Sabtu, 01 Februari 2014

Hubungan Proses Pewahyuan dengan Karunia Melakukan Mujizat



Pewahyuan adalah penyataan dan penyingkapan Allah kepada manusia. Dari manusia pertama sampai pada saat ini, Allah telah menyatakan diriNya melalui berbagai hal kepada manusia. Melalui penyataan-penyataan ini, Dia menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dan yang tidak diketahui oleh manusia. Melalui penyingkapan ini, Allah menginginkan manusia dapat mengetahui bahwa ada Allah yang Mahakuasa, Mahasuci, dan Mahakasih yang telah menciptakan langit dan bumi. Selain itu Dia juga menginginkan manusia mengenalNya dan mengetahui rencana-rencana khusus yang direncanakannya bagi manusia. Proses pewahyuan direncanakanNya secara progresif yakni dari sederhana sampai kepada yang paling sempurna.

Tulisan ini membahas hubungan proses pewahyuan dengan karunia melakukan mujizat. Di dalam PB, firman Tuhan mencatat ada orang-orang khusus yang mendapat karunia ini. Mereka melakukan hal-hal yang luar biasa di dalam pelayanan. Tetapi pertanyaan penting untuk hal ini adalah : “Apakah karunia ini masih ada sampai sekarang?”. Dengan pertanyaan ini, penulis membahas dan menjawab dalam hubungannya dengan proses pewahyuan.

                                                    
PROSES  PEWAHYUAN  ALKITAB 
A.    WAHYU UMUM
Wahyu umum yang pertama adalah alam semesta. Para “ilmuwan” menyatakan bahwa alam semesta ini terjadi secara kebetulan. Mereka mengeluarkan “teori-teori” yang tentunya hanya bersifat spekulatif tetapi mampu mempengaruhi pikiran banyak orang. Sesungguhnya dari kerumitan alam semesta dengan segala kompleksitasnya menandakan bahwa ada seorang “Pribadi” yang sangat pintar dan genius yang merancangnya. Segala keteraturan di alam semesta menunjukkan semua itu telah diatur dan dirancang dengan sangat rapi.  Tuhanlah yang menciptakan alam semesta ini dengan segala kerumitan dan kompleksitasnya. Inilah wahyu umum yang paling sederhana yang dapat manusia ketahui tentang Allah.
Wahyu umum yang kedua ialah perjalanan sejarah umat manusia. Tuhan sebagai pencipta manusia, turut serta juga dalam perjalanan sejarah manusia. Keikutsertaan Allah ini terlihat paling jelas di dalam sejarah bangsa Israel. Bangsa Israel sebagai bangsa yang dipilih dan dikhususkan Tuhan untuk menjadi “Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran”, mengalami penyertaan dan pimpinan Tuhan yang luar biasa. Mereka menerima janji-janji dan nubuatan-nubuatan dari Tuhan yang akan terjadi di masa yang akan datang. Khusus untuk bangsa Israel, nubuat bahwa mereka akan menjadi budak di Mesir dan dibuang ke Babel benar-benar terjadi. Pemulihan Tuhan yang terjadi kemudian atas bangsa Israel pun benar-benar digenapi oleh Tuhan.
Wahyu umum yang ketiga adalah alat internal yang Allah masukkan di dalam hati manusia yakni hati nurani. Melalui hati nurani, manusia dapat berpikir dan merasakan bahwa dirinya lemah serta dapat mengakui bahwa ada yang lebih kuat dan berkuasa daripada dirinya. Hal ini membuat manusia melakukan penyembahan-penyembahan kepada sesuatu baik itu makhluk hidup maupun benda mati yang dianggapnya lebih berkuasa dan lebih hebat daripada dirinya. Melalui hati nurani ini, terlihat sifat religius manusia yang mau menyembah ‘sesuatu’ yang melebihi dirinya.
Melalui wahyu-wahyu umum ini, Tuhan menginginkan manusia dapat menyadari bahwa ada Allah yang menciptakan langit dan bumi termasuk manusia di dalamnya. Untuk mengenal Allah secara pribadi, dibutuhkan wahyu-wahyu khusus dariNya. 

B.     WAHYU KHUSUS
Sebelum wahyu khusus terbentuk menjadi sebuah buku yang lengkap, Allah pernah berbicara dan menyatakan sesuatu kepada manusia dalam berbagai cara. Di dalam Alkitab tercatat cara-cara yang dipergunakan oleh Tuhan, yaitu :
1.      Undian (Yunus 1 : 7; KPR 1 : 26)
2.      Urim dan Tumim (Kel. 28 : 30; Bil. 27 : 21; 1 Sam. 14 : 41; 28 : 6)
3.      Mimpi (Firaun, Yakub, Yusuf, dll)
4.      Visi atau penglihatan (Dan. 10-12, KPR 10, dll)
5.      Malaikat
6.      Nabi-nabi
7.      Kristofani/Christophany (Kej. 16 : 7; 18 : 1; Hak. 6 : 11, dll)
8.      Allah menjadi manusia (Yesus Kristus)
9.      Roh Kudus (tinggal di hati manusia dan memakai Rasul-rasul menulis PB)

Dari cara-cara yang dipakai oleh Tuhan, terlihat bahwa pewahyuanNya berlangsung secara progresif. Melalui perjalanan waktu, Tuhan menyingkapkan sedikit demi sedikit pewahyuanNya dengan cara yang paling sederhana menuju kepada cara yang paling sempurna yakni menjadikan pewahyuanNya sebuah kitab yang tertulis dan pasti (definite). Dengan wahyu khusus dalam bentuk sebuah kitab, orang-orang yang hidup kemudian akan lebih mudah mempelajarinya serta mendapatkan kebenaran di dalamnya. Kitab inilah yang menjadi dasar dan pegangan dalam membangun pengajaran-pengajaran (doktrin). Jikalau Tuhan tidak menjadikan pewahyuanNya ke dalam sebuah kitab, maka kekristenan akan menjadi kacau balau karena tidak memiliki pegangan yang tetap. Dengan wahyu khusus ini (Alkitab), Tuhan telah selesai menyampaikan apa yang perlu diketahui oleh manusia. Manusia dapat mengenalNya melalui kitab yang telah diwahyukanNya ini.
                                 
C.    KANON ALKITAB
Kata kanon (Yunani : kanon) berarti patok atau ukuran (2 Kor. 10 : 13, 15, 16). Dalam hubungannya dengan Alkitab, kanon itu artinya Alkitab adalah sebuah ukuran yang telah ditetapkan dan pasti. Bagi yang merubah ukuran patok ini yakni dengan cara mengurangi atau menambahinya, hukuman Tuhan telah ditetapkan atasnya (Wahyu 22 : 18-19). Kanon PL adalah golongan kitab-kitab yang diterima oleh orang Yahudi sebagai firman Allah yaitu Torah (hukum), Nabium (Nabi-nabi), dan Kethubim (tulisan/karangan). Kelompok kitab-kitab ini dinyatakan Yesus sebagai firman Allah (Luk. 24 : 27, 44).
Untuk kanon PB, Suhento Liauw dalam bukunya “Doktrin Alkitab Alkitabiah”, menjelaskan empat tahap/proses pengkanonannya. Yang pertama ialah proses penulisan (composing) yang berkisar 50 AD sampai 100 AD. Yang kedua adalah proses pengumpulan (collecting) oleh orang-orang percaya untuk kepentingan jemaat atau pribadi yang berkisar 100 AD sampai 200 AD. Yang ketiga adalah proses/masa pembandingan (comparing) yang terjadi sekitar 200 AD sampai 300 AD, yakni ketika jemaat lokal berusaha membanding-bandingkan hasil koleksi mereka. Setelah itu diikuti dengan proses perlengkapan (completting) yang terjadi sekitar 300 AD sampai 400 AD. Dalam proses terakhir ini, masing-masing jemaat melengkapi hasil koleksi mereka.[1]
Proses pengkanonan PB ini berlangsung secara alami dengan tuntunan Tuhan tanpa orang atau konferensi tertentu yang menentukan isi kanon Alkitab. Jemaat-jemaat lokal mengumpulkan dan membanding-bandingkannya sampai tercapai suatu penerimaan yang menyeluruh atas ke-27 kitab PB. Alasan yang sangat penting suatu tulisan diterima dan dimasukkan ke dalam kanon adalah faktor rasul (ditulis/diback-up/diproof-read oleh rasul), jemaat lokal (sebagai penerima dan pengumpul), serta keharmonisan isi (tidak bertentangan).
Setelah pengkanonan Alkitab PL dan PB selesai, maka lengkaplah firman Tuhan sebagai sebuah kitab. Tuhan tidak lagi menyampaikan sesuatu kepada manusia dengan alat atau cara yang tidak pasti (indefinite). Semua itu telah dihentikan oleh Tuhan. Jadi wahyu dari Tuhan yang lengkap adalah dari Kejadian 1 : 1 sampai dengan Wahyu 22 : 21. Setelah itu Tuhan tidak menyampaikan firmanNya lagi dalam bentuk lisan karena semuanya telah lengkap dan sempurna dalam bentuk firman yang tertulis.

KARUNIA  MELAKUKAN  MUJIZAT
A.    YESUS MELAKUKAN MUJIZAT
Mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus bukanlah untuk menunjukkan kepada orang Israel bahwa Allah itu Mahakuasa. Orang Israel telah mengetahui hal itu. Mereka telah melihat perbuatan-perbuatan ajaib dari Tuhan sejak dari Mesir hingga Kanaan. Keadaan mereka pada saat itu ialah sedang menantikan kedatangan Mesias yang dijanjikan oleh Allah. Yesus melakukan semua hal yang dinubuatkan tentang Mesias termasuk mujizat-mujizat yang akan dilakukan oleh Mesias itu. Jadi, dengan melakukan semua mujizat yang tertulis di PB, Yesus mengklaim dan menyatakan bahwa Dialah Sang Mesias itu.
Selain itu, dengan melakukan mujizat-mujizat, Yesus juga menyatakan dan menegaskan kuasa dan otoritasNya. Hal besar yang dapat dilakukan Yesus ialah mengampuni dosa manusia(Mat. 9 : 2-8). Yesus mempunyai otoritas atas hal ini dan menegaskannya dengan tanda mujizat. Jadi, mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus memiliki arti khusus dan tidak sembarangan saja dilakukan. Dengan melakukan mujizat, Dia menyatakan bahwa Dialah Mesias itu dan memiliki kuasa serta otoritas atas segala sesuatu.

B.     NABI-NABI DAN RASUL-RASUL MELAKUKAN MUJIZAT
Nabi-nabi dan rasul-rasul adalah dasar dan pondasi gereja (Efesus 2 : 19-20). Khusus untuk para Rasul, PB menceritakan tentang pelayanan mereka yang disertai dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Di dalam PB, jemaat mula-mula bertekun di dalam pengajaran Rasul-rasul. Sambil menjalani kehidupan, mereka melihat rasul-rasul mengadakan banyak mujizat dan tanda (KPR 2 : 41, 43). Selain itu, Kisah Para Rasul juga mencatat mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Paulus sebagai Rasul yang dipilih dan dikhususkan Tuhan untuk orang non-Yahudi. Bahkan Paulus menyatakan bahwa tanda-tanda, mujizat-mujizat, dan kuasa-kuasa yang dilakukannya membuktikan bahwa dia adalah benar-benar-rasul (2 Kor. 12 : 12). Jadi, mujizat-mujizat yang terjadi pada saat itu bukanlah dilakukan oleh orang-orang biasa. Orang-orang yang melakukannya adalah orang-orang yang dikhususkan Tuhan untuk melakukannya. Mereka adalah para Rasul yang mengadakan mujizat-mujizat untuk menegaskan kerasulan mereka.
Hal ini juga seturut dengan pernyataan Alkitab di dalam Ibrani 2 : 3-4, yang mengatakan :
“bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara yang dapat dipercayai, sedangkan Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.”

Para rasul sebagai saksi yang telah mendengar pemberitaan keselamatan dari Tuhan Yesus, mendapat penegasan dari Allah atas berita Injil dan kesaksian mereka. Penegasan ini diperlihatkan dengan tanda-tanda dan mujizat yang mereka lakukan. Jadi para rasul mendapat kemampuan atau karunia khusus yakni melakukan mujizat dengan tujuan menegaskan status mereka sebagai rasul sekaligus meneguhkan pemberitaan yang mereka lakukan. Karunia melakukan mujizat ini hanya diberikan kepada rasul-rasul.

BERHENTINYA  KARUNIA  MELAKUKAN  MUJIZAT
  1. DENGAN MENINGGALNYA RASUL-RASUL.
Di dalam pemberitaan Injil yang disertai dengan karunia melakukan mujizat, para rasul mengalami penolakan dan penganiayaan. Ada dari mereka yang akhirnya mengorbankan nyawanya demi pemberitaan Injil itu. Dalam catatan firman Tuhan dan sejarah, Rasul Yohanes tercatat sebagai Rasul yang hidupnya paling lama (yang terakhir meninggal). Dialah yang dipakai Tuhan untuk menulis kitab terakhir dan kata-kata pewahyuan terakhir (Wahyu 22). Namun setelah itu, sebagai manusia diapun mengalami kematian.
Sehubungan dengan hal itu, karunia melakukan mujizat pun menjadi berhenti. Hanya dua belas murid Tuhan ditambah dengan Paulus yang  memiliki jabatan Rasul. Setelah mereka meninggal, tidak ada lagi jabatan Rasul di dalam jemaat Tuhan. Dan seturut dengan hal itu juga, tidak ada lagi karunia melakukan mujizat. Tidak ada lagi orang yang menggantikan para Rasul dengan karunia khusus itu.

  1. DENGAN BERHENTINYA PROSES PEWAHYUAN
Proses pewahyuan berjalan terus sampai Wahyu pasal 22 selesai dituliskan oleh Rasul Yohanes. Sebelum wahyu itu lengkap dan utuh, Tuhan memakai nabi-nabi dan rasul-rasul dengan karunia melakukan mujizat untuk menyampaikan firman Allah kepada manusia. Untuk masa PB, ketika peletakan dasar gereja terjadi, Tuhan Yesus dan rasul-rasul tercatat mengadakan tanda-tanda dan mujizat yang luar biasa. Namun mendekati akhir hidup rasul-rasul dan menjelang lengkapnya pewahyuan Tuhan yakni dengan selesainya penulisan Kitab terakhir (Kitab Wahyu), peristiwa-peristiwa mujizat mulai berkurang.
Akhirnya setelah proses pewahyuan selesai, karunia melakukan mujizat pun tidak ada lagi. Jabatan nabi dan rasul yang berhubungan dengan pewahyuan ditarik oleh Tuhan dan termasuk di dalamnya ialah karunia melakukan mujizat. Pewahyuan dari Allah telah lengkap dan bagi siapa saja yang ingin mengetahui tentang Tuhan dapat membaca dan mempelajarinya melalui pewahyuan Allah yang telah tercatat itu (Alkitab). Pemberitaan Injil tetap dijalankan oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan tetapi tanpa karunia melakukan mujizat.

KESIMPULAN
Proses pewahyuan dari Allah berjalan secara progresif dan selesai pada saat Rasul Yohanes selesai menulis Kitab Wahyu. Firman Tuhan telah lengkap dan utuh. Bagi seseorang yang ingin mengetahui dan mengenal Tuhan, dia dapat mempelajarinya dari Alkitab. Tidak ada lagi wahyu di luar dari Alkitab.
Dengan berakhirnya proses pewahyuan, tidak dibutuhkan lagi pribadi-pribadi yang berhubungan dengan pewahyuan termasuk di dalamnya nabi-nabi dan rasul-rasul. Dengan tidak adanya lagi jabatan-jabatan itu, berakhir jugalah karunia untuk melakukan mujizat. Atau dengan kata lain karunia ini tidak diperlukan lagi untuk mendukung pemberitaan Injil. Tuhan menarik karunia ini dengan alasan yang jelas yakni Dia tidak mau lagi seseorang percaya karena melihat mujizat yang bersifat subjektif tetapi melalui Alkitab yang  bersifat pasti (definit). Bahkan Alkitab sendiri mengatakan bahwa di akhir zaman ini akan muncul antikristus, nabi-nabi palsu, dan penyesat-penyesat yang melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang sangat dahsyat.
Jadi dari tulisan ini sangat jelas terlihat bahwa karunia melakukan mujizat tidak ada lagi di zaman sekarang ini.
 Penulis: Meifel Kontra
                                                                                                            


[1] Suhento Liauw. 2001. Doktrin Alkitab Alkitabiah. Pengetahuan Bibliology Yang Perlu Diketahui Setiap Orang Kristen Dan Pelayan Tuhan. Jakarta : Graphe International Theological Seminary (GITS). h. 47.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar