Minggu, 12 Januari 2014

Lahir Baru - Jatuh Dalam Dosa

 
       Menjadi orang Kristen bukanlah sekedar pengakuan iman, menjadi anggota gereja ataupun mengikuti setiap acara dan kegiatan gereja. Seorang Kristen haruslah memiliki Kristus di dalam kehidupannya. Seorang yang telah bertobat, menyadari Kristus mati untuknya dan sekarang dia hidup untuk menggantikan Kristus hidup. Inilah orang yang telah diselamatkan dan mengalami kelahiran kembali. Orang yang demikian disebut orang Kristen lahir baru. Sebutan ini untuk membedakannya dengan kebanyakan orang yang mengaku diri Kristen tetapi sesungguhnya tidak mengalami kelahiran kembali.
Setelah seseorang mengalami kelahiran kembali dia tidak langsung diangkat Tuhan ke sorga tetapi menjalani kehidupan di dunia. Salah satu konsekuensinya dalam mengikut Tuhan di dalam kehidupannya adalah jatuh ke dalam dosa. Tulisan ini membahas masalah dosa, kelahiran kembali, dan konsekuensi dalam kehidupan setelah mengalami kelahiran kembali yakni jatuh ke dalam dosa.

MANUSIA DAN DOSA 
A.    KEJATUHAN MANUSIA
Manusia sebagai makhluk yang diciptakan Allah menurut gambar dan rupaNya, diberikan juga kemuliaan Allah. Adam dan hawa sebagai manusia pertama, diciptakan berbeda dengan makhluk-makhluk yang lain. Mereka memiliki kemuliaan Allah. Selain itu, mereka juga diberikan posisi yang kudus dan hati yang kudus di hadapan Tuhan. Karakter yang kudus belum dimiliki oleh mereka. Mereka harus menjalani kehidupan dan pengujian untuk mendapatkan karakter yang kudus. Tuhan menempatkan mereka di Taman Eden untuk menjalani kehidupan sekaligus menghadapi pengujian. Pengujian yang disediakan oleh Tuhan adalah melalui perintahNya kepada Adam dan Hawa untuk tidak memakan buah dari pohon pengetahuan yang baik dan yang jahat. Dengan perintah yang diberikan ini, Tuhan memberikan pilihan kepada mereka. Mereka dapat memilih untuk taat pada perintah Tuhan atau sebaliknya. Mereka diberikan kebebasan untuk memilih. Inilah yang dinamakan dengan kehendak bebas (free will) yang diberikan Tuhan.
Kehendak bebas ini bertentangan dengan pengajaran John Calvin. Dengan doktrin predestinasinya, John Calvin mengajarkan bahwa Tuhan telah menetapkan sebagian orang masuk sorga sejak dari kekekalan yang berarti juga sebagian orang telah ditetapkan untuk masuk ke neraka. Bahkan dia mengajarkan bahwa dosa itu juga adalah penetapan Tuhan. Jadi di dalam Calvinisme sesungguhnya tidak ada yang namanya free will. Kalaupun ada orang-orang Kalvinis yang mengaku bahwa mereka percaya adanya free will, pengertian mereka akan hal ini agak aneh. Doktrin utama yang mereka pegang yakni Allah telah menetapkan segala sesuatu sejak kekekalan (Predestination) menjadi penghalang untuk adanya kehendak bebas manusia. Bagaimana mungkin manusia masih memiliki kehendak bebas jikalau segala sesuatu telah ditetapkan terlebih dahulu?  Calvinisme salah dalam hal ini dan tidak sesuai dengan Alkitab.

Di Taman Eden, Adam dan Hawa diperhadapkan pada pilihan untuk taat pada perintah Tuhan dengan tidak memakan buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat atau melanggar perintah Tuhan yakni dengan memakan buah pohon itu. Kejadian pasal 3 mencatat apa yang terjadi setelah Tuhan memberikan perintah itu. Hawa dengan kehendak bebas yang dimilikinya memilih untuk tidak taat dan melanggar perintah Tuhan. Setelah itupun dia mengajak Adam untuk turut memakan buah pohon itu. Inilah kejatuhan manusia yang pertama di dalam dosa.Kejatuhan manusia di dalam dosa sesungguhnya dikarenakan mereka memiliki kehendak bebas yang diberikan oleh Tuhan. Tetapi apakah Tuhan salah dalam memberi kehendak bebas pada manusia? Tentunya tidak. Manusia tentunya tidak ingin diciptakan seperti robot yang sudah diatur program-programnya. Selain itu, Tuhan juga tidak menginginkan penyembahan dari robot-robot tetapi dari manusia yang mempunyai kehendak bebas. Tuhan menginginkan penyembahan yang tulus dan tidak dipaksakan. Hal-hal itu dapat terjadi jika manusia memiliki kehendak bebas. Inilah resiko dari kehendak bebas dan tentunya Tuhan mengetahui hal itu. Manusia dapat memilih untuk menaati dan menyembah Dia atau melanggar dan melawan perintahNya.
Selain untuk mendapatkan penyembahan yang tulus, Tuhan juga memberikan kehendak bebas kepada manusia dengan tujuan membentuk karakter yang kudus bagi Adam dan Hawa. Sebagai manusia ciptaan Tuhan, mereka pada mulanya memiliki status kudus dengan posisi dan hati nurani yang kudus. Tetapi dengan adanya kehendak bebas, mereka disediakan jalan oleh Tuhan untuk memiliki karakter kudus yakni menjalani kehidupan dengan sikap menaati perintah Tuhan.

 B.     AKIBAT DOSA
Kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa membawa akibat-akibat yang sangat buruk. Dalam bukunya yang berjudul “Doktrin Keselamatan Alkitabiah”, Suhento Liauw mendaftarkan akibat-akibat yang terjadi karena kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa. Akibat dosa terhadap manusia, yang pertama ialah menyebabkan manusia menempati posisi orang berdosa di hadapan Allah. Semua manusia yang lahir kemudian menempati posisi orang berdosa di hadapan Allah dan juga mewarisi sifat (nature) dosa. Kedua, kejatuhan manusia menjadikan manusia seteru Allah (Roma 5 : 10). Tindakan Hawa membuktikan dia berada di pihak Setan. Setelah itu keturunan manusia selanjutnya adalah keturunan pembangkang dan seteru Allah. Ketiga, kejatuhan manusia telah menyebabkan kematian (Ibr. 9 : 27). Karena dosa terjadilah pertumpahan darah. Tuhan membunuh dua ekor binatang untuk menutupi ketelanjangan manusia (menggantikan manusia). Walaupun demikian suatu saat nanti manusia itu akan mengalami juga kematian jasmani. Selanjutnya, pengajaran tentang penumpahan darah hewan yang menggantikan manusia sebagai ibadah simbolik diperintahkan Tuhan untuk dilaksanakan manusia sambil mengingat janji Allah untuk mengirim Juruselamat yang nantinya akan menggenapi ibadah simbolik itu. Keempat, kejatuhan manusia telah mengakibatkan manusia kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3 : 23). Kemuliaan Allah yang ada pada manusia menjadi hilang karena dosa. Tetapi firman Tuhan juga menyatakan bahwa manusia akan menerima kembali kemuliaan Allah (Roma 5 : 2). Hal ini terjadi kepada anak-anak Allah yakni orang-orang yang bertobat dan percaya kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Sedangkan akibat dosa terhadap alam semesta ialah menimbulkan kutuk atas bumi. Keadaan bumi yang terkutuk pada waktu itu menjadi berubah setelah Tuhan memberkati bumi ketika mencium bau persembahan dari Nuh (Kej. 8 : 21-22). Walaupun demikian manusia masih harus berusaha agar bumi mendatangkan hasil. Selain itu, dampak dosa juga terasa kepada seluruh penghuni bumi. Dalam Roma pasal 8, Paulus memberitahukan bahwa binatang juga ikut menderita karena dosa manusia. Binatang-binatang pun menantikan penyataan anak-anak Allah yaitu ketika orang-orang percaya bersama dengan Tuhan Yesus turun dari Sorga bersama malaikat-malaikatNya. Pada waktu itu kedamaian akan tercipta di antara seluruh penghuni bumi termasuk binatang-binatang (Yes. 65 : 25).[1]


C.    USAHA MANUSIA VS CARA ALLAH
Setelah kejatuhan Adam dan Hawa ke dalam dosa, manusia berusaha mencari cara untuk menyelesaikan masalah dosa. Manusia mulai membentuk agama-agama dengan tujuan untuk mengatur kehidupan dan menyelesaikan dosa sehingga manusia dapat masuk ke sorga. Berbagai cara di dalam agama seperti amal, ibadah, dan perbuatan baik, diajarkan dengan tujuan untuk mengatasi masalah dosa. Inti pengajaran dari agama-agama itu adalah usaha manusia untuk menyelesaikan dosa. Tetapi cara ini berlawanan dengan cara Allah.
Ada sifat-sifat Allah yang berhubungan dengan caraNya menyelesaikan dosa. Pertama adalah sifat kekudusanNya. Allah yang Mahakudus tidak mungkin didekati oleh manusia yang berdosa walaupun dosanya sangat kecil. Manusia dengan segala usahanya tidak mungkin dapat mendekati Allah karena manusia telah berdosa dan tidak kudus lagi. Kedua, mengenai sifat keadilanNya. Allah yang Mahaadil akan memberikan penghukuman bagi manusia yang melanggar perintahNya. Dalam kasus Adam dan Hawa, Tuhan tidak langsung menghukum dengan mengambil nyawa mereka. Tuhan menjatuhkan penghukuman kepada binatang (domba) untuk menggantikan manusia menerima hukuman. Domba yang tidak bersalah dijadikan korban demi menggantikan manusia. Ketiga, mengenai sifat dari kasih Allah. Sebagai Allah yang Mahakasih, Dia tetap mengasihi manusia walaupun telah melanggar perintahNya dan jatuh ke dalam dosa. Segera setelah manusia jatuh ke dalam dosa, Allah  menjanjikan Juruselamat yang akan datang untuk menebus dosa-dosa manusia dan menjadikan posisi manusia kembali kudus di hadapan Allah. Sementara manusia menunggu penggenapan janji itu, manusia diperintahkan untuk melaksanakan ibadah simbolik yakni membunuh domba dan mempersembahkannya di atas mezbah sebagai ganti mereka yang berdosa. Jadi di dalam ibadah simbolik, terjadi penumpahan darah domba sebagai korban untuk menggantikan manusia. Setelah genap waktunya, janji Allah tergenapi dengan datangnya Yesus Kristus ke dunia. Dia mati di atas kayu salib seperti domba korban di PL untuk menebus dan menggantikan manusia yang berdosa. Bagi mereka yang bertobat dan percaya kepadaNya sebagai Tuhan dan Juruselamat, merekalah yang diselamatkan dan sekaligus kembali diberikan posisi yang kudus di hadapan Allah. Allah memandang mereka sebagai orang-orang kudus melalui penebusan Yesus Kristus. Untuk orang-orang percaya di Perjanjian Lama, mereka yang diselamatkan adalah mereka yang percaya kepada janji Allah untuk mengirim Juruselamat. Keyakinan mereka ini ditunjukkan dengan tetap melakukan ibadah simbolik 

KELAHIRAN KEMBALI/LAHIR  BARU 
Di dalam Alkitab, seseorang yang telah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus disebut sebagai ciptaan baru. Paulus menuliskan bahwa : “Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru; yang lama sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang.” (2 Kor. 5 : 17). Sebutan ciptaan baru ini adalah keadaan orang yang telah mengalami kelahiran kembali. Istilah lain yang dipakai di dalam Alkitab untuk hal ini ialah kelahiran secara rohaniah (yang membedakan dengan kelahiran secara jasmani), lahir dari atas, dan lahir dari Allah.
A.    ANUGERAH DAN IMAN
Perubahan yang dialami oleh seorang Kristen adalah keajaiban dari kuasa Allah untuk menyelamatkan. Manusia diberikan anugerah keselamatan. Keselamatan bukanlah usaha manusia seperti diajarkan oleh agama-agama di dunia. Keselamatan di dalam kekristenan datang melalui anugerah Allah di dalam Yesus Kristus. Anugerah yang sesungguhnya tidak layak untuk manusia terima karena dosa. Anugerah ini adalah murni pemberian Allah didasarkan atas kasihNya kepada manusia. Anugerah ini diterima manusia dengan iman. Iman adalah sikap hati untuk “menerima” keselamatan, bukan untuk “mendapat” keselamatan. Jadi di dalam kekristenan, iman jelas-jelas bukanlah sebuah usaha untuk mendapat keselamatan. Keselamatan diibaratkan seperti dua mata koin. Di satu sisi kita melihat keselamatan sebagai kedaulatan Allah dan di sisi yang satu sebagai tanggung-jawab manusia. Hal ini sesuai dengan pernyataan firman Tuhan di dalam Efesus 2 : 8, yang berbunyi : “Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman.....”. Tuhan memberi anugerah keselamatan dan manusia menerimanya dengan iman. Iman inilah yang menjadi syarat seseorang untuk diselamatkan. Di dalam iman ini yang termasuk satu paket adalah bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Mereka yang bertobat dan percaya inilah yang mengalami kelahiran kembali secara rohaniah.

B.     TANDA-TANDA KELAHIRAN KEMBALI
  1. Kuasa supaya menjadi anak-anak Allah
Dalam Yohanes 1 : 12-13, firman Tuhan menuliskan :
Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.”

Yohanes menggunakan kata kuasa dengan kata Yunani “exousia" yang berarti otoritas/kewenangan dan bukan dengan kata “dunamis” yang berarti kekuatan/mujizat. Orang-orang yang mengalami kelahiran kembali diberikan Tuhan kuasa/otoritas untuk dapat hidup sebagai anak-anakNya. Mereka diberikan kesanggupan untuk menjalani kehidupan sebagai seorang Kristen.



  1. Melihat Kerajaan Allah
Di Yohanes 3 : 3, Yesus berkata kepada Nikodemus, seorang guru Yahudi yang terkemuka, “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah”. Di dalam pernyataan Tuhan Yesus ini terdapat makna ‘jika seseorang dilahirkan kembali, dia akan melihat Kerajaan Allah’. Kerajaan Allah berhubungan dengan lingkup kekuasaan/pemerintahan Allah secara rohani. Kerajaan Allah tidak dapat dilihat oleh manusia duniawi. Pandangan manusia duniawi terfokus kepada hal-hal material yang bersifat sementara, tetapi pandangan orang yang telah lahir baru adalah pada hal-hal yang kekal.

  1. Dikendalikan oleh Roh
Dalam Yohanes 3 : 8, firman Tuhan menuliskan :
“Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.”
Dalam bagian ini, Tuhan Yesus menerangkan bahwa seseorang yang telah dilahirkan kembali, hidup di bawah pimpinan dan petunjuk dari Roh Kudus yang telah menjadi bagiannya. Roh Kudus “mengendalikan” kehidupannya dan memakainya untuk kemuliaan Allah. Hal ini tidak akan dipahami oleh manusia-manusia duniawi yang hidupnya dipimpin oleh dirinya sendiri.


  1. Berbuat kebenaran
Rasul Yohanes menuliskan bahwa, “Jikalau kamu tahu bahwa Ia adalah benar, kamu harus tahu juga, bahwa setiap orang, yang berbuat kebenaran, lahir daripadaNya.” (1 Yoh. 2 : 29). Allah adalah benar dan setiap orang yang lahir daripadaNya (lahir baru) mencirikan sifatNya yaitu kebenaran. Seseorang yang telah lahir baru akan berusaha untuk melakukan apa yang benar di mata Tuhan.

  1. Tidak berbuat dosa lagi
Tanda yang kelima terlihat di dalam 1 Yohanes 3 : 9 yang mengatakan : “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia lahir dari Allah”. Setiap orang yang telah lahir baru bukan sama sekali bebas dari dosa. Mereka masih dapat jatuh ke dalam dosa. Tetapi di dalam hidup mereka telah ada sebuah benih ilahi yang akan membawa mereka kepada pengudusan jika benih itu bertumbuh dengan baik. Mereka telah mengerti kebenaran dan berusaha untuk hidup benar. Kehidupan seperti ini dijalani dengan rasa takut untuk melakukan dosa. Jadi, seseorang yang telah lahir baru tidak dapat berbuat dosa lagi atau dengan kata lain tidak melakukan dosa secara sengaja atau terus-menerus.

  1. Si jahat tidak dapat menjamahnya
Seseorang yang telah mengalami kelahiran kembali memiliki perlindungan dari Tuhan. 1 Yohanes 5 : 18 berkata, “Kita tahu bahwa setiap orang yang telah lahir dari Allah, tidak berbuat dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat menjamahnya”. Dia (Yesus) yang lahir dari Allah (sebagai Anak Allah) melindungi mereka yang lahir dari Allah (anak-anak Allah). Orang-orang yang telah mengalami kelahiran kembali memerlukan perlindungan dari Tuhan sebab mereka adalah salah satu target utama untuk diserang oleh Iblis. Dan dari ayat ini Tuhan menunjukkan bahwa setiap orang yang lahir daripadaNya tidak dapat dijamah Iblis sebab Dia melindunginya.

  1. Kasih
1 Yohanes 4 : 7 menuliskan, “Saudara-saudaraku yang kekasih, marilah kita saling mengasihi, sebab kasih itu berasal dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi, lahir dari Allah dan mengenal Allah”. Tanda berikutnya yang akan terlihat di dalam kehidupan seseorang yang telah lahir baru adalah kasih. Dia akan mematuhi perintah Tuhan untuk mengasihi Tuhan dan manusia (Mat 22 : 37-39). Kasih yang ditunjukkan adalah kasih yang murni dan tulus yang berdasarkan kasih dari Allah.

ORANG KRISTEN JATUH KE DALAM DOSA 
A.    DOSA PERBUATAN/TINDAKAN
Sejak seseorang bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus, dia mendapat posisi dan hati yang kudus. Dia telah mengalami kelahiran kembali. Tetapi dalam kehidupannya setelah itu, dia harus berusaha agar karakternya pun menjadi kudus. Pembentukan karakter menjadi kudus dijalani dengan kehidupan yang mentaati firman Tuhan. Dalam proses pembentukan inilah manusia dapat jatuh kedalam dosa karena masih hidup dengan tubuh fana yang masih memiliki sifat kedagingan. Dalam menjalani kehidupannya, orang percaya akan dihadapkan kepada dua pilihan yakni mengikuti keinginan Roh atau mengikuti keinginannya yang lama yaitu keinginan daging. Ketika dia lebih mengikuti keinginan daging, maka jatuhlah dia ke dalam dosa. Setelah melakukan dosa, dia akan diberikan kesadaran oleh Tuhan bahwa perbuatannya adalah berdosa. Tindakan yang harus diambil oleh orang itu adalah menyesal dan meminta ampun kepada Tuhan yang telah mati untuk menebus dosa-dosanya. Dia harus kembali menyadari bahwa sekarang ini dia hidup untuk menggantikan Yesus hidup di dunia ini. Hal yang penting juga dari dosa perbuatan ini adalah jika dosa perbuatan dibiarkan terus-menerus dan tanpa penyelesaian maka akan membawa seseorang kepada dosa doktrinal.

B.     DOSA DOKTRINAL
Menurut Suhento Liauw, ada tiga jenis dosa yang tidak dapat diampuni. Yang pertama adalah dosa malaikat-malaikat (yang memberontak). Mereka melakukan dosa di tempat yang sempurna (sorga) dan dengan keadaan mereka yang sempurna. Penebusan Tuhan tidak berlaku bagi mereka. Yang kedua adalah dosa menghujat Roh Kudus. Dosa ini dilakukan oleh orang-orang khusus yakni mereka yang hidup pada masa Yesus. Mereka berhadapan langsung dengan Mesias tetapi menolak dan bahkan menghujatNya. Tuhan masih memberikan mereka kesempatan sampai kepada saat pencurahan Roh Kudus. Jika mereka tetap menolak dan tidak bisa diyakinkan lagi oleh Roh Kudus, maka mereka tetap di dalam dosa mereka dan tidak mendapatkan pengampunan lagi. Yang ketiga adalah dosa orang-orang yang menyalibkan Kristus kedua kali yaitu orang-orang yang murtad/meninggalkan imannya.[2]
Selain dosa perbuatan, dosa yang dapat diperbuat oleh seorang yang telah lahir baru adalah dosa secara doktrinal. Dosa ini terjadi ketika seseorang meninggalkan imannya. Dia tidak berusaha untuk tetap di dalam kasih karunia Tuhan. Mereka yang meninggalkan imannya ini disebut orang-orang yang menyalibkan Kristus kedua kali (Ibrani 6 : 6). Bagi mereka tidak ada pengampunan lagi karena penyaliban Kristus tidak boleh dilakukan dua kali. PenyalibanNya dilakukan hanya satu kali dan itu adalah penebusan yang sempurna. Itu sudah cukup untuk menebus dosa-dosa manusia.

KESIMPULAN
Dosa adalah masalah yang serius dan paling besar bagi manusia. Manusia tidak dapat menyelesaikan dosa dengan caranya sendiri. Dosa hanya dapat diselesaikan dengan caranya Tuhan yakni manusia harus bertobat dan percaya kepada Anak Domba Allah (Yesus) yang mati untuk semua manusia. Mereka yang mengikuti caranya Tuhan, merekalah yang diselamatkan dan mengalami kelahiran kembali.
Setelah mengalami kelahiran kembali, manusia masih dapat jatuh ke dalam dosa. Selama manusia itu masih hidup, konsekuensi untuk jatuh ke dalam dosa. Dosa yang sangat mengerikan dan harus dihindari oleh orang Kristen lahir baru ialah dosa meninggalkan imannya. Bagi mereka yang melakukan hal ini, keselamatan tidak lagi menjadi milik mereka sebab mereka sendiri yang meninggalkan iman (keselamatan) itu sendiri.



[1] Suhento Liauw. 2007. Doktrin Keselamatan Alkitabiah. Petunjuk Jalan Lurus Ke Sorga Yang Disimpulkan Dari Ayat-ayat Alkitab. Jakarta : Graphe International Theological Seminary (GITS). h. 41-52.
[2] Ibid. h. 271-285

Ditulis oleh : Meifel Kontra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar