Ide tentang Domba korban itu
bukan sesuatu yang baru. Banyak orang bahkan pernah menyaksikan sekumpulan
domba atau kambing sedang dipersiapkan untuk dijadikan korban. Domba-domba itu
tidak menyadari nasib mereka, bahwa mereka sedang dipersiapkan sebagai korban.
Disamping itu, orang-orang yang mempersiapkan domba juga tidak mengerti mengapa
mereka mempersiapkan domba/kambing korban, serta apa arti korban itu. Dombanya
tidak mengerti, demikian juga orangnya.
MENGAPA
MEMPERSEMBAHKAN KORBAN?
Banyak
pemimpin agama mengajar umat mereka untuk mempersembahkan korban. Namun sering
kali tidak mengajarkan alasan dan tujuan dalam mempersembahkan korban.
Akhirnya, mereka menghasilkan umat yang hanya sekedar menurut saja, tanpa
memahami makna perbuatan mereka sendiri.
Sesungguhnya
domba korban diperlukan manusia setelah umat manusia jatuh ke dalam dosa.
Allah
pencipta langit dan bumi adalah Allah yang maha suci, yang tidak bisa
berkompromi dengan dosa atau kejahatan, yang sekecil apapun. Ia pasti akan menjatuhkan
penghukuman terhadap siapa saja yang berbuat dosa. Ia tidak akan memandang amal
mereka, karena amal mereka tidak dapat menghapuskan dosa mereka, melainkan
hanya membuat mereka lebih terhormat di mata manusia. Tidak ada amal yang dapat
menghapuskan dosa! Manusia yang bodoh saja tahu, bahwa orang yang telah
melakukan pembunuhan itu perlu dihukum, bukan disuruh berbuat amal, apa lagi
Tuhan. Mungkinkah Tuhan yang sanggup menciptakan langit dan bumi tidak memakai
cara yang benar, melainkan membiarkan manusia berdosa memakai amal untuk
menutupi dosanya?
Semua manusia tahu bahwa hanya satu jalan untuk
membereskan dosa, yaitu melalui penghukuman. Setelah seseorang menjalankan
penghukuman yang ditetapkan kepadanya secara hukum, maka selesailah upah
dosanya. Sebagai contoh, kalau seseorang tertangkap mencuri sesuatu, maka ia
akan dijatuhkan hukuman terkurung di dalam penjara untuk suatu jangka waktu.
Setelah ia menjalankan penghukumannya, maka hutang dosanya telah terlunaskan di
hadapan hukum. Demikian juga prinsip hukum Tuhan berlaku. Prinsip tata-hukum
manusia itu pada hakekatnya berasal dari prinsip tata-hukum Tuhan. Karena
Tuhanlah yang memberikan akal budi kepada manusia.
Ide
tentang korban itu
dihasilkan dari prinsip
penjatuhan hukuman. Sama artinya dengan
penjatuhan hukum denda terhadap orang yang
bersalah. Artinya, karena kesalahannya, seseorang perlu membayar ganti rugi
atau menerima penghukuman. Bisa berupa hukuman badan (cambuk atau penjara),
atau berupa hukuman materi (denda uang atau barang). Orang-orang yang
mempersembahkan sesajian itu sebenarnya bermaksud datang untuk membayar ganti
rugi kesalahannya secara materi. Prinsip ini juga yang mendasari tindakan persembahan
korban. Karena ada pihak yang melakukan kesalahan yang perlu dihindarkan dari
penghukuman, maka diperlukan korban.
Sebenarnya, prinsip dasar dari korban dan sajian yang
terjadi di berbagai bentuk penyembahan itu bersumber dari pengertian membayar
ganti rugi secara materi atau menggantikan pihak yang bersalah
agar ia terhindar dari penghukuman. Pengertian ini diteruskan oleh manusia
pertama yang jatuh ke dalam dosa (Adam dan Hawa), dari satu generasi ke
generasi berikutnya.
Adam dan Hawa tahu persis, bahwa Allah tidak
mungkin berkompromi terhadap dosa yang telah mereka perbuat. Karena mereka
adalah orang pertama yang jatuh ke dalam dosa, maka pasti mereka mengetahui,
atau setidaknya mereka mendengar tentang akibat dosa mereka, dan juga cara
untuk mendapatkan pengampunan. Setelah mereka mengetahui bahwa cara untuk
mendapatkan pengampunan itu ialah menjadikan seekor domba sebagai korban
pengganti mereka sementara menunggu “domba Allah” yang sedang dipersiapkan,
maka tentu mereka meneruskan ajaran itu kepada anak cucu mereka.
Dalam
cerita Kain dan Habel, terkandung makna bahwa pada prinsipnya mereka tahu
dengan jelas tentang jalan keselamatan. Tetapi rupanya Kain tidak serius dalam
menanggapi makna jalan keselamatan yang diajarkan Allah. Sedangkan Habel lebih
berhikmat, dan tulus, sehingga dia menuruti tata-cara yang dikehendaki Allah.
Kain mempersembahkan hasil pertaniannya sedangkan Habel mempersembahkan seekor
domba yang tak bercacat.
Apa yang
dilakukan oleh Kain itu hampir sama dengan tindakan orang-orang yang
mempersembahkan sesajian yang berupa makanan, buah-buahan, dan berbagai benda
materi lain. Mereka berpikir bahwa dengan mengganti rugi secara materi maka
dosa mereka akan diampuni. Atau, hanya dengan motivasi untuk sekedar
mempersembahkan apa yang ada pada mereka tanpa menghiraukan kehendak Allah.
Karena Kain seorang petani, ya...dipersembahkannyalah hasil pertaniannya.
Prinsip dan caranya diikuti oleh kebanyakan manusia di dunia ini. Mereka hanya
melakukan sesuatu tanpa memikirkan makna perbuatan mereka. Mereka seolah-olah
berkata, “Tuhan seharusnya mengerti keadaan saya dan menuruti jalan dan cara
saya.”
Namun Habel mempersembahkan
domba yang tak bercacat. Tentu saja Tuhan berkenan kepada persembahan Habel. Ia
telah melakukan tepat seperti kehendak Tuhan, yaitu seperti yang didengarnya
dari orangtuanya. Mereka harus percaya kepada Penyelamat yang akan dikirim
Allah, dan sebelum Penyelamat itu datang untuk menanggung dosa mereka, domba
adalah gambaranNya. Kain juga pasti mendengar hal yang sama, tetapi mungkin
karena dia tidak rela mematuhi perintah Tuhan, maka dipilihnya jalan yang baik
menurut pendapatnya.
MENGAPA DOMBA/KAMBING?
Ketika Adam dan Hawa jatuh
ke dalam dosa, mereka merasa sangat malu, juga merasa segan untuk bertemu
dengan Allah. Mereka menyadari akan kesalahan mereka. Karena kesalahan mereka,
Allah menyembelih seekor binatang dan memakai kulit binatang itu untuk menutupi
tubuh mereka. Dapat dikatakan bahwa karena kejatuhan mereka ke dalam dosa, maka
mengakibatkan binatang itu menjadi korban. Arti “korban” yang sebenarnya ialah “pihak
yang menerima akibat atas kesalahan pihak lain.” Kalau ia menerima
akibat kesalahannya sendiri, itu bukan korban, melainkan upah perbuatannya.
Binatang korban adalah binatang yang dibunuh untuk kesalahan seseorang.
Binatang ini berbeda dengan
binatang yang dibunuh untuk dimakan. Ia dinamakan binatang korban, karena
tujuan kematiannya itu sebagai korban.
Allah telah menetapkan untuk memakai domba sebagai
gambaran tentang Sang Penyelamat yang akan dijadikan korban penghapus dosa.
Allah tidak memilih babi, anjing maupun ayam, apa lagi sayur-sayuran. Apa makna
dibalik ketetapan untuk memakai domba sebagai binatang korban? Tentu karena
domba memiliki sifat-sifat khusus yang cocok untuk melambangkan Sang Penyelamat
yang akan diutus. Ia penurut, suka sesuatu yang bersih, tidak seperti babi yang
menyukai hal yang kotor. Dan, keadaan domba yang tak bercacat melambangkan
kesucian. Kalau tidak melambangkan sesuatu, berarti binatang apa saja bisa
dijadikan korban, sesuai dengan apa yang dimiliki oleh seseorang. Kalau begitu,
berarti babi juga boleh. Oh, itu sama sekali tidak boleh! Karena binatang
korban yang Allah perintahkan itu bertujuan untuk melambangkan hal yang sangat
khusus. Domba yang tak bercacat itu melambangkan bahwa Penyelamat yang akan
datang untuk menyelamatkan manusia dari penghukuman itu adalah pribadi yang
tidak berdosa.
Domba yang dijadikan korban
itu secara materi memang tidak berbeda dengan domba lain yang dipotong dan
dimakan dagingnya. Karena memang yang menanggung dosa itu bukan domba itu,
melainkan seorang Penyelamat yang dilambangkan oleh domba itu. Orang yang
mengorbankan domba atas dosanya, harus mempercayai janji Allah, yaitu janji
pengiriman seorang Penyelamat. Tanpa beriman kepada Sang Penyelamat, sekalipun
mereka mempersembahkan seribu ekor domba, dosa mereka akan tetap tak
terhapuskan. Sebab, kalau dosa dapat terhapuskan hanya melalui penyembelihan
domba, maka orang kaya pasti akan lebih gampang masuk Surga, berhubung mereka
memiliki lebih banyak uang untuk membeli domba.
Domba yang disembelih sebagai
korban itu adalah “domba korban dosa,” bukan domba untuk berpesta. Tentu
pertanyaan berikut akan muncul, “mengapakah manusia yang berbuat dosa, tetapi
domba yang menjadi korbannya?” Seharusnya, karena manusia yang berdosa, maka
manusia jugalah yang harus menanggungnya, bukan domba. Benar, berikut ini ada
beberapa prinsip kebenaran yang harus diingat untuk mengerti rahasia illahi.
1. Pertama, setiap manusia yang berdosa pasti akan
dihukum.
2. Kedua,
manusialah yang harus menanggung dosa manusia, bukan binatang.
3.
Ketiga,
orang berdosa tidak
bisa menjadi penanggung
dosa orang lain,
karena ia sendiri
harus
menanggung
dosanya sendiri. Hanya orang yang tidak berdosa yang dapat menjadi penanggung
dosa orang lain.
4. Keempat, tidak ada orang
benar di dunia ini. Satu orang pun tidak ada. Benih dosa Adam dan Hawa
telah diturunkan kepada setiap manusia yang lahir dari mereka. Tanpa perlu
diajar, semua manusia cenderung berbuat dosa.
Hanya ada satu jalan untuk menyelesaikan dosa manusia.
Yaitu melalui seorang manusia yang tidak berdosa yang rela menggantikan manusia
berdosa menerima penghukuman. Mungkinkah ada seorang manusia yang tidak berdosa
yang rela menanggung dosa orang lain? Mungkin ada orang yang berani mati bagi
seseorang yang sangat dikasihinya, bahkan ia rela menanggung dosa kekasihnya di
Neraka. Namun, jika ia sendiri juga seorang berdosa, ia tidak layak menjadi
penanggung dosa, karena ia sendiri termasuk yang akan dihukum di Neraka.
Hukuman yang diterimanya di Neraka itu adalah porsi untuk dirinya, bukan porsi
orang lain yang ditanggungnya. Adakah orang yang tak berdosa yang secara
sukarela menyerahkan diri menjadi penanggung dosa?
Bagi manusia, hal itu
mustahil. Karena ada beberapa syarat yang menghalanginya. Syarat yang pertama,
sang Penyelamat harus seorang yang tak berdosa. Syarat kedua, harus dilakukan
atas kesukarelaan hatinya. Itu berarti, diperlukan seorang yang maha suci dan
juga maha kasih. Dari persyaratan-persyaratan tersebut di atas, jelas sekali
hanya Allah saja yang dapat melakukan semua itu.
Kita bersyukur sekali karena Dia telah merencanakan dan
bahkan telah bertindak untuk menyelamatkan manusia yang jatuh ke dalam dosa.
Tindakan yang Allah lakukan adalah yang tidak akan bertentangan dengan
sifat-sifatnya. Ia tidak bisa menolong orang miskin dengan barang curian dari
orang kaya. Karena tindakan mencuri bertentangan dengan sifat kesucianNya.
Allah dapat melakukan segala sesuatu dengan satu syarat, yaitu yang tidak
bertentangan dengan sifat-sifatNya. Dia adalah Allah yang maha kasih. Tetapi
Dia juga Allah yang maha suci dan maha adil. Tidak mungkin bagiNya untuk
menyelamatkan orang berdosa dengan cara yang bertentangan dengan sifat kesucian
dan keadilanNya. Berapapun besar kasih Allah kepada orang berdosa, dan
berapapun kuat keinginan Allah untuk menyelamatkan orang berdosa, Ia tidak
dapat melakukannya dengan jalan yang bertentangan dengan sifat kesucian dan
keadilanNya.
Untuk menyelamatkan manusia berdosa dengan cara yang
tidak bertentangan dengan sifat-sifatNya, Allah menjelma menjadi manusia.
Manusia jelmaan Allah itu diberi nama Yesus, yang artinya Juruselamat.
Ketika Allah mempersiapkan Sang Penyelamat itu, Ia memerintahkan manusia
berdosa untuk percaya kepada janjiNya. Barang siapa yang ingin diselamatkan
harus percaya bahwa Allah akan mengirim Penyelamat yang dapat menanggung
dosanya.
Sementara menunggu Sang Penyelamat, Allah memerintahkan
manusia untuk melakukan sesuatu yang menggambarkan proses penyelamatan itu
dengan iman. Sang Penyelamat digambarkan dengan domba yang tak bercacat, dan
setiap orang berdosa yang ingin diselesaikan dosanya harus menimpakan dosanya
ke atas domba itu. Allah menghendaki setiap manusia melakukan simbol itu sambil
beriman kepada Penyelamat yang dijanjikanNya. Jadi, mempersembahkan korban
domba adalah perbuatan yang menggambarkan program Allah untuk menyelamatkan
manusia. 1 Domba yang tak bercacat itu menggambarkan
Penyelamat yang tidak berdosa. Tentu tidak dibenarkan untuk mempersembahkan
domba yang pincang atau yang matanya buta sebelah. Tindakan itu akan
membuktikan bahwa si pelaku tidak menuruti petunjuk Allah. Kalau dia tidak mau
mentaati Allah, tentu juga tidak mempercayai janji penyelamatan yang di
simbolkan itu. Oleh sebab itu, dapat dimengerti dengan jelas alasan Allah
menolak persembahan Kain dan menerima persembahan Habel.
Yang Allah inginkan adalah
domba yang tak bercacat, bukan babi, bukan ayam dan juga bukan sayuran atau
buah-buahan. Perintah untuk memakai domba bukan tanpa alasan, melainkan dengan
maksud yang sangat khusus, yaitu untuk menggambarkan Sang Penyelamat yang
direncanakan Allah.
RENCANA PENGIRIMAN
SANG PENYELAMAT
Ribuan
tahun telah dihabiskan untuk menapak jalan bagi Sang Penyelamat. Itu sama
sekali bukan karena ketidakmampuan Allah, melainkan oleh karena maksud lain.
Allah menginginkan jalan yang sempurna, dengan hasil yang maksimum. Hanya Allah
yang tahu waktu yang paling tepat bagi kedatangan Sang Penyelamat.
Salah satu
alasan penundaan ialah, untuk menghindari pemalsuan yang akan mencelakai
manusia yang tidak berhati-hati. Allah memakai waktu yang begitu panjang untuk
menuliskan tanda-tanda Sang Penyelamat sebelum kedatanganNya, agar orang-orang
dapat mengenalNya dan iblis tidak dapat memalsukanNya. Allah tidak menciptakan
iblis. Mereka adalah malaikat yang menentang Allah. Neraka adalah tempat khusus
yang dipersiapkan untuk mereka. Sekarang mereka berusaha memalsukan jalan
keselamatan, agar sebanyak mungkin orang dihukum di Neraka bersama mereka.
Untuk
menghindari pemalsuan, Allah menyelipkan tanda-tanda tentang Sang Penyelamat ke
dalam catatan sejarah, lagu Zabur/Mazmur, dan tulisan Nabi-nabi. Banyak orang
tidak dapat melihat
1 Silakan baca Ibrani
pasal 10 untuk memahami bahwa domba itu hanya sekedar simbol.
tanda-tanda itu,
terutama mereka yang mengabaikan masalah kerohanian. Tetapi bagi mereka yang
mempunyai kemauan untuk menyelidik, yaitu yang menganggap bahwa keselamatan
adalah hal penting, mereka dapat melihat tanda-tanda itu dengan jelas. Bagi
orang yang tidak menaruh perhatian, apa boleh buat, karena jika dia
tidak mau menyelamatkan dirinya, lebih sulit lagi bagi orang lain untuk
menyelamatkannya.
Allah
memakai sekitar seribu enam ratus tahun untuk menuliskan kitab Taurat, Zabur
dan Nabi-nabi yang kesemuanya berpusat pada tanda-tanda Sang Penyelamat.
Mengapa tidak ditulis dalam satu hari? Apakah karena Allah tidak sanggup? Tentu
Allah sanggup melakukannya. Tetapi, itu akan memudahkan iblis untuk
memalsukannya. Dan yang akan menjadi korban adalah manusia. Allah sengaja
menuliskan kitab-kitab itu secara bertahap, dan dituliskan seolah-olah itu
kitab hukum (Taurat), seolah-olah buku nyanyian (Mazmur), dan seolah-olah kitab
sejarah (Yosua-Ester). Iblis tidak menyadari bahwa di dalamnya berisikan
tanda-tanda Sang Penyelamat yang dijanjikan Allah.
Berikut ini adalah beberapa tanda
utama yang diberikan:
1.
Ia akan dilahirkan dari keturunan Abraham/Ibrahim (Tertulis dalam kitab Taurat
pertama/Kejadian pasal 22 ayat 18). Tanda ini mengecualikan orang lain yang
bukan keturunan Ibrahim. Kalau ada keturunan non-Ibrahim berkata bahwa dirinya
adalah Sang Penyelamat yang akan dikirim, jangan percaya! Sebab, di dalam Kitab
Taurat telah tertulis bahwa Sang Penyelamat adalah keturunan Ibrahim. Tetapi
keturunan Ibrahim/Abraham berjumlah seperti pasir di laut, bagaimana mungkin
kita dapat mengetahui pribadi tertentu adalah Sang Penyelamat? Jangan kuatir,
tentu Allah tidak ceroboh! Ia menuliskan cukup banyak tanda agar setiap orang
yang mau masuk Sorga dapat mengenal Sang Penyelamat.
Perlu diketahui, bahwa semua tanda ditulis jauh sebelum
Sang Penyelamat dilahirkan sebagai manusia. Jadi, tulisan itu bersifat
nubuatan. Hal ini sekaligus untuk menandakan bahwa kitab-kitab itu adalah kitab
yang diilhami Allah dari begitu banyak kitab di dunia ini. Allah mau agar
pembaca kitab-kitab Taurat, Zabur/Mazmur dan Nabi-nabi berusaha mengamati,
mungkin Sang penyelamat itu akan datang pada zamannya.
2.
Agar
semua orang bisa mengenal sang Penyelamat, Allah menambahkan tanda-tanda lain.
Antara lain; bahwa ia akan dilahirkan dalam keluarga Daud (Tertulis dalam kitab
II Samuel 7:13). Tanda ini memberi petunjuk, bahwa Penyelamat itu bukan orang
Tionghoa, bukan orang Jepang, bukan orang Amerika, bukan orang Arab, juga bukan
orang Indonesia, melainkan orang Yahudi, yaitu keturunan Daud.
Hal
ini tidak perlu menyebabkan kita bersikap khusus terhadap orang Yahudi, sebab
itu tidak berarti bahwa setiap orang Yahudi adalah penyelamat.
3. Selain
lahir dari keluarga Daud, ia akan dilahirkan oleh seorang perawan (Dalam kitab
Yesaya 7:14).
4. Ia akan dilahirkan di
kota Betlehem (Dalam kitab Mikha 5:1),
5. Ia akan dibunuh
sebagai korban (Dalam kitab Yesaya 53:12).
Hal yang sangat mengagumkan ialah, ada sekitar tiga
ratus tanda telah dituliskan sebelum kedatanganNya. Kalau ditulis setelah
kejadian, banyak sejarahwan dapat melakukannya. Tetapi, menuliskan tanda-tanda
itu sebelum kejadian, itu membuktikan bahwa Allah ikut campur tangan dalam
penulisan kitab-kitab itu.
SIAPAKAH SANG
PENYELAMAT ITU?
Kita tiba pada bagian yang terpenting. Setiap
orang yang mau diampuni dosanya, harus memakai cara yang ditetapkan Allah.
Orang yang memakai caranya sendiri, atau cara yang diajarkan oleh orang yang
sebenarnya tidak tahu, atau terjebak ke dalam cara yang diciptakan oleh iblis,
pasti akan berakhir seperti Kain. Ia ditolak oleh Allah. Kain tidak percaya
kepada Allah, oleh sebab itu ia tidak mau menuruti jalan yang ditentukan Allah.
Biasanya
orang-orang seperti Kain tidak berusaha mengetahui jalan yang benar. Kelihatannya
dia tidak peduli, apakah akan masuk Surga atau masuk Neraka. Salomo berkata,
“Ada jalan disangka orang lurus, tetapi ujungnya menuju maut.” Oh, banyak
sekali orang yang seperti Kain di dunia ini. Tetapi orang-orang seperti Habel
juga ada. Mereka menaruh perhatian terhadap hal-hal rohani, suka menyelidik,
dan ingin mengetahui jalan yang benar. Mereka berusaha menyelidiki tanda-tanda
yang Allah berikan. Tentu mereka akan mendapatkannya, karena tanda yang telah
diberikan itu sangat jelas. Tanda-tanda itu bukan disediakan untuk orang pintar
atau terpelajar saja, melainkan untuk setiap orang yang ingin diselamatkan dari
penghukuman kekal di Neraka.
Disamping Allah berusaha keras untuk menyelamatkan
manusia dari penghukuman, iblis juga berusaha keras untuk menghalangi usaha
itu. Ia berusaha menyebarkan issue bahwa kitab Taurat, Zabur/Mazmur, dan kitab
yang ditulis oleh Nabi-nabi itu telah dipalsukan. Tentu maksudnya ialah agar
orang-orang tidak percaya pada tanda-tanda yang telah dituliskan. Sayang sekali,
sebagian orang termakan oleh jebakannya. Seharusnya mereka berpikir sedikit.
Kalau Allah sanggup menciptakan langit dan bumi, tentu Dia juga sanggup
menghindarkan kitab yang telah diilhaminya dari pemalsuan. Seharusnya mereka
juga berpikir bahwa kalau seseorang menyatakan sesuatu palsu, seharusnya dia
pernah melihat atau memiliki yang asli. Kalau dia tidak pernah melihat atau
memiliki yang asli, ada kemungkinan tindakannya dilatarbelakangi tujuan yang
tidak murni. Celakanya, banyak orang hanya ikut saja, tanpa berkeinginan untuk
mengetahui fakta yang sebenarnya. Seharusnya mereka tahu, bahwa tidak ada hal
yang lebih penting dari hal ini. Sekali mereka salah beriman, maka akan
berakibat kekal di Neraka.
Alkitab maupun sejarah, bersama-sama membuktikan bahwa
hanya ada satu orang saja yang memenuhi semua tanda sebagai Penyelamat
sebagaimana tertulis dalam kitab Taurat, Zabur dan Para Nabi. Orang itu
dilahirkan dari keturunan Daud, di Kota Betlehem, oleh perawan yang bernama
Maria, dijual oleh muridnya, disalibkan dan dikuburkan, dan pada hari yang
ketiga dibangkitkan Allah. Tentu bukanlah suatu kebetulan kalau orang itu
ternyata menggenapi semua tanda yang ditulis oleh Musa, Daud, dan Nabi-nabi
jauh sebelumnya. Penghitungan tahun yang dipakai secara international, yaitu
1995, adalah tahun yang dihitung mulai dari kelahiranNya. Sebelum kelahiranNya,
malaikat menampakkan diri kepada Maria untuk memberitahukan bahwa ia akan
mengandung dan melahirkan seorang anak. Tentu dia sangat heran karena dia tahu
bahwa dirinya belum menikah. Tetapi malaikat menenangkannya sambil
memberitahukannya bahwa itu akan terjadi oleh Roh Allah, dan Anak itu akan
disebut immanuel, yang berarti Allah beserta kita. KelahiranNya membawa
penyertaan Allah kepada kita. Maria telah bertunangan dengan seorang yang
bernama Yusuf, yang secara hukum bertindak sebagai ayah dari Anak yang
akan lahir. Karena itu malaikat datang dan memberitahu kepadanya,
bahwa Anak itu harus diberi nama Ihsou (baca Iesou). Ihsou adalah kata bahasa Yunani yang berarti
Penyelamat. Bahasa lain hanya mengambil bunyinya saja. Misalnya, dalam bahasa
Indonesia Ia dipanggil Yesus, orang Arab menyebutnya Isa, bahasa Inggris
menyebutnya Jesus, bahasa Tionghoa menyebutnya Yeshu.
YESUS PENYELAMAT
Tidak ada
pribadi yang lebih penting untuk dikenal di dunia ini selain Yesus atau Sang
Penyelamat. Selidikilah segala sesuatu tentang Dia, kemudian anda akan mengenal
siapakah Dia sebenarnya. Ada sebagian orang yang sama sekali tidak mau
mendengar tentang nama Yesus. Menurut saya, orang itu berbuat kesalahan yang
terbesar dalam hidupnya. Bagaimanakah ia dapat memberi penilaian yang benar
tentang Yesus, kalau ia tidak mau mendengar tentang Dia. Kalau ia seorang yang
berhikmat, seharusnya ia curiga dan bertanya dalam hati, apa sebab pemimpin
agamanya melarangnya menyelidiki tentang Yesus, yang namanya berarti
Penyelamat?
Ia tidak pernah melakukan satu dosapun. Ia
menghidupi kehidupan yang suci mutlak. Puluhan bahkan ratusan orang dipakai
oleh iblis untuk mengamatinya setiap hari. Mereka berusaha mencari
kesalahanNya, namun tidak ada satu dosa pun didapati mereka pada diriNya.
Kesucian hidup adalah syarat mutlak Sang Penyelamat. Syarat ini telah tertulis
dalam kitab yang ada di tangan orang-orang di sekitarnya. Orang-orang Yahudi
tahu persis, bahwa Penyelamat yang dijanjikan adalah seorang yang suci mutlak.
Sebenarnya mereka tahu, bahwa tidak ada
seorang pun bisa hidup suci mutlak kalau ia bukan seorang manusia jelmaan
Allah. Siapakah Yesus? Jawaban yang benar itu pasti bukan menurut pendapat
orang-orang yang beratus-ratus tahun sesudah Dia. Dan juga bukan menurut
pendapat orang-orang di sekelilingNya, walaupun mereka dapat memberikan jawaban
yang lebih akurat daripada yang hidup ratusan tahun kemudian. Jawaban yang
benar adalah menurut pendapat diriNya sendiri. Karena Dialah yang paling tahu
siapa diriNya. Dan yang lebih tepat lagi ialah, melalui kehidupan dan semua
yang dilakukanNya.
Ia tidak pernah menuntut diri sebagai guru,
nabi atau pemimpin politik, sekalipun Ia melakukan tugas mengajar. Ia
menyatakan kebenaran, sekalipun harus menanggung resikonya. Ia berkata kepada
orang Yahudi, bahwa diriNya adalah Allah. Allah yang menjelma menjadi manusia.
Tentu orang-orang Yahudi pada waktu itu sangat kaget terhadap tuntutan
ini. Mereka tahu siapa ibuNya, serta anak-anak lain yang dilahirkan oleh ibuNya
sesudah Dia. Mereka menilai Dia menghujat Allah dan mau membunuhNya.
Dalam masyarakat mereka, tidak ada orang yang berani
mengatakan bahwa dirinya adalah Allah pencipta langit dan bumi. Resiko untuk
mengeluarkan pernyataan itu terlalu besar. Sesuai dengan hukum yang ditulis
oleh Musa, orang yang berkata demikian harus dibunuh. Tetapi Yesus mengatakan
dengan tegas bahwa diriNya adalah Allah, karena Ia tidak dapat berbohong.
Mereka tidak rela menerima tuntutanNya. Bahkan sampai hari ini, banyak orang
tetap tidak mau menerima tuntutanNya. Daripada mengakuiNya Tuhan, sebagian
orang hanya mengakuiNya nabi. Padahal, Dia tidak menuntut pengakuan sebagai
nabi, melainkan Tuhan atau Allah.
Sebenarnya,
hanya ada dua pilihan saja, yaitu menerima tuntutanNya dengan mengakuiNya
Allah, atau menolakNya. Banyak orang mengambil keputusan tanpa menyelidiki atau
mempertimbangkan fakta-fakta kebenaran. Mengapa Dia berani mengatakan diriNya
Allah, padahal Dia tahu persis resikonya? Kalau Dia tahu diriNya bukan Allah,
berarti Dia berbohong! Kalau Dia tidak tahu siapa diriNya, berarti ada
masalah kejiwaan. Hanya ada dua alasan untuk menolakNya; yaitu
menuduhNya berbohong atau menganggapNya gila. Kemungkinan Yesus memiliki
masalah kejiwaan adalah hal yang sangat mustahil. Juga jelas sekali bahwa
karakterNya bukan pembohong. Tidak ada orang yang sengaja berbohong supaya
dibunuh. Ia mengajarkan nilai moral yang melebihi siapapun yang pernah hidup.
Bukan hanya sekedar mengajarkan, melainkan juga mempraktekkan apa yang
diajarkanNya.
Benarkah Ia Allah? Selain Ia suci tak bernoda, Ia juga
melakukan hal-hal yang hanya dapat dilakukan oleh Allah. Ia menyembuhkan
berbagai penyakit, bahkan menyembuhkan orang yang buta sejak lahir. Ia mengusir
setan keluar dari tubuh orang yang dirasuki. Ia menghidupkan orang mati, bahkan
yang telah dikubur empat hari. Ia menghentikan angin ribut, dan tahu bahwa di
dalam mulut ikan ada uang. Ia tahu segala sesuatu yang belum diucapkan oleh
seseorang. Apa yang tercatat di dalam Injil itu hanya sebagian kecil dari
segala sesuatu yang diperbuatNya ketika Dia hadir di dunia ini. Tetapi apa yang
tercatat di dalam Injil itu sudah cukup untuk menunjukkan identitas diriNya.
Siapapun yang ingin
masuk Surga, harus memikirkan tuntutan Yesus dengan serius, dan membuat
keputusan.
MengakuiNya atau menolakNya?
Tidak ada posisi netral. Kalau tidak mengakuiNya, berarti menolakNya.
YESUS ADALAH DOMBA
ALLAH
Ketika
Yahya atau Yohanes, orang yang diutus Allah, melihat Yesus, ia berseru,
“Lihatlah anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia” (Yoh 1:29) Semua orang
Yahudi yang mendengar, tahu bahwa Yohanes menyamakan Yesus dengan domba korban
yang diajarkan dalam kitab Taurat, Zabur, dan Nabi-nabi. Dia inilah yang
disimbolkan dengan domba, pada masa sebelum kelahiranNya. Memang benar, Dialah
Domba Allah. Bukan domba yang di kandang, tetapi Domba Allah yang ditugaskan
untuk menanggung dosa manusia. Ia menjelma menjadi manusia, menempati posisi
domba korban. Oleh sebab itu ketika Ia dituntut untuk disalibkan, Ia sama
sekali tidak membantah. Banyak orang tidak mengerti makna penyaliban Yesus.
Karena sulit untuk difahami, ada orang yang bahkan menyangkal fakta sejarah
yaitu dengan mengatakan bahwa Yesus tidak disalib, melainkan orang lain.
Padahal peristiwa itu disaksikan oleh ratusan ribu orang.
Penyaliban adalah peristiwa yang sama dengan
penyembelihan domba korban. Nabi Yesaya menulis kalimat-kalimat ini sekitar
tujuh ratus tahun sebelum hari penyaliban,
“Tetapi Dia tertikam oleh karena
pemberontakan kita, Dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang
mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadaNya....Dia dianiaya, tetapi
Dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutNya seperti anak domba yang
dibawa ke pembantaian..” (Yesaya 53:5, 7)
Siapa lagi yang dimaksudkan
oleh nabi Yesaya kalau bukan Yesus yang dibawa untuk disalibkan? Sekali lagi,
nabi Yesaya menulis semua ini sekitar tujuh ratus tahun sebelum peristiwa itu
terjadi. Kitab nabi Yesaya ada di antara mereka yang melaksanakan penyaliban.
JALAN KESELAMATAN
TELAH TERSEDIA
Segala sesuatu telah jelas.
Maksud Allah memerintahkan orang yang jatuh ke dalam dosa untuk mempersembahkan
domba sebagai korban dosa ialah karena Ia akan mengirim Yesus. Yesus, yang
berarti Penyelamat adalah manusia yang dilahirkan oleh Roh Allah. Ia adalah
penjelmaan Allah. Pada zaman sebelum penyalibanNya, siapa saja yang
mempersembahkan korban domba dengan iman kepada janji Allah untuk mengirim
Penyelamat, akan mendapatkan keselamatan. Dosanya tertanggung bukan kepada
domba, melainkan kepada diri Yesus yang akan disalibkan. Dengan
mempersembahkan korban domba, seseorang menyatakan
imannya kepada penyelamat yang akan dikirim, dan akan menanggung
dosanya. Dia beriman kepada Penyelamat/ Juruselamat yang akan menanggung
semua dosanya.
Kita, yang hidup sesudah
pelaksanaan pengorbanan domba Allah, diperintahkan untuk beriman kepadaNya.
Hanya melalui percaya kepadaNya, manusia bisa diselamatkan dari penghukuman.
Orang-orang yang hidup sebelum penyalibanNya percaya pada Juruselamat yang akan
menanggung dosa mereka, sedangkan kita yang hidup sesudah penyaliban, percaya
pada Juruselamat yang telah menanggung dosa kita. Abraham yang hidup dua
ribu tahun sebelum penyalibanNya percaya kepada Juruselamat yang akan
menanggung dosanya, yang dilaksanakan dua ribu tahun sesudah dia, sedangkan
kita percaya kepada Juruselamat yang telah menanggung dosa kita dua ribu
tahun yang lalu. Tidak ada satu orang pun dapat masuk ke Surga tanpa percaya
kepada Juruselamat yang telah ditentukan Allah, yaitu diriNya sendiri yang
menjelma menjadi manusia. Yesus berkata, “Akulah jalan dan kebenaran
dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui
Aku”
(Yoh 14:6).
TERIMALAH HADIAH ITU
Allah telah menyediakan dombaNya. Yesus
disebut Anak Domba Allah yang menanggung dosa isi dunia. Peristiwa penanggungan
dosa juga telah terlaksana. Siapapun yang masih mempersembahkan domba/ kambing
korban itu menyatakan diri menolak domba yang Allah sediakan. Perbuatan itu
mengandung arti, ingin tetap memakai cara simbolik, daripada yang
disimbolkannya. A-tau, hanya sekedar melaksanakan upacara tanpa memahami
maknanya. Ingatlah! Domba Allah telah dikorbankan. Jangan mengorbankan
domba/kambing yang mengembek lagi. Itu adalah penghinaan terhadap Domba Allah.
Sebagaimana Allah
memerintahkan orang yang mempersembahkan korban domba memegang kepala domba
sebagai tanda percaya, demikian juga setiap orang yang hidup sesudah peristiwa
Penyaliban Domba Allah, perlu meletakkan “tangan” tanda percaya pada Yesus.
Tentu tidak mungkin bagi kita untuk kembali ke saat penyaliban untuk meletakkan
tangan di kepalaNya. Yang dapat kita lakukan sekarang ialah meletakkan iman
kita (Ef.2:8-9).
Iblis tidak terlalu kuatir membiarkan anda tahu semua
kebenaran yang diuraikan di atas. Yang dikuatirkan olehnya ialah, keputusan
anda untuk meninggalkan ajaran yang salah, dan menerima ajaran yang benar.
Mendengar, bahkan melihat makanan yang enak itu tidak mengenyangkan seseorang.
Yang mengenyangkannya ialah tindakannya untuk memakan makanan itu. Tidak ada
dosa yang terhapuskan dengan sekedar mengetahui kebenaran atau rajin menghadiri
kebaktian di gereja. Penghapusan dosa terjadi, kalau ada tindakan
untuk menerima jasa Penanggung dosa, serta penyerahan dosa kepada si
Penanggung. Ini adalah transaksi rohani yang dikerjakan dengan iman.
Tindakan inilah yang terpenting dalam seluruh kehidupan seseorang sejak
ia dilahirkan ke dalam dunia. Yesus yang telah mati disalib itu kemudian
bangkit dari kematian pada hari ke-tiga karena Ia adalah Allah. Ia maha hadir
dan maha tahu. Sekarang Ia ada di sini, di samping anda, serta sedang
menantikan keputusan anda.
1.
Mengaku
bahwa anda adalah orang berdosa yang membutuhkan jasa pengorbananNya.
2.
Menyatakan
dengan kata-kata, bahwa anda menerimaNya sebagai Penyelamat anda.
3.
Menyatakan
terima kasih anda atas pengorbananNya di kayu salib.
Kalau anda tidak menemukan kata-kata yang tepat,
pertimbangkanlah kata-kata berikut. Mungkin itu sesuai dengan isi hati anda.
Kalau sesuai, ucapkanlah.
Tuhan
Yesus, saya sadar bahwa saya adalah orang berdosa yang akan binasa. Saya sangat
membutuhkan pengorbananMu. Saya menerima Engkau sebagai Juruselamat saya
pribadi. Engkaulah domba korban saya di hadapan Allah. Terima kasih atas
pengorbananMu. Saya berdoa dengan segenap hati saya. Amin.
Pejamkanlah mata agar konsentrasi anda tidak terganggu,
dan ucapkan seluruh isi hati anda itu kepada Tuhan Yesus. Sekarang!
HAL-HAL YANG PERLU DIINGAT
1.
Sejak
anda mengakui dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat anda, semua dosa
anda telah ditanggung olehNya. Anda adalah orang suci, dan menjadi anggota
keluarga Allah. Anda adalah Orang yang bersiap-siap untuk masuk Surga.
2.
Karena
anda adalah anggota keluarga Allah, maka Allah menyediakan banyak berkat bagi
anda. Anda perlu mengetahuinya. Untuk itu, bacalah Alkitab mulai dari kitab
Perjanjian Baru, catatan tentang kehidupan dan pengajaran Tuhan Yesus.
3.
Dapatkanlah
anggota keluarga Allah yang lain sebagai saudara, agar bisa saling membagi suka
dan duka. Jadilah anggota sebuah gereja yang mengajarkan kebenaran firman Tuhan
agar anda dapat bertumbuh di dalam iman.
Informasi Tambahan
Jika anda ingin mengetahui lebih banyak ajaran Tuhan
Yesus, atau segala-sesuatu yang berhubungan dengan hidup sebagai orang yang
percaya Tuhan Yesus, silakan membaca buku-buku yang terdaftar di halaman
sebelah. Buku berikut yang harus anda baca ialah yang berjudul:
- Kapan Saja Saya Mati,
Saya Pasti Masuk Sorga
-
Bukti Saya Telah Lahir Baru
-
Apakah Semua Agama Sama?
-
Apakah Semua Gereja Sama?
Oleh : Dr. Suhento Liauw
Tidak ada komentar:
Posting Komentar