Sabtu, 01 Februari 2014

"Hamba Tuhan" dalam Kitab Yesaya



Kitab Yesaya adalah sebuah kitab yang istimewa. Yesaya sebagai penulis seluruh isi Kitab ini menubuatkan begitu banyak hal yang penting. Dan itu semua digenapi walaupun diucapkan beberapa abad sebelumnya. Dalam menjalankan tugas kenabiannya ini, Yesaya menubuatkan bahwa akan ada Penebus yang akan datang untuk menggenapi tugas dan rencana Allah atas Israel. Tercatat dalam pasal 40-55, Yesaya sering menggunakan satu istilah penting yakni eved Yehovah (Hamba TUHAN). Hamba ini digambarkan Yesaya sebagai pelayan Tuhan yang nantinya akan mengalami penderitaan untuk menggenapi tugas hamba Tuhan tersebut yakni sebagai Penebus.
Tulisan ini bermaksud membahas penggunaan kata “hamba Tuhan” itu oleh Yesaya. Di satu sisi Yesaya menggunakan istilah ini dengan bentuk jamak dan menunjuk kepada suatu kelompok. Tetapi di sisi lain, Yesaya juga menggunakannya dengan bentuk tunggal yang menunjukkan bahwa hamba itu dapat juga diidentifikasi sebagai pribadi. Pembahasan akan dikhususkan di dalam pasal 40-55 dan pada akhirnya akan lebih menyempit lagi yakni di dalam pasal 52 : 13 – 53 : 12.

ISRAEL HAMBA TUHAN
A.    PEMILIHAN ISRAEL
Di dalam Kitab Yesaya 40-55, beberapa kali Yesaya menyebutkan ‘hamba Tuhan’ yang langsung menunjuk kepada bangsa Israel. Misalnya dalam Yesaya 41 : 8 dikatakan “Tetapi engkau, hai Israel, hambaKu .....” dan Yesaya 44 : 1 tertulis : “..... hai Yakub, hambaku, dan  hai Israel, yang telah Kupilih!”. Israel adalah bangsa pilihan Tuhan. Di dalam Imamat 25 : 42 dan 55, Tuhan menyebut mereka sebagai hamba-hamba yang dibawaNya keluar dari Mesir. Lebih jauh lagi tentang pemilihan Israel, merujuk kepada Abraham sebagai nenek moyang mereka. Abraham dipilih dan dipanggil Allah untuk keluar dari negeri kelahirannya. Abraham taat akan perintah Tuhan dan dia menjadi salah satu contoh akan ketaatan seorang hamba. Tuhan memberkati Abraham dan berjanji untuk membuatnya menjadi bangsa yang besar yakni melalui keturunannya. Janji Tuhan ini terlihat jelas dari keturunan Abraham yakni Ishak, kemudian kepada Yakub, lalu kepada kedua belas suku Israel. Di dalam bagian Alkitab yang lain, disebutkan juga anak cucu Abraham adalah hamba Tuhan (I Taw. 16 : 13; Mzm. 105 : 6).
                                       
B.     TUGAS ISRAEL
Selain tentang pilihan atas Israel, bagian Yesaya ini juga menyinggung tentang hal-hal yang menjadi tugas bangsa Israel sebagai bangsa pilihan—hamba Tuhan. Dalam Yesaya 40 : 9 tertulis “Hai Sion, pembawa kabar baik .....Hai Yerusalem pembawa kabar baik, nyaringkanlah suaramu kuat-kuat, nyaringkanlah suaramu, jangan takut! .....”. Israel memiliki tugas sebagai pembawa kabar baik. Israel memiliki Allah yang benar, yang Mahakudus dan Mahakuasa serta yang Mahakasih. Inilah tugas Israel yaitu untuk memberitakan tentang Tuhan Yang Mahaesa itu. Dalam Perjanjian Lama, setelah Tuhan memakai seorang ayah sebagai Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran, selanjutnya Tuhan memakai bangsa Israel menjadi Tiang penopang dan Dasar Kebenaran. Israel bertanggungjawab untuk memberitakan Allah yang benar dan membawa orang-orang serta bangsa-bangsa kepada Tuhan.
            Lebih jelas lagi Yesaya menuliskan bahwa Israel adalah saksi dari Tuhan. Dalam Yesaya 43 : 10 tertulis : “Kamu (Israel) inilah saksi-saksiku, ..... dan hambaKu yang telah Kupilih .....”. Israel dipilih untuk memberitakan bahwa Jehovah adalah satu-satunya Tuhan dan tidak ada juruselamat yang lain selain Dia (Yesaya 43 : 11).

C.    JANJI DAN PENYERTAAN TUHAN
Sebagai bangsa pilihan dengan tugas khusus, bangsa Israel juga menerima janji penyertaan Tuhan. Yesaya menggambarkannya dengan begitu indah :
“janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau, janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu; Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau; Aku akan memegang engkau dengan tangan kananKu yang membawa kemenangan.” (41: 10)

            Janji-janji akan penyertaan Tuhan jelas sekali terlihat dari sejarah bangsa Israel. Setelah keluar dari Mesir, bangsa Israel mengalami hal-hal yang luar biasa dari Tuhan. Dibebaskan dari kejaran Firaun, melihat laut Teberau terbelah menjadi dua, serta kecukupan akan makanan dan minuman adalah sebagian kecil penyertaan Tuhan yang dialami bangsa Israel. Selama dalam masa hakim-hakim pun mereka menyaksikan penyelamatan-penyelamatan yang luar biasa dari Tuhan. Begitu banyak hal yang dilakukan Tuhan atas Israel untuk menjaga dan menyertai mereka. Hal ini tentunya dilandasi oleh janji Tuhan atas Israel. Yesaya pun menjelaskan kembali tentang janji-janji Tuhan itu.
                                            
D.    KEGAGALAN ISRAEL
Dengan tugas yang diemban dan mendapat janji-janji serta penyertaan Tuhan, Israel mengalami kegagalan. Yesaya menuliskan :
“Dengarkanlah, hai orang-orang tuli, pandanglah dan lihatlah, hai orang-orang buta! Siapakah yang buta selain dari hambaKu, dan yang tuli seperti utusan yang Kusuruh? Siapakah yang buta seperti suruhanKu dan yang tuli seperti hamba Tuhan?” (42 : 18-19)

Ayat-ayat ini berbicara dengan sangat keras! Israel sebagai hamba Tuhan dianggap tuli dan buta. Mereka telah melihat begitu banyak pekerjaan Tuhan dan mendengar firman-firman dariNya. Namun mereka tidak memperhatikan dan mendengar semua itu (42 : 20). Tuhan memberi pengajaran-pengajaranNya serta menginginkan keselamatan bangsa-bangsa dan hal itu dimulai dari Israel. Tetapi hal itu tidak dapat dicapai oleh Israel. Mereka gagal untuk menggenapi maksud dan rencana Tuhan. Yesaya tampil dengan keberanian untuk menyampaikan firman Tuhan ini. Dengan terang-terangan dia menyampaikan tentang pendurhakaan yang dilakukan Israel. Tuhan sendiri berfirman :
“Serukanlah kuat-kuat, janganlah tahan-tahan! Nyaringkanlah suaramu bagaikan sangkakala, beritahukanlah kepada umatKu pelanggaran mereka dan kepada kaum keturunan Yakub dosa-dosa mereka!” (58 : 1)

            Dalam bagian ini, terlihat jelas bahwa Israel mengalami kegagalan dengan pelanggaran-pelanggaran dan dosa-dosa yang mereka lakukan. Tuhan mengetahui dosa-dosa mereka dan menegurnya dengan keras melalui Yesaya. Tentang Yerusalem Tuhan berkata : “Bagaimana ini, kota yang dahulu setia sekarang sudah menjadi sundal! Tadinya penuh keadilan dan disitu selalu diam kebenaran, tetapi sekarang penuh pembunuh ..... Para pemimpinmu adalah pemberontak .....” (1 : 21, 23). Yerusalem sebagai kota yang penting bahkan sebagai pusat keagamaan Israel tidak lagi setia kepada Tuhan. Dimana-mana penuh dengan penyembahan berhala yang menjadi kekejian dan menimbulkan sakit hati bagi Tuhan. Hal ini tentunya diawali dengan para pemimpin Israel. Banyak dari raja-raja Israel yang tidak memimpin kepada kebenaran tetapi kepada pendurhakaan. Akhirnya banyak dari orang Israel yang terjerumus karena raja yang memimpin tidak setia kepada Tuhan bahkan melakukan apa yang jahat di mata Tuhan.
Israel sebagai umat pilihan Tuhan dan khususnya sebagai hamba Tuhan, tidak mencapai maksud yang diinginkan Tuhan bagi mereka. Dengan status sebagai hamba Tuhan, mereka tentunya memiliki standar yang tinggi dari Tuhan. Tetapi mereka gagal hidup dengan standar hidup yang diberikan Tuhan. Mereka gagal untuk hidup dengan kesalehan yang sejati dan menuruti firman Tuhan. Akibatnya mereka akan mendapat penghukuman dari Tuhan. Tuhan menyerahkan mereka untuk dijarah, dirampas, dan dirampok (42 : 24). Nubuatan Yesaya tentang penghukuman ini terlaksana dengan dibuangnya bangsa Israel ke Babel.

E.     PENGAMPUNAN DAN PENEBUSAN TUHAN
Walaupun mendapat hukuman dari Tuhan, Israel tetap dikasihi oleh Tuhan. Yesaya menuliskan bahwa akan ada pemulihan bagi Israel (Yesaya 43 : 1-7; 43 : 25; 44 : 21-22; 49 : 8-26; 54 : 1-17, dll). Hal ini menunjukkan bahwa selain Allah itu Mahaadil dengan menghukum Israel karena dosa-dosa mereka, Dia juga adalah Allah yang Mahakasih dengan mengabarkan pemulihan dan keselamatan yang akan datang. Dan dalam sejarah, setelah bangsa Israel mengalami pembuangan, mereka dikembalikan Tuhan lagi ke tanah perjanjian. Tuhan tetap melanjutkan rencanaNya melalui Israel. Dengan segala kedurhakaan yang dilakukannya, Israel tetap dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana-rencana dan rancangan-rancanganNya. Israel tetaplah umat pilihan dan hamba Tuhan sebagai pembawa dan pemberita kabar keselamatan. Walaupun tugas bangsa Israel sebagai Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran telah berakhir setelah jemaat lokal PB menggantikan tugasnya, mereka tetaplah suatu bangsa yang spesial di mata Tuhan. Dari merekalah Allah mendatangkan Mesias Sang Juruselamat dan rencana Tuhan atas mereka tetap berlanjut sampai kepada akhir zaman.

SEORANG “PRIBADI” SEBAGAI HAMBA TUHAN
A.             YESAYA
Sebagai penulis seluruh isi Kitab Yesaya, Yesaya adalah seorang nabi yang luar biasa dipakai Tuhan. Banyak ahli Alkitab yang berpendapat bahwa Kitab Yesaya adalah Alkitab dalam versi ‘mini’. Pasal 1-39 Kitab Yesaya banyak berbicara tentang penghukuman dari Tuhan dan demikian juga dengan ke-39 kitab Perjanjian Lama yang berbicara tentang peringatan-peringatan dari PL. Begitu pula dengan Kitab Yesaya pasal 40-66 yang berjumlah 27 pasal yang berbicara tentang pemulihan dan keselamatan yang akan datang setelah penghukuman. Bagian ini memiliki kesamaan dengan ke-27 Kitab Perjanjian Baru yang berbicara tentang anugerah keselamatan yang datang melalui Yesus Kristus.
Tentang Yesaya, Sidlow Baxter mengatakan :
“Sebagaimana Beethoven dalam dunia seni musik dan Shakespeare dalam dunia kesusastraan, demikianlah kedudukan Yesaya di antara para Nabi. Selaku penulis ia melebihi nabi-nabi lainnya, dan sungguh tepat jika tulisannya dianggap paling utama di antara 17 Kitab Nabi-nabi.”[1]

Dari kitab Yesaya ini memang terlihat keindahan gaya bahasa yang luar biasa. Jikalau kitab Yesaya pun hanya dilihat sebagai karya seni sastra, itu adalah hasil karya yang bernilai sangat tinggi. Kitab ini menunjukkan bahwa penulisnya adalah seorang yang hebat. Bahkan melalui tulisannya terlihat kedalaman dari pemikirannya. Walter Kaiser menyebut Yesaya sebagai “nabi terhebat dari semua nabi-nabi dalam Perjanjian Lama, karena pemikiran dan doktrinnya meliputi berbagai topik yang luas sama seperti panjangnya jangka waktu pelayanannya.”[2]
            Dari tulisannya pun terlihat dengan jelas watak dari penulisnya. Baxter kembali menggambarkan watak Yesaya, yaitu:
“Ia adalah orang yang sangat berani, baik berhadapan dengan raja maupun dengan orang banyak. Ia tidak pernah membungkuk untuk mengambil muka. Ia seorang patriot sejati; menentang segala sesuatu yang bisa merusak bangsanya. Namun ia sangat lemah lembut, dan kasihnya merata sampai kepada bangsa lain, tidak terbatas pada bangsa sendiri saja. Ia dapat juga diliputi kemarahan yang bernyala-nyala, tapi kemarahan itu senantiasa didorong oleh perasaan tanggung jawab akan kemuliaan Allah”[3]

            Kitab Yesaya ini memang menunjukkan bahwa Yesaya adalah seorang pemberani. Di tengah-tengah pendurhakaan yang dilakukan Israel, dia tampil ke depan dan mencela dosa-dosa yang dilakukan oleh mereka. Tentunya dalam melaksanakan tugasnya ini, Yesaya tahu resiko yang akan diterimanya. Salah satunya ialah hukuman mati. Tetapi ia tetap bersandar kepada Tuhan dan tetap menjalankan tugasnya dengan setia.
Semua itu menunjukkan Yesaya sebagai pribadi yang hebat dan yang dipakai oleh Tuhan. Dia adalah hamba Tuhan yang menjadi pembawa berita atau firman dari Tuhan sendiri. Meskipun demikian, pemakaian Yesaya dalam tulisannya untuk sebutan ‘hamba Tuhan’ bukan mengacu pada dirinya. Dari tulisannya dapat disimpulkan bahwa Yesaya sebenarnya tidak mengetahui dengan pasti siapa hamba Tuhan itu. Lagipula biasanya dia akan berbicara secara langsung jika berhubungan dengan tugas yang dia terima dari Tuhan (6:1; 7:3; 8:1; ps 36-39). Pemakaian Yesaya untuk hamba Tuhan itu lebih mengacu kepada bangsa Israel dan seorang pribadi lain yang khusus untuk menjalankan rencana Allah.

B.                KORESY
Di dalam bagian Yesaya ini, ada juga seorang pribadi lain yang disebutkan namanya dengan jelas yaitu Koresy (Yesaya 44 : 28; 45 : 1, 13). Ini adalah nubuatan tentang seorang yang bernama Koresy, seorang raja yang menjadi alat Tuhan untuk melaksanakan rancanganNya. Dalam buku Tafsiran Alkitab Masa Kini 2, tercatat kisah sejarah tentang Koresy di abad ke-6, yaitu :
“Raja (Koresy) yang berasal dari Anshan di sebelah selatan Persia ini, telah menguasai Kerajaan Media sekitar 500 sM dan terus menaklukkan Lud pada thn 547, yang meliputi sebagian besar Asia Kecil. Ini membuat dia dapat menang melawan Kerajaan Babel (di mana orang-orang Yahudi telah menjadi buangan semenjak sebelum kejatuhan Yerusalem pada thn 587). Kerajaan ini adalah lemah dan sedang dalam keadaan terpecah-pecah. Rajanya Nabonidus sudah absen dari ibukota negeri (di mana putranya Belsyazar mewakilinya) sedang berselisih dengan imam-imam. Pada thn 539 Koresy mengalahkan angkatan darat Babel di medan tempur dan tentara-tentaranya memasuki Babel tanpa pertempuran.”[4]

Sebelum Koresy ada dan memerintah, semua hal itu sudah dinubuatkan oleh Yesaya hampir dua ratus tahun sebelumnya. Tuhan berkata tentang Koresy : “Inilah firmanKu kepada orang yang Kuurapi, kepada Koresh.....supaya aku menundukkan bangsa-bangsa di depannya .....”(Yesaya 45 : 1). Memang dia tidak seperti raja-raja Israel yang diurapi oleh imam-imam untuk menjadi raja. Tetapi Koresy adalah seorang yang diurapi oleh Tuhan sendiri untuk melaksanakan tugas khusus dari Tuhan. Nubuatan tentang dirinya mengatakan bahwa ia akan menundukkan bangsa-bangsa dan melucuti raja-raja yang pada intinya dia akan menjadi seorang penguasa/raja. Pemanggilan Tuhan terhadap Koresy ini bukanlah tanpa tujuan dan maksud yang jelas. Firman Tuhan mengatakan dalam pasal yang sama bahwa “Oleh karena hambaKu Yakub dan Israel pilihanKu, maka Aku memanggil engkau .....”(45 : 4). Tuhan memanggil Koresy dengan maksud menjalankan dan menggenapi rencanaNya atas Israel. Tuhan menggerakkan Koresy untuk membebaskan bangsa Israel dari pembuangan di Babel (45 : 13). Selain itu Tuhan juga mengatakan bahwa Koresylah yang akan membangun kembali Yerusalem dan Bait Suci (44 : 28; 45 : 13). Nubuatan ini benar-benar terjadi dan tercatat dalam sejarah dan kitab-kitab PL lainnya bahwa dalam tahun pertama pemerintahannya, raja Koresy mengizinkan orang-orang buangan termasuk orang Israel untuk kembali pulang ke negerinya masing-masing (2 Taw. 36 : 22-23; Ezra 1 : 1-4). Bahkan orang Israel diperintahkannya untuk membangun kembali Bait Suci di Yerusalem (Ezra 1 : 4).
Koresy menggenapi nubuatan tentang dirinya. Yesaya menuliskannya sebagai seorang pembebas yang dipakai oleh Tuhan dan hal itu benar-benar terjadi. Tetapi pemakaian Yesaya secara khusus untuk ‘hamba Tuhan’ dalam tulisannya, bukanlah menunjuk kepada Koresy. Koresy hanyalah alat dari Tuhan. Lagipula tidak ada satu ayat pun yang menyatakan bahwa dia menderita demi orang lain seperti yang akan dialami oleh hamba Tuhan itu. Akan tetapi Koresy juga menjadi pembuka jalan bagi Yesaya untuk memberitahukan dan menggambarkan seorang Pembebas dan Penebus yang akan datang untuk orang Yahudi dan orang bukan Yahudi.

PRIBADI KHUSUS SEBAGAI HAMBA TUHAN 
Di dalam kitab Yesaya ada empat bagian yang terkenal dan disebut sebagai ‘Nyanyian Hamba Tuhan” yakni pasal 42:1-9, 49:1-13, 50:4-10, dan 52:13-53:12. Dari empat bagian ini, ada satu bagian yang sangat penting dalam menceritakan ‘hamba Tuhan’ itu dan yang merupakan bagian inti dari Kitab Yesaya yaitu pasal 52 : 13 – 53 : 12. Bagian ini menjelaskan secara khusus hamba Tuhan itu sebagai oknum yang menderita. Bagian ini adalah puncak penjelasan dan nubuatan dari Yesaya untuk hamba Tuhan itu.

A.    PENOLAKAN TERHADAP HAMBA TUHAN
Yesaya 53 : 1-3 dan 53 : 7-9, menjelaskan tentang penolakan yang terjadi terhadap hamba Tuhan itu. Hal pertama yang ditolak adalah perkataannya (ay. 1). Berita yang disampaikan oleh hamba Tuhan itu akan ditolak oleh banyak orang. Hal kedua yang ditolak adalah dirinya (ay. 2). Kedatangan hamba Tuhan itu akan dianggap rendah oleh kebanyakan orang. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia—hal ini menunjukkan respon orang-orang  yang menolak dirinya. Mereka hanya menginginkan kedatangan hamba Tuhan itu dengan ketampanan dan kesemarakannya. Ketika hamba Tuhan itu datang dan menunjukkan hal sebaliknya, maka mereka menolaknya. Setelah itu juga mereka menolak misi yang diemban oleh hamba Tuhan itu (ay. 3). Dia adalah seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan—dia datang untuk menderita tetapi ia akan sangat dihina dan ditolak oleh banyak orang.
Ayat yang ketujuh juga berbicara tentang penderitaan yang akan dialami hamba Tuhan itu. Dia akan mengalami penganiayaan dan penindasan. Tetapi semua itu akan dilewatinya dengan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian dan seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya (ay. 7). Perlakuan yang diterima hamba Tuhan itu sebenarnya mula-mula diterangkan di dalam pasal 50 : 6,  Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. Tetapi puncak kesengsaraannya dijelaskan dalam bagian ini. Kemudian di dalam bagian ini dituliskan juga bahwa hamba Tuhan itu akan mengalami kematian. Firman Tuhan menuliskan bahwa hamba Tuhan itu terputus dari negeri orang-orang hidup . Yesaya mencatat sebab dari kematiannya yaitu “karena pemberontakan umat-Ku ia kena tulah”(ay. 8). Sesudah penderitaan yang akan dialaminya, akhirnya hamba Tuhan itu akan mengalami kematian dan ayat ke-9 menjelaskan tentang penguburannya.

B.     ARTI PENEBUSAN DAN PENDERITAAN HAMBA TUHAN
Dalam Yesaya 53 : 4-6 terungkap makna dari penderitaan yang dialami oleh hamba Tuhan itu. Di ayat ke-4 Yesaya menulis, “Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah”. Dari ayat ini terlihat hal yang penting yaitu kesengsaraan yang dialami oleh hamba Tuhan itu bukanlah kesengsaraan yang patut dia alami. Yesaya menulis bahwa hamba Tuhan ini mengalami kesengsaraan karena “kita”. Kata “kita” ini merupakan perbandingan yang penting dengan kata “dia” yang menunjuk kepada hamba Tuhan itu. Kata “kita” disini menunjuk kepada Yesaya dan bangsa Israel secara khusus, serta menunjuk kepada semua manusia secara umum.
Di ayat ke-5, Yesaya pun masih menggunakan perbandingan ini. Yesaya menulis, “Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh”. Di ayat ini semakin jelas terlihat makna penderitaan hamba Tuhan itu. Dia menderita karena pemberontakan dan kejahatan yang dilakukan oleh “kita”. Dan hal penting lainnya dari ayat ini ialah kesembuhan yang terjadi karena bilur-bilur dari hamba Tuhan itu. Dengan penderitaannya, hamba Tuhan itu mendatangkan kesembuhan bagi mereka yang melakukan pemberontakan dan kejahatan.
Demikian pula dengan ayat ke-6, Yesaya secara terbuka membandingkan “dia” dan “kita”. Firman Tuhan tertulis, “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian”. Ayat ini menunjukkan bahwa “kita” berada dalam keadaan sesat seperti domba yang mengambil jalannya sendiri-sendiri. Ketidakberdayaan “kita” disingkapkan secara jelas di sini. Dengan keadaan seperti itu, Allah menunjukkan rancanganNya yang luar biasa. Hukuman yang seharusnya diterima oleh “kita” ditimpakan kepada hamba Tuhan itu.
Jadi dari Yesaya 53 : 4-6, terlihat makna penderitaan hamba Tuhan itu. Dia mengalami kesengsaraan untuk menggantikan mereka yang memberontak dan melakukan kejahatan.

C.    SIAPA HAMBA TUHAN ITU?
Andrew Hill dan John Walton dalam bukunya yaitu Survey Perjanjian Lama, memberikan komentar mengenai hamba Tuhan ini :
“Israel kadang-kadang disebut sebagai hamba Allah (misalnya, 41:8; 44:1) dan Koresy memainkan peran penolong dalam program pelepasan Allah; walaupun demikian, gambaran Hamba dalam nyanyian-nyanyian itu jauh melampaui apa yang dapat dikatakan mengenai keduanya. Fungsi yang digambarkan untuk Sang Hamba serupa sekali dengan fungsi yang dipertalikan dengan raja ideal yang akan datang dari garis keturunan Daud di bagian lain dari kitab ini (bdg. ps. 11 dan 55:3-5).”[5]

Memang benar bahwa hamba Tuhan yang digambarkan secara khusus oleh Yesaya tidak hanya menunjuk kepada bangsa Israel ataupun kepada Koresy. Penggambaran Yesaya yang khusus menunjuk kepada pribadi yang khusus juga. Melalui terang firman Tuhan Perjanjian Baru, dapatlah disimpulkan bahwa hamba Tuhan yang digambarkan oleh Yesaya adalah Yesus Kristus. Penolakan terhadap Dia (Yes. 53:1) dikutip di dalam Yohanes 12 : 38 dan Roma 10 : 16. Banyak orang telah melihat pelayanan dan mujizat dari Yesus tetapi kebanyakan dari mereka tidak percaya bahkan menolak Dia. Hal ini sesuai dengan nubuatan yang disampaikan Yesaya. Yesus juga tidak datang dengan ketampanan dan kesemarakanNya (Yes. 53 : 2). Hal ini sesuai dengan tugas yang diembanNya yaitu Dia tidak datang untuk mencari pasangan dengan ketampanan tubuh jasmani dan bahkan menjadi raja seperti raja-raja duniawi. Ia datang untuk menebus dan menggantikan orang-orang yang memberontak dan melakukan kejahatan yakni manusia yang berdosa secara umum.
Yesaya juga menggambarkan kerelaan dan kesediaan hamba Tuhan itu untuk memberikan diriNya, yaitu seperti seekor anak domba yang dibawa ke pembantaian dan seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya. Bagian PL inilah yang dibaca oleh sida-sida dari Etiopia yang kemudian dijelaskan oleh Filipus. Dari kesaksian Injil, setelah penangkapan yang terjadi atas diriNya, Yesus sama sekali tidak berusaha untuk membela diri dan menghindar dari hukuman. Hal itu menandakan kerelaanNya untuk dihukumkan, sesuai dengan nubuatan yang telah disampaikan olehYesaya.
Lebih lanjut lagi, John Walvoord dalam bukunya yang berjudul “Every Prophecy of The Bible” mengomentari kematian hamba Tuhan itu :
“Kubur-Nya berada bersama-sama dengan orang berdosa, tetapi juga dengan orang kaya (Yes. 53:9; 1 Pet. 2:22). Hamba itu mati dalam kehendak Allah karena hidup-Nya digunakan sebagai persembahan korban karena dosa (Yes. 53:10). Nubuat ini digenapi dalam kematian Kristus dengan berkat yang akan digenapi dalam masa seribu tahun (Mrk. 15:3,4,27,28; Luk. 23:1-25; Yoh.1:29; 11:49-52; Kis. 8:28-35; 10:43; 13:38,39; 1 Kor. 15:35, Ef. 1:7; 1 Pet. 2:21-25; 1 Yoh. 1:7-9). Keturunan rohani-Nya akan timbul dari kematian dan kebangkitan-Nya (Yes. 53:10). Kemenangan akhirnya atas orang fasik digambarkan dalam ayat 11, 12 (bandingkan dengan Lukas 22:30).”[6]

Dari semua ayat-ayat ini terlihat jelas bahwa Kristuslah hamba Tuhan yang dinubuatkan oleh Yesaya. Walaupun ketika Yesus mati berada di antara penjahat-penjahat, namun ia dikuburkan seperti orang kaya (Yes. 53:9 KJV and with the rich). Yusuf dari Arimatea sebagai orang yang kaya meminta jenazah Yesus lalu menguburkanNya dengan cara penguburan orang kaya. Dengan kematianNya ini, Yesus memperlihatkan bahwa Dialah korban penebus salah yang sejati. Dan dengan kebangkitanNya, keturunan rohaniNya (orang-orang yang lahir baru/lahir dari atas/lahir dari Allah) dilahirkan atau dimunculkan.

PENUTUP DAN KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, terlihat bahwa penggunaan “hamba Tuhan” oleh Yesaya bukanlah menunjuk kepada dirinya ataupun kepada Koresy melainkan kepada bangsa Israel dan Yesus Kristus. Bangsa Israel disebut sebagai hamba Tuhan karena tugas mereka sebagai pelayan Tuhan untuk memberitakan kebenaran di dalam masa ibadah simbolik. Mereka memiliki perjanjian dan tugas yang khusus dari Tuhan sendiri. Dan untuk pengidentifikasian hamba Tuhan itu kepada Yesus Kristus sangat jelas terlihat di dalam tugasNya untuk menebus dosa semua manusia. Dengan pengorbanan dan kematianNya, rencana Allah menjadi sempurna.
Yesus datang dari bangsa Israel dan melayani di Israel. Hal ini menggenapi janji Tuhan kepada nenek moyang bangsa Israel, secara khusus kepada Abraham, yakni dari keturunannya semua bangsa akan diberkati. Dari Israellah datang keselamatan yang dari Tuhan. Keselamatan yang menjadi jelas ketika Yesus mati untuk menebus dosa semua manusia.
Penulis: Meifel Kontra

[1] Sidlow Baxter. 1999. Menggali Isi Alkitab 2 : Ayub – Maleakhi. Terjemahan : Sastro Soedirdjo. Jakarta : Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF.  h. 201.
[2] Walter C. Kaiser, Jr. 2000. Teologi Perjanjian Lama. Terjemahan: Yayasan Penerbit Gandum Mas. Malang: Gandum Mas. h. 260-261.
[3] Op. Cit. h. 202.
[4] Donald Guthrie, Alec Motyer, Alan M. Stibbs, dkk. 2004. Tafsiran Alkitab Masa Kini 2. Terjemahan : Soedarmo, Haris Nasution, Harun Hadiwijono, dkk. Jakarta:Yayasan Bina Kasih/OMF. h. 366.
[5] Andrew E. Hill dan John H. Walton. 1996. Survey Perjanjian Lama. Terjemahan: Yayasan Penerbit Gandum Mas. Malang: Gandum Mas. h. 533.
[6] John F. Walfoord. 2003. Every Prophecy of The Bible. Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab. Terjemahan: Soemitro Onggosandjojo. Bandung: Yayasan Kalam Hidup. h. 146.

2 komentar:

  1. masih kurang referensi dalam penjelasannya bung, mohon referensinya diperbanyak agar tulisan ini dapat diterima secara karya ilmiah bukan artikel semata saja..

    salam Damai

    Shalom..

    Wassalam..

    BalasHapus
  2. Terimakasih utk penjelasan.semakin memperkaya pemahaman saya ttg isi Kitab Yesaya. Tuhan memberkati

    BalasHapus