Selasa, 14 Januari 2014

Sistem Penggajian Yang Alkitabiah

 
Sistem penggajian terhadap hamba Tuhan adalah hal yang sangat penting untuk diperhatikan oleh sebuah gereja. Hal ini dapat membawa dampak positif dan negatif bagi gereja. Pada dasarnya semua gereja setuju bahwa para pelayan Tuhan patut mendapat upahnya. Tetapi dalam melaksanakannya, banyak gereja yang bingung dan tidak tahu mana yang lebih tepat dan benar untuk dilakukan. Ada gereja-gereja yang mengupah hamba Tuhannya dengan uang negara, pengaturan dari Sinode, penetapan dari Majelis jemaat, dan cara-cara lainnya yang justru tidak sesuai dengan Alkitab. Padahal di dalam Alkitab
tercatat sistem penggajian yang diatur oleh Tuhan bagi para pelayanNya. Gereja-gereja saat ini cukup mempelajari firman Tuhan tentang hal ini lalu mempraktekkan di dalam jemaatnya.
Tulisan ini adalah sebuah penjelasan tentang sistem penggajian yang sesuai dengan Alkitab. Alkitablah satu-satunya firman Tuhan dan penunjuk jalan bagi orang percaya. Orang-orang percaya seharusnya tidak mengambil sistem penggajian di luar Alkitab yakni seperti yang dipraktekkan oleh dunia. Tuhan sudah menulisnya dan orang percaya dapat menemukan kebenaran tentang hal ini melalui penggalian yang mendalam akan firman Tuhan.
                                               
 SISTEM  PENGGAJIAN  ZAMAN  PL 
A.    ZAMAN AYAH SEBAGAI TPDK
Setelah Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, Allah segera menjanjikan untuk mengirim Juruselamat. Manusia diperintahkan untuk melakukan ibadah simbolik yakni mengorbankan domba sebagai lambang atau simbol Juruselamat yang akan datang itu. Dari masa Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa sampai kepada hukum Taurat diturunkan, para ayah berfungsi sebagai imam dan TPDK (Tiang Penopang dan Dasar Kebenaran). Pada waktu itu, para ayah bertugas sebagai pemimpin dan pengajar kebenaran terutama tentang ibadah simbolik kepada anak-anak mereka. Mereka mempunyai tanggung-jawab untuk meneruskan ibadah simbolik ini kepada keturunan mereka yang selanjutnya. Di dalam menjalankan tugas ini, Allah belum menetapkan sistem penggajian karena fungsi keimamatan dan tiang kebenaran ayah hanya untuk lingkup keluarganya saja. Upah atau pahala para ayah yang bisa terlihat dan didapatkan pada waktu itu ialah penghormatan dari anak-anak mereka. Ketika para ayah tetap setia mengajarkan kebenaran-kebenaran ini, maka anak-anak akan dilatih juga untuk meneruskan kebenaran ini. Jika para ayah mulai tidak setia dan tidak mengajarkan kebenaran kepada anak-anak mereka, maka keturunan mereka akan menjadi jahat dan melupakan Allah.

B.     ZAMAN BANGSA ISRAEL SEBAGAI TPDK
Ketika para ayah di masa PL yang bertugas sebagai imam dan TPDK tidak setia dan mengajarkan kebenaran lagi, maka Allah memilih Abraham untuk menjadi nenek moyang dari bangsa Israel. Bangsa inilah yang menjadi alat Tuhan untuk menjaga keberlangsungan ibadah simbolik. Pada waktu mereka telah dibawa Tuhan keluar dari perbudakan di Mesir dan sampai ke gunung Sinai, mereka ditetapkan dan disahkan sebagai sebuah bangsa (Sacral Society). Waktu di gunung Sinai ini, mereka mendapat hukum Taurat sebagai undang-undang bagi bangsa mereka. Pada waktu ini juga terjadi pergantian yakni dari ayah sebagai imam dan TPDK menjadi Harun dan keturunannya sebagai imam dan bangsa Israel sebagai TPDK.
Pada waktu di gunung Sinai ini juga terjadi peristiwa penting yakni penetapan Tuhan atas suku Lewi sebagai pelayanNya. Mereka disebut sebagai milik Tuhan (Bil. 3 : 12, 45; 8 : 14). Pada waktu terjadi pemberontakan bangsa Israel di gunung Sinai (Kel. 32), suku Lewi tampil dan memihak kepada Tuhan (Kel. 32 : 26). Karena itulah suku ini ditetapkan Tuhan untuk menjadi pelayanNya secara turun-temurun. Mereka ditetapkan Tuhan untuk melayani di Kemah Suci. Upah yang ditentukan Tuhan bagi suku ini ialah segala persembahan persepuluhan dari suku Israel lainnya (Bil. 18 : 21, 24). Jadi suku Lewi ini mendapat upah dari persembahan persepuluhan sebelas suku Israel. Bangsa Israel memberikan persembahan khusus ini kepada Tuhan, dan Tuhan memberikannya kepada suku Lewi sebagai upah dariNya atas pekerjaan yang dilakukan mereka. Bahkan ketika bangsa Israel memasuki Kanaan sebagai Tanah Perjanjian, suku Lewi tidak mendapat bagian tanah yang dibagi-bagikan sebagai tanah pusaka setiap suku Israel. Persembahan persepuluhan dari orang Israellah yang menjadi bagian mereka. Karena jumlah suku Lewi yang sedikit, maka itu berarti mereka memiliki pendapatan di atas rata-rata. Dengan sistem pengupahan ini, suku Lewi sebagai pelayan Tuhan tidak akan mengalami kekurangan jika orang Israel rajin memberikan persepuluhan. Jadi kesejahteraan suku Lewi ini bergantung kepada kesejahteraan ke-11 suku lainnya serta pelayanan mereka sendiri. Jika suku Lewi menunjukkan pelayanan yang baik ditambah dengan berkat Tuhan atas sebelas suku lainnya, maka mereka akan mendapatkan pemasukan untuk penghidupan yang layak.
Setelah itu suku Lewi pun diperintahkan Tuhan untuk mengembalikan persembahan persepuluhan (Bil. 18 : 26, 28). Persepuluhan dari suku Lewi ini diberikan Tuhan secara khusus kepada keluarga Harun. Jadi di masa ini, terlihat jelas perhatian Tuhan untuk para pelayanNya. Tuhan menetapkan sistem pengupahan yang terbaik untuk membiayai penyembahan di dalam masa ibadah simbolik, yakni sistem persembahan persepuluhan.

SISTEM  PENGGAJIAN  ZAMAN  PB 
Pada zaman PB, terjadi lagi perubahan yakni dari ibadah simbolik kepada ibadah hakekat. Dari Harun dan keluarganya sebagai imam menjadi setiap orang yang percaya kepada Tuhan sebagai imamat yang rajani serta dari bangsa Israel menjadi gereja lokal sebagai TPDK. Di dalam gereja lokal inipun terdapat pelayan-pelayan yang ditetapkan Tuhan untuk mengurus dan menjalankan pelayanan di bidangnya tertentu. Yang menjadi pelayan inti di dalam gereja lokal saat ini ialah Gembala/Penatua/Penilik, Penginjil, Guru, dan Diaken.
Di dalam Matius 10 : 10, Tuhan mengatakan bahwa seorang pekerja patut mendapat upahnya. Jadi di masa PB pun Tuhan mengatur cara untuk mengupah para pelayanNya. Di dalam 1 Timotius 5 : 17, firman Tuhan mencatat : “Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar”. Rasul Paulus mengatakan bahwa Penatua sebagai pelayan Tuhan harus dihormati dan tentunya mendapat upah dua kali lipat. Tetapi dari bagian ini tidaklah terlalu terlihat jelas terlihat “dua kali lipat” dari apa yang dimaksudkan oleh Paulus. Oleh karena itu untuk menentukan pengupahan para pelayan Tuhan di zaman PB, perlu untuk melihat Alkitab secara keseluruhan dan menarik kesimpulan daripadanya.

 A.    SISTEM PEMASUKAN DAN PENGELUARAN
Dalam Lukas 11 : 42 Tuhan Yesus mengatakan : “Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.” Dari ayat firman Tuhan ini terlihat bahwa Tuhan menghendaki sistem persepuluhan tetap dijalankan. Persepuluhan bukanlah bagian dari ibadah simbolik yang harus ditinggalkan setelah memasuki zaman ibadah hakekat. Persepuluhan adalah sistem yang diciptakan Allah untuk keberlangsungan proses penyelamatan umat manusia yang telah jatuh ke dalam dosa. Jadi, walaupun saat ini adalah zaman ibadah hakekat, Tuhan tetap memakai sistem penggajian yang pernah dipakaiNya di PL untuk TPDK yang lama (Israel). Dalam PB Tuhan hanya menjelaskan bahwa telah terjadi pergantian dari ibadah simbolik kepada ibadah hakekat dan tidak merombak sistem penggajian zaman PL. Oleh karena itulah di dalam Lukas 11 : 42 Tuhan mengatakan bahwa persepuluhan itu harus tetap dilakukan. Jadi untuk pemasukan utama gereja lokal di zaman PB tetap berlaku sistem persepuluhan. Hal ini sesuai dengan firman Tuhan : “Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku .....(Mal. 3 : 10)”.
Untuk pengeluarannya berlaku juga sistem yang Tuhan pernah gunakan di zaman PL. Tuhan menetapkan bahwa persepuluhan diberikan kepada orang-orang suku Lewi sebagai pelayanNya di masa PL. Dan untuk masa PB hal inipun berlaku demikian. Tuhan memberikan persepuluhan itu kepada para pelayanNya yang bertanggung-jawab di dalam pelayanan gereja lokal.
Bidang utama di dalam jemaat lokal untuk pengeluaran atau pemakaian persepuluhan ialah menghidupi gembalanya dengan layak. Sebuah jemaat lokal akan tetap berdiri dan berjalan selagi ada seorang gembala yang menggembalakannya. Jikalau alokasi dana persepuluhan terfokus pada membangun dan memelihara gedung, membeli kendaraan, dan lain sebagainya, tetapi gembala jemaat tidak terlalu diperhatikan kehidupan ekonominya, maka itu adalah pertanda gereja yang tidak sehat dan lambat  laun akan memudar. Oleh karena itu, jika gembala terlalu dipusingkan dengan kehidupan ekonominya karena tidak mendapat penghidupan yang layak di dalam jemaat, maka pelayanan dalam jemaat lokal akan terganggu. Jadi gembala adalah elemen terpenting dalam sebuah jemaat lokal. Sebuah jemaat lokal yang tidak mempunyai gembala dapat diibaratkan seperti sekumpulan kambing liar. Sebuah jemaat yang tidak memiliki gedung untuk mengadakan kebaktian masih dapat tetap berdiri dan menjalankan kebaktian dimana saja. Tetapi sebuah jemaat tanpa gembala atau tidak memiliki gembala yang tetap, tidak dapat bertumbuh dengan baik. Bahkan kumpulan orang itu tidak tahu arah dan tujuan karena tidak ada yang mengendalikan arah dan menuntun mereka ke jalan yang benar.

B.     SISTEM PENGGAJIAN GEMBALA
Karena gembala adalah elemen terpenting di dalam sebuah jemaat lokal, maka sangatlah penting untuk memperhatikan sistem penggajian dari Alkitab yang berlaku atas dirinya. Komposisi yang pernah dipakai Tuhan untuk masa PL adalah sebelas banding satu. Sebelas suku Israel memberikan persembahan persepuluhan kepada Tuhan dan Tuhan memberikan persembahan itu kepada satu suku yakni Lewi. Hal inipun berlaku juga untuk pelayan Tuhan di masa PB. Gembala sebagai pelayan Tuhan yang utama di dalam jemaat lokal mendapatkan hak sebelas persepuluhan dari seluruh persembahan persepuluhan jemaat.
Dalam pemberian persembahan ini tentunya seorang jemaat harus memiliki prinsip bahwa dia memberikannya untuk Tuhan. Pemberian jemaat ini adalah tanda kasihnya kepada Tuhan. Dengan melakukannya seorang jemaat menunjukkan bahwa ia taat kepada Tuhan. Ia menunjukkan bahwa ia lebih mengasihi Tuhan daripada uang. Setelah itu Tuhan memakai persembahan ini terutama untuk Gembala jemaat.
Dengan sistem ini terlihat patokan Tuhan yang sangat jelas. Tuhan tidak ingin para pelayanNya terlantar dan Dia juga tidak mau para pelayanNya menjadi kaya raya bahkan menjadi hamba uang sehingga pelayanan terganggu. Gembala hanya berhak atas sebelas persepuluhan sehingga pendapatannya di atas rata-rata. Jikalau jemaat yang digembalakannya adalah sebuah jemaat yang besar maka Gembala berhak untuk mengambil sebelas persepuluhan sesuai dengan kebutuhan dan pertimbangan-pertimbangan pribadinya. Jikalau jemaat yang digembalakannya belum mencapai sebelas persepuluhan, maka kehidupannya dapat dibantu oleh jemaat lokal lain yang sudah besar. Dengan cara-cara sistem penggajian yang demikian terlihat, sistem yang rapi yang diciptakan oleh Tuhan agar pemberitaan Injil tetap berjalan tanpa terganggu dengan kebutuhan ekonomi seorang Gembala.

C.    SISTEM PENGGAJIAN PEKERJA LAIN
Jikalau sebuah jemaat bertumbuh menjadi besar dan persepuluhan yang diberikan jauh lebih dari sebelas persepuluhan, tentunya diperlukan pelayan-pelayan Tuhan yang lain untuk mendukung pelayanan. Pelayan-pelayan Tuhan yang pernah tercatat selain Gembala ialah Penginjil, Guru, dan Diaken. Penginjil bertugas membantu Gembala dalam bidang menginjil ke luar (untuk orang-orang di luar jemaat), Guru bertugas membantu Gembala dalam bidang pengajaran (untuk anggota jemat), dan Diaken bertugas sebagai pembantu Gembala untuk urusan umum. Mereka semua adalah pelayan inti di dalam sebuah jemaat lokal. Selain itu ada juga pelayan Tuhan non-jabatan di dalam jemaat lokal seperti bagian administrasi, kebersihan, dan konsumsi.
Karena semua pelayan itu ada di dalam jemaat lokal, maka penggajian satu bidang akan berpengaruh kepada bidang lainnya. Gembala sebagai penanggung-jawab penggembalaan adalah patokan untuk hal ini. Jikalau nilai sebelas persepuluhan Gembala naik, maka nilai persentase gaji para pelayan lain pun harus mengalami kenaikan. Sebaliknya jika sebelas persepuluhan yang diterima oleh Gembala mengalami penurunan, maka nilai persentase gaji para pelayan yang lain akan mengalami penurunan. Dengan sistem ini terlihat ketergantungan satu dengan yang lainnya. Jikalau jemaat sedikit memberi persepuluhan maka ini akan mempengaruhi Gembala sekaligus pelayan-pelayan lainnya. Tetapi jikalau Gembala dan pelayan-pelayan yang lain menunjukkan pelayanan yang baik dan mendorong jemaat-jemaat untuk lebih mengasihi Tuhan, maka hal ini akan berpengaruh kepada penghidupan mereka.

KESIMPULAN 
Dari pembahasan diatas terlihat jelas bahwa sistem penggajian para pelayan Tuhan telah tercatat dengan sangat jelas dalam firman Tuhan. Untuk para pelayanNya di zaman bangsa Israel sebagai TPDK, Tuhan memberikan hak persepuluhan dari sebelas suku Israel kepada suku Lewi. Sedangkan di masa Gereja sebagai TPDK, Tuhan memberikan hak sebelas persepuluhan kepada para pelayan di dalam jemaat lokal terutama untuk Gembala jemaat.
Ketika sebuah jemaat lokal menjalankan sistem penggajian ini, pelayanan tidak akan terganggu, malahan akan semakin terpacu untuk memenangkan jiwa-jiwa bagi Tuhan. Bahkan pekerjaan sebagai pelayan Tuhan tidak akan menjadi ejekan dan dihindari oleh generasi-generasi yang akan datang. Tuhan telah menjamin penggajian pelayanNya dengan sistem ini dan para pelayanNya dapat melayaniNya tanpa kuatir untuk hidup sebagai pelayan Tuhan di dalam sebuah jemaat lokal.
Penulis : Meifel Kontra

                                                                                                           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar