Sabtu, 01 Februari 2014

Kesalahan Kelompok "Yahweh"



Kelompok YAHWEH adalah sebuah kelompok yang dilatarbelakangi oleh gerakan internasional kebangkitan Yahudi (Zionisme) pada abad ke-19. Gerakan ini pada mulanya bersifat politik untuk mendirikan negara Yahudi di Palestina (Erets Yisrael). Tetapi dari gerakan ini juga menghasilkan aliran-aliran yang menekankan Religious Zionism. Salah satu dari aliran ini ialah sebuah kelompok yang ingin mengembalikan pemakaian nama YHWH sebagai nama diri Tuhan. Aliaran ini berkembang di Amerika dengan berbagai nama gereja, diantaranya Assemblies of Yahweh (1960), Yahweh’s Assemblies in Messiah (1980), Yahweh’s New Covenant Assembly (1985), dan Yahweh’s Assembly in Yahshua (2006). Mereka berusaha menjaga kesucian Sabat dan makanan, merayakan bulan baru dan hari-hari raya Yahudi, menolak Trinitas, dan mengganti kitab Suci yang memuat nama-nama Lord, God, dan Jesus dengan nama-nama Ibrani yaitu Yahweh, Elohim, dan Yahshua.

Aliran-aliran ini akhirnya masuk dan mempengaruhi kalangan-kalangan Kristen di Indonesia. Mereka mulai mendirikan gerakan-gerakan dan gereja-gereja dengan pengaruh aliran-aliran itu, diantaranya Bet Yesua Hamasiah, Qahal Mesianik, dan Gereja Rohulkudus Surya Kebenaran. Walaupun gerakan-gerakan ini memiliki sedikit perbedaan-perbedaan dalam pandangannya masing-masing, mereka memiliki kesamaan yakni menolak nama Allah yang dianggap sebagai sesembahannya orang muslim dan menerima serta mengagungkan nama Yahweh sebagai nama Tuhan yang benar.
Tulisan ini dibuat untuk menjelaskan kesalahan-kesalahan dari kelompok YAHWEH ini. Penulis tidak membahas kesalahan mereka dalam hubungan dengan sejarah gerakan ini ataupun dalam hubungan dengan pemakaian kata/nama Allah tetapi dalam hubungannya dengan Bibliology. Alkitab sebagai firman Tuhan sangat jelas menunjukkan kesalahan-kesalahan dari kelompok ini.

PENGUCAPAN “YHWH” YANG BENAR 
  1. DARI KELOMPOK YAHWEH
Kelompok Yahweh mengatakan bahwa pengucapan tetragrammaton YHWH (יהוה) yang benar adalah Yahweh. Mereka menyisipkan huruf hidup yang menjadi rekaan mereka sendiri di dalam tetragramaton itu sehingga menjadi יַהְוֶה. Namun hal ini hanyalah asumsi dan tebakan. Lagipula penyisipan vokal dengan bentuk seperti ini tidak dikenal dalam naskah-naskah PL. Misalnya :
   `dx'(a, hw"ïhy> WnyheÞl{a/ hw"ïhy> lae_r"f.yI [m;Þv.  WTT Deuteronomy 6:4   
~Ay©B. ~a'_r>B")hiB. #r<a'Þh'w> ~yIm:±V'h; tAdôl.At hL,aeä  WTT Genesis 2:4
`~yIm")v'w> #r<a,î ~yhiÞl{a/ hw"ïhy> tAf±[]

!Ay©l.[,÷ ^D<+b;l. hw"åhy> ^åm.vi hT'ìa;-yKi( W[ªd>yEw>¥  WTT Psalm 83:19
`#r<a'(h'-lK'-l[;

yZIÜ['-yKi( dx'_p.a, al{åw> xj;Þb.a, yti²['Wvy> laeó hNE“hi  WTT Isaiah 12:2
`h['(Wvyli( yliÞ-yhiy>w:) hw"ëhy> Hy"å ‘tr"m.zIw>

rWcß hw"ëhy> Hy"åB. yKi… d[;_-ydE[] hw"ßhyb;( Wxïj.Bi  WTT Isaiah 26:4
`~ymi(l'A[
Penulisan tetragramaton YHWH di dalam ayat-ayat diatas tidak terdapat penyisipan vocal יַהְוֶה seperti yang diasumsikan oleh pendukung nama Yahweh. Lagipula di dalam bahasa Ibrani tidak terdapat pengucapan konsonan secara ganda. Jadi kata Yahweh sendiri bukanlah termasuk dalam bahasa Ibrani.
Pengucapan YAHWEH atau YAHVEH dikenal dan dipopulerkan pada tahun 1567 oleh seseorang yang bernama Genebrardus. Berdasarkan penelitian, Genebrardus meminjam istilah Klemens dari Alexandria, kalangan Platois Gnostik, ejaan Yunani dari nama dewa Zeus yaitu IAOVE, yang juga dikenal sebagai JOVE, dewa Yupiter bangsa Romawi. Guna mendukung penemuan ini, Genebrardus mengutip Alkitab Samaria yaitu kata IABE, mengubahnya menjadiYABE, dan terakhir mengubah B menjadi V sehingga tertulis YAVE. Tinggal menyesuaikan dengan empat huruf sakral yakni menambah dua huruf H di tengah dan di akhir kata, jadilah YAHVEH.[1]

  1. DARI PENYUSUN TEKS MASORETIK
Teks Masoretik (Masoretic Text) adalah hasil karya sekelompok orang yang disebut Baly ha-Masoret (master of tradition atau guru adat-istiadat) dan nag danim (ahli tata bahasa—grammar). Setelah penghancuran Yerusalem dan Bait Allah pada tahun 70 M, bangsa Israel tersebar ke mana-mana. Salinan kitab PL di Yerusalem pun dihancurkan. Akan tetapi Tuhan tetap menjaga salinan kitab PL melalui banyaknya salinan-salinan yang ada di sinagog-sinagog di luar Yerusalem. Salinan-salinan yang ada di sinagog-sinagog ini adalah salinan yang dibuat oleh orang Israel secara teliti. Jika ditemukan empat kesalahan, maka salinan itu akan segera dimusnahkan.
Akhirnya setelah melalui periode waktu yang panjang setelah penghancuran Yerusalem itu, bangsa Israel mulai menyadari bahwa kitab PL adalah pegangan dan tumpuan jati diri orang Israel. Oleh karena itu melalui selang waktu 70-900 M, para Baly ha-Masoret dan nag danim berusaha mengumpulkan salinan-salinan yang ada untuk memantapkan eksistensi kitab PL. Pekerjaan ini sangat berat karena ada ribuan naskah kuno dalam bentuk fragmen dalam bahasa Ibrani dan Aramik. Di dalam pekerjaan ini, mereka juga membubuhkan huruf hidup (vokal) agar generasi yang kurang fasih berbahasa Ibrani dapat belajar membaca. Mereka sebagai orang-orang Yahudi yang masih sangat fasih bahkan ahli di dalam bahasa Ibrani, mereka jugalah yang paling tahu bunyi tiap-tiap kata termasuk huruf hidup yang menyertai YHWH. Mereka menulis tetragramaton YHWH dengan huruf hidup menjadi יְהוֹוָה yang kalau dibaca bunyinya menjadi Jehovah atau Yehowah.
Sementara itu sejumlah teolog Jerman mengembangkan teori bahwa ada catatan bahasa Yunani tentang nama Allah orang Yahudi itu yakni IAΩ (iao). Dari iao atau Yao dicocokkan dengan kata halleluyah oleh teolog liberal sehingga mereka sangat yakin bahwa penyebutannya adalah YAHWEH. Padahal sesuai dengan pembahasan diatas, kata YAHWEH bukanlah termasuk bahasa Ibrani. Selain itu yang lebih tahu akan huruf hidup dari YHWH bukanlah teolog-teolog liberal itu melainkan orang Yahudi sendiri yakni Baly ha-Masoret dan nag danim.

PEMAKAIAN NAMA YHWH OLEH TUHAN
Sebelum penciptaan, Sang Pencipta tidak memerlukan nama karena Dia berada di dalam kesempurnaan Tritunggal. Dalam keadaan ini, Dia tidak memerlukan nama untuk panggilan karena berada dalam keadaan saling pengertian yang sempurna. Ketika Dia menciptakan malaikat-malaikat, mereka diberikanNya nama untuk membedakan satu dengan yang lainnya. Demikian juga dengan manusia yang diciptakanNya. Manusia mempunyai nama sendiri untuk membedakannya dengan manusia yang lain. Begitupun dengan makhluk hidup yang lain yang mempunyai nama untuk mereka masing-masing. Jadi sangat jelas bahwa nama dibutuhkan untuk identifikasi atau membedakan sesuatu dengan yang lainnya.

  1. MASA PERJANJIAN LAMA
Di dalam Perjanjian Lama terdapat tiga dispensasi atau pembagian masa yakni masa sebelum Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa (Innocence), masa setelah kejatuhan Adam dan Hawa sampai hukum Taurat diturunkan (Conscience), dan masa hukum Taurat (Law). Ketika Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Tuhan segera berjanji untuk mengirimkan Juruselamat (Kej. 3 : 15). Sambil menantikan kedatangan Juruselamat, manusia diperintahkan oleh Tuhan untuk mengadakan ibadah yang menggambarkan kedatangan Juruselamat itu. Mereka diperintahkan untuk mengorbankan domba di atas mezbah. Inilah yang disebut dengan ibadah simbolik. Domba itu adalah simbol dari Juruselamat yang akan datang dan mati (dikorbankan) untuk menebus dan menggantikan penghukuman bagi manusia yang berdosa. Ibadah simbolik ini diturunkan oleh Adam kepada keturunannya yang selanjutnya. Di masa atau zaman itu, setiap ayah bertindak sebagai imam dan pengajar kebenaran bagi anak-anaknya. Sampai pada zaman Nuh, tidak ada lagi ayah yang mengingat dan mempraktekkan ibadah simbolik ini selain Nuh itu sendiri. Oleh karena itu, Tuhan memunahkan segala yang hidup dengan air bah, kecuali mereka yang masuk ke dalam bahtera. Setelah zaman Nuh, mulai banyak lagi ayah-ayah yang tidak melaksanakan ibadah simbolik ini. Dengan keadaan itu, Tuhan memilih Abraham untuk dijadikan sebagai nenek moyang bangsa Israel, sebuah bangsa yang Tuhan khususkan untuk menjaga kelangsungan ibadah simbolik. Setelah bangsa Israel terbentuk, mereka melakukan ibadah simbolik dengan lebih teratur dan rapi. Mereka mengorbankan domba di Kemah Suci (dan yang akhirnya lebih rapi melalui Bait Suci). Harun dipilih Tuhan untuk menjadi Imam dan bangsa Israel bertugas sebagai pemberita kebenaran (Tiang penopang dan Dasar Kebenaran).
Termasuk di dalam ibadah simbolik ini adalah menjaga suatu hari khusus untuk Tuhan (Sabat), tidak memakan makanan tertentu (haram), menjadikan penyakit kusta sebagai simbol kutuk agar penyakit ini tidak menyebar, serta pemakaian nama Jehovah ( יְהוֹוָה ). Nama Jehovah ini mengartikan eksistensi dan kekekalan dari Tuhan sendiri. Dia menyatakan diriNya kepada manusia dengan nama ini untuk melawan konsep politheistic dan penyembahan berhala yang dilakukan manusia. Dengan nama ini Dia menyatakan bahwa Dia adalah Pribadi yang Mahakuasa, yang berbeda dengan berhala-berhala buatan tangan manusia.
Tuhan memerintahkan agar orang Israel tidak menyebutkan simbol/nama Jehovah secara sembarangan. Karena sangat takut terhadap Allah dan hukuman dariNya, orang Israel tidak pernah menyebutkan nama ini. Bahkan ketika mereka membaca Kitab PL dan bertemu dengan nama ini, mereka mengganti (membaca) dengan kata lain yakni Elohim atau Adonai.

  1. MASA PERJANJIAN BARU
Untuk masa PB, ketika ibadah simbolik akan dihentikan dan digantikan dengan ibadah hakekat, Tuhan menyatakan diriNya dengan nama yang lain. Karena kitab PB ditulis dalam bahasa Yunani, tentunya tidak ditemukan tetragramaton YHWH karena itu adalah kata dalam bahasa Yunani. Kelompok YAHWEH tidak setuju dengan hal ini. Mereka menyatakan bahwa Kitab-kitab Perjanjian Baru ditulis dalam bahasa Ibrani. Hal ini mereka lakukan untuk mendukung pandangan mereka bahwa nama YHWH (יהוה) terus eksis dan harus terus digunakan. Padahal Alkitab PB jelas-jelas ditulis dalam bahasa Yunani.
Ada beberapa hal yang menyatakan bahwa Alkitab PB ditulis dalam bahasa Yunani yaitu :
  1. Bukti manuskrip
Di dunia saat ini ada sekitar 5000 manuskrip dalam bahasa Yunani. Sebagian dari manuskrip-manuskrip ini dalam bentuk papirus dan ditulis pada abad kedua antara 100-150 M. Sebaliknya tidak ada manuskrip Perjanjian Baru dalam bahasa Ibrani. Alkitab bahasa Ibrani yang sering dijadikan bukti oleh kelompok YAHWEH antara lain Alkitab Du Tillet dan Shem Tov. Padahal kitab-kitab itu adalah terjemahan dan bukan aslinya serta baru ditemukan pada abad ke-15 atau 16. Kelompok YAHWEH juga berargumen bahwa ‘karena Yesus dan murid-muridNya adalah orang Yahudi, maka mereka seharusnya berbicara dalam bahasa Ibrani dan menulis dalam bahasa Ibrani’. Padahal orang Yahudi juga menggunakan bahasa Aram sebagai bahasa sehari-hari. Mereka tentunya juga mengetahui bahasa Yunani yang adalah bahasa internasional pada waktu itu. Yang paling penting dari semua itu ialah para penulis PB menulis kitab-kitab itu dalam bahasa Yunani.
  1. Bukti internal
Terlepas dari apakah para penulis PB berbahasa Ibrani sehari-hari atau tidak, Perjanjian Baru sendiri membuktikan bahwa dia ditulis dalam bahasa Yunani. Sebagian besar PB ditulis kepada orang-orang non-Yahudi. Paulus menulis surat-surat ke jemaat-jemaat di wilayah non-Yahudi, Petrus menulis kepada orang Yahudi diaspora yang tentunya fasih berbahasa Yunani, Lukas sebagai orang non-Yahudi menulis kepada Theofilis yang juga adalah non-Yahudi, serta Yohanes menulis kepada orang-orang non-Yahudi yang terlihat dalam caranya menyebut “orang Yahudi” (Yoh. 1 : 19, 12 : 9) dan menjelaskan berbagai hal yang tidak diketahui oleh non-Yahudi, termasuk ketika dia menjelaskan permusuhan Yahudi dan Samaria (Yoh. 4 : 9). Semua ini menunjukkan bahwa PB ditulis dalam bahasa Yunani.
Bukti kuat lainnya ialah banyaknya penerjemahan dari bahasa Ibrani/Aram ke dalam bahasa Yunani di dalam Perjanjian Baru. Contohnya kata “Imanuel” yang berarti Allah menyertai kita (Mat. 1 : 23). Jika Kitab Matius ditulis dalam bahasa Ibrani, tidak perlu ada penerjemahan lagi karena orang Ibrani sudah mengetahui artinya. Penerjemahan oleh Matius diperlukan karena penerima kitab Matius bukanlah orang Ibrani yang sudah mengetahui arti dari kata itu. Jadi PB sendiri menunjukkan bahwa dia ditulis dalam bahasa Yunani.
  1. Bukti sejarah
Bapa-bapa gereja banyak mengutip PB di dalam tulisan-tulisan mereka. Di dalam ribuan tulisan mereka itu, mereka mengutip dan menganggap bahasa Yunani sebagai bahasa asli PB. Jika PB ditulis dalam bahasa Ibrani, mereka tentunya dapat memberitahukan fakta itu di dalam tulisan mereka.

Pemakaian nama Yesus
Karena PB ditulis dalam bahasa Yunani, maka ini membawa pengaruh kepada penyebutan nama YHWH. Di dalam PB tidak lagi ditemukan nama ini atau lebih jelasnya lagi Tuhan tidak menyatakan lagi diriNya dengan nama ini. Sebutan yang Dia gunakan untuk diriNya di dalam PB adalah THEOS (θεός). Dan nama yang dipergunakan untuk menyatakan diriNya kepada manusia adalah YESUS (Ἰησοῦς). Di dalam PL, Allah Tritunggal menyatakan diriNya dengan nama Jehovah (YHWH) dan dalam PB, Dia menyatakan diriNya dengan nama Yesus. Jadi nama Yesus adalah nama Tritunggal (Bapa, Putera, dan Roh Kudus) itu sendiri. Di dalam masa PB ini, Allah menonjolkan nama Yesus yakni sebagai Juruselamat manusia. Hal ini tentunya bertentangan dengan pemahaman kelompok YAHWEH yang jelas-jelas salah yakni mengharuskan pemakaian nama YHWH sampai sekarang ini. Kelompok YAHWEH ini tidak mengerti pemakaian nama oleh Tuhan di setiap masa yang berbeda. Bahkan menurut Alkitab, Tuhan akan menyatakan diriNya dengan nama yang lain lagi ketika masa Kerajaan Seribu Tahun (Wah. 3 : 12, 14 : 1, 19 : 16).

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas sangat jelas terlihat kesalahan-kesalahan kelompok ini. Mereka menganggap nama YAHWEH adalah yang benar. Padahal nama/kata ini bukanlah bahasa Ibrani dan jelas-jelas salah dalam pengucapannya. Kelompok YAHWEH juga tidak memahami pergantian masa dari ibadah simbolik kepada ibadah hakekat. Ketika masuk ke dalam ibadah hakekat (PB), Tuhan tidak lagi menonjolkan nama YHWH tetapi nama YESUS.
Selain itu, Alkitab sendiri membuktikan bahwa dirinya ditulis dalam bahasa Ibrani, yang pada intinya menolak kesimpulan kelompok YAHWEH tentang keharusan pemakaian nama YHWH.
Jadi, walaupun mereka menggunakan Alkitab, kelompok YAHWEH ini sebenarnya tidaklah alkitabiah. Dengan pandangan-pandangan dan argumen yang mereka pegang, terlihat pertentangannya yang jelas dengan Alkitab.
Penulis: Meifel Kontra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar