema-tema yang sudah sering ia tuliskan.
2. IBRANI 2 : 3
Di dalam ayat firman Tuhan ini tertulis : “bagaimanakah kita akan luput,
jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula
diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan
cara yang dapat dipercayai, ...”.
Di dalam ayat ini terlihat seolah-olah penulis Ibrani adalah seseorang yang
menerima pemberitaan Injil dari orang lain. Atau dengan kata lain, penulis
Ibrani adalah ‘generasi kedua’ dalam kekristenan saat itu. Oleh karena itu,
penulis Ibrani tidak mungkin adalah Paulus. Dalam kitab Galatia Paulus menuliskan
bahwa Injil yang diterimanya adalah langsung melalui penyataan Tuhan Yesus.
Jawaban untuk hal ini berhubungan dengan makna ayat
ini di dalam bahasa asli PB yaitu Yunani. Dalam hal ini terjemahan ITB oleh LAI
kurang tepat mengenai ayat ini.
TR : πως ημεις εκφευξομεθα τηλικαυτης αμελησαντες
σωτηριας; ητις αρχην λαβουσα λαλεισθαι δια του κυριου υπο των ακουσαντων εις
ημας εβεβαιωθη
KJV : How shall we escape, if we
neglect so great salvation; which at the first began to be spoken by the Lord,
and was confirmed unto us by
them that heard him;
Di ayat ini, penulis Ibrani tidak sedang mengatakan bahwa
ia menerima pemberitaan Injil dari rasul-rasul. Yang dimaksudkannya ialah bahwa
hal itu telah dikonfirmasi kepada mereka oleh orang-orang yang mendengar langsung
dari Tuhan. Paulus sebagai penulis surat Ibrani, mendapatkan konfirmasi ini
dari murid-murid yang lain yakni Petrus, Yakobus, dan Yohanes seperti yang
dijelaskan di dalam suratnya kepada jemaat di Galatia. Di dalam Surat Galatia,
murid-murid yang lain menegaskan bahwa Paulus juga memberitakan Injil yang sama
dengan yang mereka beritakan. Hal ini sesuai dengan Surat Ibrani 2 : 3-4
tentang konfirmasi. Walau Paulus mendapat wahyu yang terpisah di jalan ke
Damsyik dan mendapat panggilan khusus dari Tuhan sendiri, namun konfirmasi dan
informasi yang ia dapatkan mengenai Kristus berasal dari murid-murid yang
mengikuti Kristus.
3.
GAYA
PENULISAN
Gaya penulisan
dan kosakata dari surat ini sangat berbeda dengan surat-surat Paulus lainnya.
Pengembangan logikanya tersusun lebih rapi dibandingkan dengan tulisan-tulisan
Paulus.
Jawaban untuk
hal ini berhubungan dengan penerima dan tujuan dari surat-surat Paulus. Sebagian
surat Paulus ditujukan untuk pribadi-pribadi tertentu yakni Timotius, Titus,
dan Filemon, serta kepada jemaat-jemaat seperti Roma, Korintus, dan Tesalonika.
Di dalam surat-suratnya itu Paulus memberikan nasihat dan mengajarkan
doktrin-doktrin kepada mereka. Untuk surat Ibrani, Paulus menulis secara khusus
kepada orang-orang Ibrani dengan tema-tema yang khusus seperti keutamaan
Kristus dalam segala hal, kurangnya pertumbuhan rohani, dan bahaya kemurtadan.
Hal yang sama
ditunjukkan oleh penulis PB yang lain. Gaya Yohanes menulis, misalnya dalam
Kitab Wahyu, secara signifikan berbeda dengan tulisan-tulisannya yang lain. Hal
ini tidak mengartikan bahwa Yohanes
tidak menulis Kitab Wahyu. Selain itu, Surat 1 Petrus memiliki perbedaan yang
sangat besar dengan Surat 2 Petrus. Namun yang menulis kedua-duanya adalah satu
orang yaitu Rasul Petrus sendiri.
4.
PENULIS
MENGUTIP LXX
Argumen terakhir
yang menolak kepenulisan Paulus atas surat ini ialah masalah pengutipannya. Penulis
Ibrani dianggap mengutip dari Septuaginta dan bukan dari kitab bahasa Ibrani
Perjanjian Lama yang menunjukkan bahwa penulisnya tidak mungkin adalah Paulus.
Untuk menjawab
hal ini, ada beberapa hal yang perlu dikemukakan. Pertama, asal-usul kitab
Septuaginta itu sendiri. Asal-usul dari surat ini masih diperdebatkan. Ada
sebuah surat yang mengklaim ditulis oleh seorang yang bernama Aristeas kepada
saudaranya Philocrates, pada zaman pemerintahan Ptolomy Philadelphus (285-246
SM). Dalam surat itu, Aristeas menceritakan bagaimana Philadelphus, karena
dipengaruhi oleh juru perpustakaannya untuk mendapatkan satu salinan Alkitab
Yahudi, meminta kepada Imam Besar di Yerusalem untuk menyediakannya. Setelah
itu dikirimlah 72 tua-tua Israel ke Aleksandria dan menyelesaikan
penerjemahannya ke bahasa Yunani dalam waktu 72 hari. Cerita ini perlu
diragukan keakuratan sejarahnya, karena surat Aristeas tersebut diketahui
berasal dari abad-2 SM dan bukan abad ke-3 seperti yang diceritakan dan diklaim
surat itu.
Kedua, kemungkinan
besar tidak ada satu pun terjemahan PL yang lengkap sebelum zaman Yesus. Riset
yang telah dilakukan oleh ahli-ahli teologi menyimpulkan bahwa tidak ada LXX
yang eksis sebelum zaman Yesus.
Karena manuskrip-manuskrip PL dalam bahasa Yunani cukup jarang dan juga
terpecah-pecah, sumber utama LXX hari ini adalah kolom kelima dari Hexapla Origen (254 M).
Ketiga, LXX
tidak dikutip oleh para penulis PB. Ada beberapa alasan kuat yang mendasari hal
ini, diantaranya :
1. Orang
Yahudi di Israel yang mengerti bahasa Ibrani, juga dengan ‘kesombongan’ mereka
sebagai umat pilihan, tentunya tidak akan memakai terjemahan Yunani dari
Aleksandria.
2. Tuhan
Yesus berbicara mengenai ‘iota’ dan ‘titik’ (keraia) yang hanya terdapat dalam
bahasa Ibrani.
3. Tuhan
Yesus mengacu kepada ketiga pembagian PL, yaitu Hukum Taurat, Kitab Nabi-Nabi,
dan Mazmur (TaNaK).
Mengenai
kutipan-kutipan PL dalam PB, Septuaginta memiliki kesalahan-kesalahan.
Contohnya frase di dalam Roma 9:17 yang seharusnya diterjemahkan ‘membangkitkan
engkau’ tetapi diterjemahkan LXX menjadi ‘engkau dibebaskan’. Untuk
kutipan-kutipan lain yang lebih menyerupai LXX, penjelasan yang tepat ialah :
karena LXX saat ini banyak berasal dari Hexaplanya
Origen, maka LXX yang mengutip PB dan bukan sebaliknya. Jadi, Septuaginta
adalah terjemahan biasa dan penulis Ibrani tidak mengutip LXX sama sekali.
ALTERNATIF DAN
KEBERATANNYA
Alternatif
terhadap penulis Surat Ibrani memunculkan beberapa nama yang cukup dekat dengan
kehidupan dan pelayanan Paulus, yaitu Barnabas, Apolos, Lukas, Silas, Priskila
dan Akwila, serta Clement dari Aleksandria. Dari nama-nama ini, yang paling
dekat sebagai penulis Surat Ibrani adalah Barnabas dan Apolos.
A.
BARNABAS
Tertulian , Bapa
Gereja dari Chartage (150-222 AD) adalah orang pertama yang mengajukan nama
Barnabas sebagai penulis Surat Ibrani. Ada beberapa alasan yang diajukan untuk
mendukung pendapat ini. Pertama, Barnabas terkenal dengan kemahiran bahasa
Yunaninya. Karena ia berasal dari Siprus, kemungkinan besar ia punya banyak
interaksi dengan pemikiran Aleksandrian dan Helenis, yang membuatnya dapat
menulis dalam bahasa Yunani yang cakap seperti yang nampak dalam Surat Ibrani.
Kedua, Barnabas
disebut sebagai ‘anak nasihat’. Hal ini sesuai dengan isi Surat Ibrani yang
sering disebut oleh penulisnya sebagai ‘kata-kata nasihat’.
Ketiga, Barnabas
adalah seorang dari suku Lewi yang tentunya fasih dalam sistem korban di PL. Hal
ini berkaitan dengan dasar pemikiran Surat Ibrani yang banyak menyinggung tata
cara imamat dan korban.
Keberatan
terhadap Barnabas sebagai penulis Surat Ibrani ini berhubungan dengan isi dari
surat itu sendiri. Walaupun dia adalah seorang Lewi, hal itu tidak langsung
menunjukkan dirinya sebagai penulis surat itu. Penulis Surat Ibrani lebih
tertarik kepada kultus biblika daripada kultus Bait Allah.
B.
APOLOS
Yang pertama
mengajukan Apolos sebagai penulis surat ini ialah Marthen Luther. Apolos
pertama kali disebut di dalam KPR 18:24 sebagai seorang yang fasih berbicara
dan mahir dalam soal-soal Kitab Suci. Sebagai seorang Yahudi, ia telah menerima
kebenaran tentang Yesus Kristus lalu mengajarkannya dengan teliti dan
bersemangat kepada orang lain. Ia cukup dekat dengan Paulus dan Timotius,
bahkan cukup berpengaruh di lingkungan jemaat-jemaat. Hal-hal inilah yang
membuat namanya dimasukkan sebagai salah satu nominasi penulis Surat Ibrani.
Keberatan
terhadap Apolos berasal dari isi surat itu sendiri. Surat Ibrani mengindikasikan
bahwa ia ditulis oleh seorang guru saat terpisah dari murid-muridnya. Itu
berarti sekurang-kurangnya ada hubungan pribadi yang cukup erat antara penulis
dan penerima surat tersebut. Jika hal ini dikaitkan dengan pendapat mayoritas
bahwa surat ini ditujukan kepada jemaat di Roma, maka Apolos tak dapat diterima
sebagai penulis Surat Ibrani. Hal ini disebabkan tidak adanya bukti yang kuat
dalam Alkitab mengenai hubungan yang erat antara Apolos dan jemaat Roma. Data
Alkitab tentang Apolos hanya mencatat adanya hubungan antara Apolos dan jemaat
Efesus (KPR 18:24) dan jemaat Korintus (1 Kor. 1:12; 3:4).
ARGUMEN YANG
MENDUKUNG
A.
BUKTI EKSTERNAL
1. Manuskrip
Inskripsi “Surat
Rasul Paulus Kepada Orang Ibrani” ditemukan hampir di semua manuskrip Yunani
yang ada, termasuk di dalamnya terjemahan bahasa Aram pada awal abad kedua
yaitu Peshitta. Salah satu contoh manuskrip awal yang menyinggung hal ini ialah
Papirus Chester Beatty no. 2 (P 46)
yang memuat Surat Ibrani bersama sembilan surat Paulus lainnya.
2. Clement
dari Roma
Clement dari
Roma adalah orang yang hidup sezaman dengan Paulus (Filipi 4:3). Dalam suratnya
yang ditulis sekitar 96 AD, Clement banyak kali mengutip dari surat-surat
Paulus terutama 1 Korintus dan Ibrani. Walaupun ia tidak secara langsung
mengatakan bahwa Paulus adalah penulis Surat Ibrani, tetapi ia merujuk pada
surat itu sama seperti surat-surat Paulus lainnya, seolah-olah hal itu sudah
tidak diragukan lagi.
3. Gereja
di Alexandria
Clement dari
Alexandria (AD 180) menyatakan Paulus sebagai penulis Surat Ibrani berdasarkan
pendapat Pantaenus yang adalah kepala sekolah di Alexandria. Pantaenus hidup di
dekat Palestina dan tentunya sangat mengenal opini dan pendapat umum yang ada
pada waktu itu.
4. Eusebius
dari Kaisarea
Eusebius adalah
seorang sejarawan gereja mula-mula. Ia menuliskan daftar kitab-kitab kanon PB
atas permintaan kaisar Konstantin. Dalam daftarnya itu, ia memberikan
bukti-bukti inspirasi dan kanonisitas kitab-kitab termasuk penulis-penulis
setiap kitab PB. Dengan penuh keyakinan ia menyatakan bahwa Paulus menulis 14
kitab, termasuk Surat Ibrani.
5. Athanasius
Athanasius hidup
sezaman dengan Eusebius dari Kaisarea. Ia juga meneguhkan kanon ke-27 kitab PB
serta menyebutkan nama-nama penulis setiap kitab PB. Ia menuliskan Paulus
sebagai penulis Surat Ibrani dan menaruh surat ini di antara 2 Tesalonika dan 1
Timotius.
6. Gereja
Timur (Eastern Churches)
Gereja Timur
menerima surat ini sebagai tulisan Paulus. Justin Martyr yang lahir di Samaria
(140 AD) dan Jacob seorang Penilik di Nisibis (325 AD), mengutip dan menyatakan
surat ini sebagai tulisan Paulus.
7. Gereja
Barat (Western Churches)
Ambrose dari
Milan (360 AD), Jerome (347-420 AD) penulis Vulgata, dan Augustine (354-430 AD)
memberikan argumen dan mempertahankan Paulus sebagai penulis Surat Ibrani.
8. Origen
dari Alexandria
Origen
adalah seorang Bapa Gereja yang sangat terpelajar. Kutipannya seringkali
disalah-mengerti dan dipakai oleh orang-orang yang menolak kepenulisan Paulus.
Kutipannya mengatakan, “Siapa yang menulis surat (Ibrani), dalam kebenaran,
hanya Allah yang tahu”. Akan tetapi di paragraf yang sama ia berkata, “Karena
itu, jika ada gereja yang menyatakan surat ini sebagai (tulisan) Paulus,
biarlah mereka dipuji untuk hal ini. Sebab bukan tanpa alasan orang-orang yang
dahulu telah menurunkannya sebagai tulisan Paulus”. Dalam tulisan-tulisannya,
Origen juga mengutip Surat Ibrani lebih dari 200 kali sebagai surat Paulus.
9. Konsili
Hippo (393 AD), Carthage (397 AD), Carthage (419 AD)
Kepenulisan
Paulus dipertahankan di dalam konsili-konsili ini.
B.
BUKTI INTERNAL
1.
Hubungan dengan Timotius
Indikasi pertama surat ini ditulis oleh Paulus
ditemukan di akhir pasal 13. Kalimat terakhir di ayat 24 berbunyi, “ασπαζονται υμας οι απο της
ιταλιας” (Terimalah salam dari
saudara-saudara di Italia). Kemudian subscriptnya
menambahkan “προς εβραιους εγραφη απο της ιταλιας δια
τιμοθεου” (Ditulis kepada
orang-orang Ibrani dari Italia oleh Timotius). Dari tulisan ini, terlihat tiga
hal yang sangat penting.
Pertama,
asal surat ini adalah Italia. Sedangkan penanggalannya diperkirakan 62-65 AD. Waktu
ini adalah kira-kira saat pemenjaraan Paulus di Roma.
Kedua,
Timotius disebut dua kali dalam surat ini. Timotius adalah seorang rekan kerja
yang dekat dengan Paulus dan kemungkinan besar menjadi amanuensisnya
(orang yang menulis surat yang didiktekan kepadanya). Hal ini adalah kebiasaan
yang dilakukan Paulus di dalam surat-suratnya. Ketika postscript Surat 1
Korintus diteliti, dapat ditemukan empat orang yang menjadi penulis bagi Paulus
yaitu Stefanus, Fortunatus, Akhaikus, dan Timotius.
Beberapa ahli Alkitab yang
menolak kepenulisan Paulus atas surat ini menunjukkan Ibrani 13:23 ketika
Timotius disebut ‘saudara kita’, yang berbeda dengan sebutan Paulus kepada
Timotius yang hanya menyebutnya ‘anakku’ (1 Tim. 1:2 dan 1 Kor. 4:17). Namun,
di dalam surat-suratnya, Paulus sama sekali tidak hanya menyebut Timotius
dengan sebutan ‘anakku’. Dia juga menulis dan mengacu kepada Timotius sebagai
‘saudara kita’ di dalam 2 Korintus 1:1, Kolose 1:1, 1 Tesalonika 3:2, dan Filemon
1.
Ketiga,
surat ini ditutup dengan kata-kata, “Kasih karunia menyertai kamu sekalian”.
Tidak ada penulis PB lain yang menggunakan frase tersebut selain Paulus. Kata-kata
ini adalah stempel otentik yang biasa dipergunakan di dalam surat-suratnya.
2. Ayat-ayat
yang paralel
Di dalam Surat
Ibrani ditemukan ayat-ayat yang tidak asing lagi dalam surat-surat Paulus yang
lain. Contohnya, Ibrani 2:7-9 mirip dengan Filipi 2:8-9 dan I Korintus
15:25-28, terutama frase ‘di bawah kakiNya’.
Perikop lainnya
adalah Ibrani 5:12-14 yang hampir sama dengan 1 Korintus 3:1-3. Konsep susu,
makanan keras, dan bayi merupakan bagian yang khas dari Paulus. Di dalam Ibrani
ada banyak bagian-bagian yang menunjukkan perbandingan seperti itu.
3. Penggunaan
tema-tema yang eksklusif
Indikator paling
jelas akan kepenulisan Paulus terhadap Surat Ibrani ialah penggunaan tema-tema,
frase-frase, dan motif-motif teologi yang hanya ditemukan dalam surat-suratnya.
Contoh pertama yang sangat kuat ialah doktrin Paulus tentang pembenaran oleh iman.
Hal ini diajarkan di dalam dua suratnya yakni Roma dan Galatia. Dalam
penjelasannya tentang pembenaran, Paulus menggunakan perbandingan-perbandingan
spesifik dan merujuk ke PL untuk membangun argumennya. Dua contoh perbandingan
yang dipergunakannya ialah Abraham dan Musa. Paulus adalah satu-satunya penulis
PB (kecuali Yakobus, Yak. 2:14) yang menunjukkan Abraham sebagai gambaran dari
pembenaran oleh iman, dan Musa sebagai lambang dari melakukan hukum dan
perbuatan. Paulus menggunakan ekspresi seperti, ‘ahli waris janji’, ‘memperoleh
janji’, ‘keturunan Abraham’, ‘hukum kematian’, serta nama Abraham dan Musa
untuk menekankan doktrin pembenaran oleh iman, yang dikontraskan dengan
melaksanakan hukum Taurat. Sebagian besar dari frase-frase tersebut ditemukan di
Roma 4:3 serta Galatia 3 dan 4. Akan tetapi frase-frase yang demikian, diperbincangkan
juga di dalam Ibrani 2:16, 3, 6:13-17, 7:1-9, 11:11 dan 18. Tidak ada penulis
PB lain yang dikenal dengan doktrin pembenaran oleh iman selain Paulus. Dan Kitab
Ibrani ini pun penuh dengan bahasa yang dipakai Paulus untuk mengajarkan
doktrin tersebut.
Tanda lain yang
menunjuk kepada Paulus sebagai penulis Surat Ibrani ialah kutipan dari nabi
Habakuk yakni, “Orang benar akan hidup oleh iman” (Hab. 2:4). Ayat ini dikutip tiga
kali dalam PB yakni Roma 1:17, Galatia 3:11, dan Ibrani 10:38.
4. Pengetahuan
tentang PL
Paulus dulunya
adalah seorang Farisi dan tentunya fasih dengan sistem hukum Taurat seperti
yang terlihat melalui tulisannya di dalam Surat Ibrani ini.
5. 2
Petrus 3:15
Ayat
ini menuliskan, “.....seperti juga Paulus, saudara
kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan
kepadanya”. Bagian firman Tuhan ini mendukung kepenulisan
Paulus terhadap Surat Ibrani. Di dalam pasal 3:1 Petrus menyatakan bahwa
suratnya yang ditulis dan diterima oleh orang-orang pendatang (Ibrani) saat
itu, adalah surat yang kedua. Dan di pasal 3:15 Petrus menyatakan bahwa saudara
yang terkasih yakni Paulus, juga pernah menulis surat kepada orang-orang itu.
C.
Otoritas
Kerasulan
Sama
seperti nabi PL, ketika rasul-rasul menulis surat kepada jemaat, orang-orang
percaya meyakini bahwa mereka menulis dalam apa yang disebut sebagai ‘suara
apostolik’. Karena ditulis oleh seorang rasul, orang-orang yang menerima surat
itu menerimanya sebagai Kitab Suci yang diinspirasikan. Hal ini mengartikan
penulis Surat Ibrani haruslah seorang rasul dalam rangka menemukan tempat dalam
kanon PB. Satu-satunya calon yang masuk akal adalah Paulus karena ia adalah
seorang rasul. Dua orang lain yang sering disebut sebagai penulis, yakni
Barnabas dan Apolos, tidak memegang kualifikasi sebagai rasul. Barnabas berasal
dari Siprus dan tidak menyaksikan pelayanan Kristus. Juga tidak ada kesaksian
bahwa ia menyaksikan Tuhan yang telah bangkit. Sedangkan Apolos adalah generasi
kedua atau ketiga kekristenan yang berasal dari Aleksandria. Meskipun ia adalah
seorang yang pintar, dia juga tidak hadir untuk melihat pelayanan atau
kebangkitan Kristus. Selain itu, penulis Ibrani haruslah seorang yang memiliki
otoritas yang tinggi untuk mengajak pembacanya meninggalkan praktek-praktek di
bait Allah dan Yudaisme. Tidak ada kandidat lain yang memiliki rasa hormat dari
orang-orang untuk membuat perintah seperti itu selain Rasul Paulus.
KESIMPULAN
Dari
pembahasan diatas, terlihat sangat jelas bahwa penulis Surat Ibrani adalah
Rasul Paulus. Bukti-bukti eksternal, internal, serta otoritas kerasulan,
mendukung penuh hal tersebut. Tentang hal ini, John Brown menyimpulkan : “After considering with some care the
evidence on both sides of this questions, I am disposed to think that, though
by no means absolutely certain, it is in a high degree probable, that this
epistle was written by the apostle Paul”[1].
Jadi, penulis Surat ini adalah Rasul Paulus sendiri dan tidak ada bukti-bukti
lain yang cukup untuk menolak hal tersebut.
Penulis: Meifel Kontra
Tidak ada komentar:
Posting Komentar