Pewahyuan adalah penyataan dan penyingkapan Allah kepada manusia. Dari manusia pertama sampai pada saat ini, Allah telah menyatakan diriNya melalui berbagai hal kepada manusia. Melalui penyataan-penyataan ini, Dia menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dan yang tidak diketahui oleh manusia. Melalui penyingkapan ini, Allah menginginkan manusia dapat mengetahui bahwa ada Allah yang Mahakuasa, Mahasuci, dan Mahakasih yang telah menciptakan langit dan bumi. Selain itu Dia juga menginginkan manusia mengenalNya dan mengetahui rencana-rencana khusus yang direncanakannya bagi manusia. Proses pewahyuan direncanakanNya secara progresif yakni dari sederhana sampai kepada yang paling sempurna.
Tulisan ini membahas hubungan proses
pewahyuan dengan karunia melakukan mujizat. Di dalam PB, firman Tuhan mencatat
ada orang-orang khusus yang mendapat karunia ini. Mereka melakukan hal-hal yang
luar biasa di dalam pelayanan. Tetapi pertanyaan penting untuk hal ini adalah :
“Apakah karunia ini masih ada sampai sekarang?”. Dengan pertanyaan ini, penulis
membahas dan menjawab dalam hubungannya dengan proses pewahyuan.
PROSES PEWAHYUAN
ALKITAB
A.
WAHYU UMUM
Wahyu umum yang
pertama adalah alam semesta. Para “ilmuwan” menyatakan bahwa alam semesta ini
terjadi secara kebetulan. Mereka mengeluarkan “teori-teori” yang tentunya hanya
bersifat spekulatif tetapi mampu mempengaruhi pikiran banyak orang.
Sesungguhnya dari kerumitan alam semesta dengan segala kompleksitasnya
menandakan bahwa ada seorang “Pribadi” yang sangat pintar dan genius yang
merancangnya. Segala keteraturan di alam semesta menunjukkan semua itu telah
diatur dan dirancang dengan sangat rapi.
Tuhanlah yang menciptakan alam semesta ini dengan segala kerumitan dan
kompleksitasnya. Inilah wahyu umum yang paling sederhana yang dapat manusia
ketahui tentang Allah.
Wahyu umum yang
kedua ialah perjalanan sejarah umat manusia. Tuhan sebagai pencipta manusia,
turut serta juga dalam perjalanan sejarah manusia. Keikutsertaan Allah ini
terlihat paling jelas di dalam sejarah bangsa Israel. Bangsa Israel sebagai
bangsa yang dipilih dan dikhususkan Tuhan untuk menjadi “Tiang Penopang dan
Dasar Kebenaran”, mengalami penyertaan dan pimpinan Tuhan yang luar biasa.
Mereka menerima janji-janji dan nubuatan-nubuatan dari Tuhan yang akan terjadi di
masa yang akan datang. Khusus untuk bangsa Israel, nubuat bahwa mereka akan
menjadi budak di Mesir dan dibuang ke Babel benar-benar terjadi. Pemulihan
Tuhan yang terjadi kemudian atas bangsa Israel pun benar-benar digenapi oleh
Tuhan.
Wahyu umum yang
ketiga adalah alat internal yang Allah masukkan di dalam hati manusia yakni
hati nurani. Melalui hati nurani, manusia dapat berpikir dan merasakan bahwa
dirinya lemah serta dapat mengakui bahwa ada yang lebih kuat dan berkuasa daripada
dirinya. Hal ini membuat manusia melakukan penyembahan-penyembahan kepada
sesuatu baik itu makhluk hidup maupun benda mati yang dianggapnya lebih
berkuasa dan lebih hebat daripada dirinya. Melalui hati nurani ini, terlihat
sifat religius manusia yang mau menyembah ‘sesuatu’ yang melebihi dirinya.
Melalui
wahyu-wahyu umum ini, Tuhan menginginkan manusia dapat menyadari bahwa ada
Allah yang menciptakan langit dan bumi termasuk manusia di dalamnya. Untuk
mengenal Allah secara pribadi, dibutuhkan wahyu-wahyu khusus dariNya.
B.
WAHYU KHUSUS
Sebelum wahyu khusus terbentuk menjadi sebuah buku
yang lengkap, Allah pernah berbicara dan menyatakan sesuatu kepada manusia
dalam berbagai cara. Di dalam Alkitab tercatat cara-cara yang dipergunakan oleh
Tuhan, yaitu :
1. Undian
(Yunus 1 : 7; KPR 1 : 26)
2. Urim
dan Tumim (Kel. 28 : 30; Bil. 27 : 21; 1 Sam. 14 : 41; 28 : 6)
3. Mimpi
(Firaun, Yakub, Yusuf, dll)
4. Visi
atau penglihatan (Dan. 10-12, KPR 10, dll)
5. Malaikat
6. Nabi-nabi
7. Kristofani/Christophany (Kej. 16 : 7; 18 : 1; Hak.
6 : 11, dll)
8. Allah
menjadi manusia (Yesus Kristus)
9. Roh
Kudus (tinggal di hati manusia dan memakai Rasul-rasul menulis PB)
Dari cara-cara yang dipakai oleh Tuhan, terlihat
bahwa pewahyuanNya berlangsung secara progresif. Melalui perjalanan waktu,
Tuhan menyingkapkan sedikit demi sedikit pewahyuanNya dengan cara yang paling
sederhana menuju kepada cara yang paling sempurna yakni menjadikan pewahyuanNya
sebuah kitab yang tertulis dan pasti (definite).
Dengan wahyu khusus dalam bentuk sebuah kitab, orang-orang yang hidup kemudian
akan lebih mudah mempelajarinya serta mendapatkan kebenaran di dalamnya. Kitab
inilah yang menjadi dasar dan pegangan dalam membangun pengajaran-pengajaran
(doktrin). Jikalau Tuhan tidak menjadikan pewahyuanNya ke dalam sebuah kitab, maka
kekristenan akan menjadi kacau balau karena tidak memiliki pegangan yang tetap.
Dengan wahyu khusus ini (Alkitab), Tuhan telah selesai menyampaikan apa yang
perlu diketahui oleh manusia. Manusia dapat mengenalNya melalui kitab yang
telah diwahyukanNya ini.
C.
KANON ALKITAB
Kata kanon (Yunani : kanon) berarti
patok atau ukuran (2 Kor. 10 : 13, 15, 16). Dalam hubungannya dengan Alkitab,
kanon itu artinya Alkitab adalah sebuah ukuran yang telah ditetapkan dan pasti.
Bagi yang merubah ukuran patok ini yakni dengan cara mengurangi atau
menambahinya, hukuman Tuhan telah ditetapkan atasnya (Wahyu 22 : 18-19). Kanon
PL adalah golongan kitab-kitab yang diterima oleh orang Yahudi sebagai firman
Allah yaitu Torah (hukum), Nabium (Nabi-nabi), dan Kethubim (tulisan/karangan). Kelompok
kitab-kitab ini dinyatakan Yesus sebagai firman Allah (Luk. 24 : 27, 44).
Untuk kanon PB, Suhento Liauw dalam bukunya “Doktrin Alkitab Alkitabiah”, menjelaskan
empat tahap/proses pengkanonannya. Yang pertama ialah proses penulisan (composing) yang berkisar 50 AD sampai
100 AD. Yang kedua adalah proses pengumpulan (collecting) oleh orang-orang percaya untuk kepentingan jemaat atau
pribadi yang berkisar 100 AD sampai 200 AD. Yang ketiga adalah proses/masa
pembandingan (comparing) yang terjadi
sekitar 200 AD sampai 300 AD, yakni ketika jemaat lokal berusaha
membanding-bandingkan hasil koleksi mereka. Setelah itu diikuti dengan proses
perlengkapan (completting) yang
terjadi sekitar 300 AD sampai 400 AD. Dalam proses terakhir ini, masing-masing
jemaat melengkapi hasil koleksi mereka.[1]
Proses pengkanonan PB ini berlangsung secara alami
dengan tuntunan Tuhan tanpa orang atau konferensi tertentu yang menentukan isi
kanon Alkitab. Jemaat-jemaat lokal mengumpulkan dan membanding-bandingkannya
sampai tercapai suatu penerimaan yang menyeluruh atas ke-27 kitab PB. Alasan
yang sangat penting suatu tulisan diterima dan dimasukkan ke dalam kanon adalah
faktor rasul (ditulis/diback-up/diproof-read oleh rasul), jemaat lokal
(sebagai penerima dan pengumpul), serta keharmonisan isi (tidak bertentangan).
Setelah pengkanonan Alkitab PL dan PB selesai, maka
lengkaplah firman Tuhan sebagai sebuah kitab. Tuhan tidak lagi menyampaikan
sesuatu kepada manusia dengan alat atau cara yang tidak pasti (indefinite). Semua itu telah dihentikan
oleh Tuhan. Jadi wahyu dari Tuhan yang lengkap adalah dari Kejadian 1 : 1
sampai dengan Wahyu 22 : 21. Setelah itu Tuhan tidak menyampaikan firmanNya
lagi dalam bentuk lisan karena semuanya telah lengkap dan sempurna dalam bentuk
firman yang tertulis.
KARUNIA MELAKUKAN
MUJIZAT
A.
YESUS MELAKUKAN MUJIZAT
Mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus bukanlah
untuk menunjukkan kepada orang Israel bahwa Allah itu Mahakuasa. Orang Israel
telah mengetahui hal itu. Mereka telah melihat perbuatan-perbuatan ajaib dari
Tuhan sejak dari Mesir hingga Kanaan. Keadaan mereka pada saat itu ialah sedang
menantikan kedatangan Mesias yang dijanjikan oleh Allah. Yesus melakukan semua
hal yang dinubuatkan tentang Mesias termasuk mujizat-mujizat yang akan
dilakukan oleh Mesias itu. Jadi, dengan melakukan semua mujizat yang tertulis
di PB, Yesus mengklaim dan menyatakan bahwa Dialah Sang Mesias itu.
Selain itu, dengan melakukan mujizat-mujizat, Yesus
juga menyatakan dan menegaskan kuasa dan otoritasNya. Hal besar yang dapat
dilakukan Yesus ialah mengampuni dosa manusia(Mat. 9 : 2-8). Yesus mempunyai
otoritas atas hal ini dan menegaskannya dengan tanda mujizat. Jadi,
mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus memiliki arti khusus dan tidak
sembarangan saja dilakukan. Dengan melakukan mujizat, Dia menyatakan bahwa
Dialah Mesias itu dan memiliki kuasa serta otoritas atas segala sesuatu.
B.
NABI-NABI DAN RASUL-RASUL MELAKUKAN MUJIZAT
Nabi-nabi dan rasul-rasul adalah dasar dan pondasi
gereja (Efesus 2 : 19-20). Khusus untuk para Rasul, PB menceritakan tentang
pelayanan mereka yang disertai dengan tanda-tanda dan mujizat-mujizat. Di dalam
PB, jemaat mula-mula bertekun di dalam pengajaran Rasul-rasul. Sambil menjalani
kehidupan, mereka melihat rasul-rasul mengadakan banyak mujizat dan tanda (KPR
2 : 41, 43). Selain itu, Kisah Para Rasul juga mencatat mujizat-mujizat yang
dilakukan oleh Paulus sebagai Rasul yang dipilih dan dikhususkan Tuhan untuk
orang non-Yahudi. Bahkan Paulus menyatakan bahwa tanda-tanda, mujizat-mujizat,
dan kuasa-kuasa yang dilakukannya membuktikan bahwa dia adalah
benar-benar-rasul (2 Kor. 12 : 12). Jadi, mujizat-mujizat yang terjadi pada
saat itu bukanlah dilakukan oleh orang-orang biasa. Orang-orang yang
melakukannya adalah orang-orang yang dikhususkan Tuhan untuk melakukannya.
Mereka adalah para Rasul yang mengadakan mujizat-mujizat untuk menegaskan
kerasulan mereka.
Hal ini juga seturut dengan pernyataan Alkitab di
dalam Ibrani 2 : 3-4, yang mengatakan :
“bagaimanakah kita akan luput, jikalau kita menyia-nyiakan keselamatan yang
sebesar itu, yang mula-mula diberitakan oleh Tuhan dan oleh mereka yang telah mendengarnya, kepada kita dengan cara
yang dapat dipercayai, sedangkan Allah
meneguhkan kesaksian mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh
berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang
dibagi-bagikan-Nya menurut kehendak-Nya.”
Para rasul sebagai saksi
yang telah mendengar pemberitaan keselamatan dari Tuhan Yesus, mendapat
penegasan dari Allah atas berita Injil dan kesaksian mereka. Penegasan ini diperlihatkan
dengan tanda-tanda dan mujizat yang mereka lakukan. Jadi para rasul mendapat
kemampuan atau karunia khusus yakni melakukan mujizat dengan tujuan menegaskan
status mereka sebagai rasul sekaligus meneguhkan pemberitaan yang mereka
lakukan. Karunia melakukan mujizat ini hanya diberikan kepada rasul-rasul.
BERHENTINYA KARUNIA
MELAKUKAN MUJIZAT
- DENGAN MENINGGALNYA RASUL-RASUL.
Di dalam pemberitaan Injil yang disertai
dengan karunia melakukan mujizat, para rasul mengalami penolakan dan penganiayaan.
Ada dari mereka yang akhirnya mengorbankan nyawanya demi pemberitaan Injil itu.
Dalam catatan firman Tuhan dan sejarah, Rasul Yohanes tercatat sebagai Rasul
yang hidupnya paling lama (yang terakhir meninggal). Dialah yang dipakai Tuhan
untuk menulis kitab terakhir dan kata-kata pewahyuan terakhir (Wahyu 22). Namun
setelah itu, sebagai manusia diapun mengalami kematian.
Sehubungan dengan hal itu, karunia
melakukan mujizat pun menjadi berhenti. Hanya dua belas murid Tuhan ditambah
dengan Paulus yang memiliki jabatan
Rasul. Setelah mereka meninggal, tidak ada lagi jabatan Rasul di dalam jemaat
Tuhan. Dan seturut dengan hal itu juga, tidak ada lagi karunia melakukan
mujizat. Tidak ada lagi orang yang menggantikan para Rasul dengan karunia
khusus itu.
- DENGAN BERHENTINYA PROSES PEWAHYUAN
Proses pewahyuan berjalan terus sampai
Wahyu pasal 22 selesai dituliskan oleh Rasul Yohanes. Sebelum wahyu itu lengkap
dan utuh, Tuhan memakai nabi-nabi dan rasul-rasul dengan karunia melakukan
mujizat untuk menyampaikan firman Allah kepada manusia. Untuk masa PB, ketika
peletakan dasar gereja terjadi, Tuhan Yesus dan rasul-rasul tercatat mengadakan
tanda-tanda dan mujizat yang luar biasa. Namun mendekati akhir hidup
rasul-rasul dan menjelang lengkapnya pewahyuan Tuhan yakni dengan selesainya
penulisan Kitab terakhir (Kitab Wahyu), peristiwa-peristiwa mujizat mulai
berkurang.
Akhirnya setelah proses pewahyuan
selesai, karunia melakukan mujizat pun tidak ada lagi. Jabatan nabi dan rasul
yang berhubungan dengan pewahyuan ditarik oleh Tuhan dan termasuk di dalamnya
ialah karunia melakukan mujizat. Pewahyuan dari Allah telah lengkap dan bagi
siapa saja yang ingin mengetahui tentang Tuhan dapat membaca dan mempelajarinya
melalui pewahyuan Allah yang telah tercatat itu (Alkitab). Pemberitaan Injil
tetap dijalankan oleh orang-orang yang percaya kepada Tuhan tetapi tanpa
karunia melakukan mujizat.
KESIMPULAN
Proses pewahyuan
dari Allah berjalan secara progresif dan selesai pada saat Rasul Yohanes
selesai menulis Kitab Wahyu. Firman Tuhan telah lengkap dan utuh. Bagi
seseorang yang ingin mengetahui dan mengenal Tuhan, dia dapat mempelajarinya
dari Alkitab. Tidak ada lagi wahyu di luar dari Alkitab.
Dengan
berakhirnya proses pewahyuan, tidak dibutuhkan lagi pribadi-pribadi yang
berhubungan dengan pewahyuan termasuk di dalamnya nabi-nabi dan rasul-rasul.
Dengan tidak adanya lagi jabatan-jabatan itu, berakhir jugalah karunia untuk
melakukan mujizat. Atau dengan kata lain karunia ini tidak diperlukan lagi
untuk mendukung pemberitaan Injil. Tuhan menarik karunia ini dengan alasan yang
jelas yakni Dia tidak mau lagi seseorang percaya karena melihat mujizat yang
bersifat subjektif tetapi melalui Alkitab yang
bersifat pasti (definit). Bahkan Alkitab sendiri mengatakan bahwa di
akhir zaman ini akan muncul antikristus, nabi-nabi palsu, dan penyesat-penyesat
yang melakukan tanda-tanda dan mujizat-mujizat yang sangat dahsyat.
Jadi dari
tulisan ini sangat jelas terlihat bahwa karunia melakukan mujizat tidak ada
lagi di zaman sekarang ini.
Penulis: Meifel Kontra
[1]
Suhento
Liauw. 2001. Doktrin Alkitab Alkitabiah.
Pengetahuan Bibliology Yang Perlu Diketahui Setiap Orang Kristen Dan Pelayan
Tuhan. Jakarta : Graphe International Theological Seminary (GITS). h. 47.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar