Sabtu, 11 Januari 2014

Makna "Aku adalah" dalam Injil Yohanes

Injil Yohanes adalah sebuah kitab khusus dan istimewa dalam penyajiannya tentang Yesus Kristus. Yohanes sebagai penulis, memusatkan tulisannya pada Yesus sebagai Mesias dan Putera Allah. Kristologi yang disampaikannya adalah jelas. Sebagai saksi mata yang langsung melihat kehidupan Yesus, dia menggambarkan pribadi Tuhan secara langsung dengan mengikuti perkataan-perkataan Tuhan sendiri yang didengarnya.
Di dalam Injil Yohanes ini terdapat perkataan-perkataan Tuhan yang memakai ungkapan “Aku adalah” (εγω ειμι). Pemakaian ungkapan ini sangat berhubungan dengan nama Tuhan Allah yang tercatat di Perjanjian Lama yakni Jehovah. Yang paling jelas terlihat di PL tentang pemakaian ungkapan ini ialah ketika Tuhan Allah memberitahukan namaNya kepada Musa (Kel. 3:14). Di ayat ini Tuhan Allah berkata tentang namaNya yakni “Aku adalah Aku” (LXX : ego eimi ho on).
Dalam pemakaian ungkapan ini (εγω ειμι), Yohanes mencatat perkataan Tuhan yang menggunakannya dengan dua bentuk yang berbeda. Tujuh kali Tuhan berkata memakai ungkapan ini dengan disertai predikat (titel) secara langsung. Sedangkan sisanya memakai ungkapan ini tanpa disertai predikat secara langsung.
 
PENGGUNAAN “AKU ADALAH” DENGAN TITEL
A.    Yoh. 6 : 35, 48, 51
Di ayat-ayat ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia adalah ‘Roti Hidup’ (εγω ειμι ο αρτος της ζωης). Pengakuan Tuhan Yesus ini terjadi dalam hubungan dengan mujizat memberi makan lima ribu orang (6:1-15). Sehari kemudian setelah mujizat itu terjadi, orang banyak yang telah mengalami mujizat itu pergi mencari Yesus. Setelah mereka bertemu dengan Yesus, terlihat jelas apa yang menjadi motivasi mereka. Mereka terfokus kepada pemenuhan kebutuhan makanan jasmani. Orang-orang ini mencari Yesus hanya agar kebutuhan jasmani mereka itu terus terpenuhi dengan mujizat-mujizat Tuhan. Di ayat 27 Tuhan menyuruh mereka bekerja untuk makanan yang tidak akan binasa sampai kepada hidup yang kekal. Arti bekerja disini dijelaskan di ayat 29 yakni percaya pada Dia yang diutus Allah yakni Yesus sendiri.
Ketika orang banyak itu meminta suatu tanda lagi dari Tuhan  dan mulai membandingkan mujizat Yesus memberi roti itu dengan mujizat manna di PL, Yesus menjelaskan posisi Musa dan manna itu. Yesus menjelaskan bahwa bukanlah Musa yang memberikan manna kepada Israel melainkan BapaNya sendiri. Allah sendirilah yang memberikan manna (roti) itu dari surga sehingga bangsa Israel tidak mati kelaparan. Ketika Tuhan menjelaskan hal ini, Dia juga menyatakan bahwa pada saat itu juga Bapa sedang memberikan roti dari surga kepada mereka. Ketika orang banyak meminta roti itu kepadaNya, Yesus mengatakan bahwa Dialah roti hidup yang dari surga itu yang memberikan hidup bagi siapapun yang datang dan percaya kepadaNya. Dari ayat 51 terlihat bahwa roti yang akan diberikan oleh Yesus ialah “dagingKu”. Hal ini bukanlah menunjuk kepada Perjamuan Tuhan tetapi kepada pengorbananNya diatas kayu salib.
Jadi pemakaian kalimat “Aku adalah roti hidup” menunjukkan bahwa melalui Yesus hidup kekal itu diberikan. Barangsiapa yang makan roti itu yakni yang percaya kepadaNya memiliki hidup yang kekal. Jikalau roti secara jasmani dapat memberikan kehidupan secara jasmani, terlebih lagi roti dari surga yang mampu memberikan hidup yang kekal.

B.     Yoh. 8 : 12; 9 : 5
Di ayat-ayat ini Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia adalah ‘Terang Dunia’ (εγω ειμι το φως του κοσμου). Pernyataan Tuhan ini berhubungan dengan mujizat yang dilakukanNya yaitu menyembuhkan seorang yang buta sejak dari lahirnya (ps 9). Orang buta ini tentunya tidak dapat melihat Yesus, tetapi Tuhan berkata bahwa kebutaan orang itu bukanlah dosa dia atau orang-tuanya. Ada maksud yang khusus dari kebutaan orang itu yang akan dipakai oleh Yesus untuk menjelaskan hal yang sangat penting yakni Dia sebagai terang dunia.
Kepada orang buta itu Tuhan menunjukkan kasih dan kuasaNya yang besar. Bukan orang itu yang melihat tetapi Tuhanlah yang pertama kali melihat Dia. Dari sini terlihat kasih Tuhan yang besar terhadap orang-orang yang memerlukan pertolongan. Orang buta itu dapat digambarkan seperti semua orang di dunia ini yang membutuhkan pertolongan dari Tuhan. Dan bukanlah manusia yang pertama mencari Tuhan tetapi Tuhanlah yang pertama mencari manusia untuk diselamatkan. Setelah orang buta itu disembuhkan, dia diinterogasi oleh orang-orang Farisi yakni orang-orang yang tidak senang kepada Yesus, terlebih lagi karena tindakan melakukan mujizat itu terjadi di hari Sabat yang sangat ditentang oleh mereka. Setelah orang yang tadinya buta itu diusir oleh orang-orang Farisi, Yesus menemui dia dan menjelaskan siapa diriNya. Dia adalah Anak Allah yang membawa penghakiman. Kata Yesus: Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta.” (9:39). Perkataan Yesus ini didengar oleh orang-orang Farisi dan mereka menanyakan hal itu kepadaNya. Mereka melihat bahwa mereka tidak buta dan tentunya kiasan Yesus itu tidak tertuju untuk mereka. Tetapi dari ayat 41 terlihat jelas bahwa perkataan itu ditujukan juga bagi mereka. Dengan pengakuan orang-orang Farisi bahwa mereka tidak buta dan dapat melihat maka mereka bertanggung-jawab untuk dosa mereka sendiri.
Dari semua hal itu terlihat kepentingan dari pemakaian kalimat “Akulah terang dunia”. Semua orang di dunia berada di dalam kegelapan yang disebabkan adanya dosa yang dilakukan oleh manusia. Manusia tentunya tidak dapat menyelesaikan dosanya sendiri. Oleh karena itu “Terang” itu datang untuk menyelamatkan mereka yang berada di bawah kegelapan. Menyelamatkan mereka yang buta, tersesat, dan sangat membutuhkan pertolongan.

C.    Yoh. 10 : 7, 9
Titel Yesus yang berikutnya sesuai dengan pengakuanNya ialah ‘Pintu Domba-domba’ (εγω ειμι η θυρα των προβατων). Di dalam pasal 10 Tuhan sedang memakai kiasan tentang gembala, domba-domba, pencuri, penjaga, dan kandang domba. Peternakan domba adalah pekerjaan yang biasa pada zaman itu dan Tuhan memakainya untuk mengajar mengenai diriNya dan karyaNya.
Di dalam bagian firman Tuhan ini, Tuhan memakai kiasan kandang domba sebagai tempat perlindungan domba-domba dari pencuri. Pada saat itu, kandang-kandang domba mempunyai satu pintu yang dikawal oleh gembalanya. Barangsiapa yang masuk tetapi tidak melalui pintu, bukanlah gembala tetapi pencuri dan perampok. Kiasan ini dijelaskan Tuhan lebih lanjut dengan menyebut diriNya sebagai pintu bagi domba-domba itu. Untuk masuk ke dalam kandang, domba-domba harus melalui pintu. Dengan memakai kiasan ‘pintu’ ini, Yesus menyatakan bahwa Dialah satu-satunya jalan untuk masuk ke dalam hidup yang kekal. Setiap orang harus melalui Yesus untuk beroleh keselamatan.

D.    Yoh. 10 : 11, 14
Di dalam pasal 10, Tuhan Yesus juga memakai titel yang lain bagi diriNya yaitu ‘Gembala yang Baik’ (εγω ειμι ο ποιμην ο καλος). Pemakaian gembala yang baik ini untuk membedakan dengan gembala-gembala yang tidak bertanggung-jawab dan orang-orang upahan yang hanya memikirkan uang dan bukan domba-domba itu. Tuhan berkata, “Gembala yang baik memberikan nyawanya bagi domba-dombanya (10:11)”. Hal inilah yang seharusnya menjadi tujuan dan tugas bagi gembala-gembala. Ketika ada ancaman, gembala tidak akan lari tetapi mempertahankan dombanya bahkan siap mati untuk hal ini. Ini jugalah yang dibuktikan Tuhan Yesus melalui pengorbananNya di atas kayu salib agar domba-dombanya selamat.
Selain itu, dengan memakai titel ini, Tuhan juga mengatakan bahwa Dia mengenal domba-dombaNya dan domba-dombaNya juga mengenal Dia. Dalam bagian ini yang ditekankan ialah pengenalan pribadi. Pengenalan Yesus atas setiap umatNya dan pengenalan mereka akan Dia. Tuhan juga mengatakan bahwa umatNya bukan hanya dari Israel tetapi juga dari bangsa-bangsa lain (10:16). Mereka semua akan dituntun dan disatukan di bawah satu gembala yang baik yaitu Yesus Kristus.

E.     Yoh. 11 : 25
Di ayat ini Tuhan Yesus secara terang-terangan menyatakan bahwa Dia adalah ‘Kebangkitan dan Hidup’ (εγω ειμι η αναστασις και η ζωη). Konteks dari perkataan Tuhan Yesus ini ialah mujizatNya membangkitkan Lazarus dari kematian. Lazarus yang adalah saudara Maria dan Marta telah dikubur selama empat hari. Sebelum mujizat kebangkitan terjadi atas Lazarus, terjadi percakapan yang mendalam antara Tuhan Yesus dan Marta. Marta menyayangkan kedatangan Yesus yang terlambat. Dia tahu bahwa Tuhan sanggup untuk menyembuhkan Lazarus yang sakit beberapa hari yang lalu. Menanggapi hal ini, Tuhan berkata bahwa Lazarus akan bangkit. Respon Marta akan perkataan Tuhan ini menunjukkan bahwa dia meyakini kebangkitan yang akan terjadi di akhir zaman (11:24) sesuai dengan pengajaran rabi-rabi di Israel pada waktu itu. Setelah pernyataan dari Marta ini, akhirnya Tuhan mengakui dan menegaskan tentang diriNya yakni, “Akulah kebangkitan dan hidup”.
Pernyataan Tuhan ini menunjukkan bahwa Dialah pusat dari pengajaran tentang kebangkitan dan hidup yang kekal. Leon Morris seperti yang dikutip oleh David Santoso mengatakan : “Jesus does not say that he brings about resurrection and gives life; he says that he is both resurrection and life. So closely are they linked to this person.”[1] Yesuslah yang pertama-tama bangkit dan memiliki tubuh yang baru serta hidup kekal. Dan barangsiapa yang percaya kepadaNya, “ia akan hidup walaupun ia sudah mati dan tidak akan mati selama-lamanya” (11:25-26).
Setelah terjadi percakapan dengan Marta, Tuhan menunjukkan contoh tentang kebangkitan dengan cara membangkitkan Lazarus dari kematian. Jadi kematian bukanlah akhir dari segalanya. Dengan pengakuan Tuhan sebagai kebangkitan dan hidup, setiap orang yang percaya kepadaNya memiliki pengharapan yang pasti.

F.     Yoh. 14 : 6
Tuhan Yesus menyatakan bahwa Dia adalah “Jalan, Kebenaran, dan Hidup” (εγω ειμι η οδος και η αληθεια και η ζωη). Pernyataan ini berhubungan dengan percakapan Tuhan dengan murid-muridNya mengenai hidup yang kekal. Di pasal 14:2 dan 3 Tuhan menjelaskan alasan kepergianNya ke rumah Bapa (sorga), yakni menyediakan tempat bagi murid-muridNya. Setelah itu di ayat 4 Tuhan menyatakan bahwa mereka tahu jalan ke rumah Bapa. Respon salah satu murid yakni Tomas menunjukkan pengertian yang kurang dari murid-murid tentang maksud Tuhan itu. Tomas berkata : “Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?” (ay. 5).
Bagian firman Tuhan ini persis seperti percakapan Tuhan dengan Marta di pasal 11 sebelum Dia membangkitkan Lazarus. Tuhan Yesus mengatakan sesuatu yang kurang jelas bagi Marta yakni “Saudaramu akan bangkit”. Marta menanggapi, kemudian Tuhan Yesus berkata, “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya”[2]......Dave Hagelberg 2 hal 56.
Setelah pernyataan Tuhan yang agak membingungkan dan ditanggapi oleh Tomas yang mewakili murid-murid yang lain, Tuhan mengakui dan menyatakan diriNya dalam tiga hal yakni jalan, kebenaran, dan hidup. Ketiga hal ini berhubungan dengan pernyataan Tuhan, “Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku”.
Yesus sebagai jalan menunjukkan bahwa Dialah satu-satunya jalan untuk pergi kepada Bapa di surga dan memiliki hidup yang kekal. Pernyataan “tidak ada seorangpun” yang ditekankan di dalam ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada cara lain, tidak ada kepercayaan yang lain, tidak ada ajaran atau peraturan, dan tidak ada pribadi lain yang berguna untuk menyelamatkan seseorang dari murka Allah karena dosa selain Yesus sendiri. Selain Dia tidak ada jalan kepada Bapa di surga.
Yesus sebagai kebenaran menunjukkan hubungannya yang khusus dengan Bapa. Exell mengatakan “truth in religion will be the harmonious, and perfect relation between man and God.”[3] Tidak ada seorang manusia pun yang berani menyatakan bahwa dirinya benar jikalau tidak mengenal Bapa di Sorga dan mempunyai hubungan yang sangat dekat denganNya. Yesus sebagai Putera Allah sangat mengenal Bapa dan dengan berani menyatakan diriNya sebagai kebenaran. Dan Dia bukan hanya mengajarkan hal itu tetapi juga menunjukkannya di dalam kehidupanNya dengan ketaatan kepada Bapa bahkan sampai mati di kayu salib. Dialah kebenaran yang dicari-cari oleh semua manusia. Dialah kebenaran Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya kepadaNya.
Yesus sebagai hidup menunjukkan bahwa di dalam Dia ada hidup yang kekal. Melalui Dia, hidup yang kekal diberikan kepada setiap orang yang mau menerimaNya. Firman Tuhan berkata, “Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diriNya sendiri, demikian juga diberikanNya Anak mempunyai hidup dalam diriNya sendiri”(Yoh. 5:26). Oleh karena itu dengan penuh keyakinan Tuhan berkata bahwa “Aku adalah hidup”. Bahkan di dalam Kolose 1 : 17 Firman Tuhan mengajarkan bahwa segala sesuatu ada di dalam Dia (KJV : by him all things consist).  Yesuslah penopang dari segala sesuatu yang ada di dunia ini. Di luar Dia tidak ada yang akan mampu bertahan dan hidup. Jikalau tidak ada Dia, tidak ada jugalah segala sesuatu di dunia yang adalah ciptaanNya sendiri.
Jadi dengan pernyataan di pasal 14 : 6 ini, Tuhan  menjamin hidup yang kekal melalui diriNya. Namun dari tiga pernyataan Tuhan Yesus ini, terlihat seakan-akan bertentangan dengan peristiwa yang akan segera terjadi padaNya. David Santoso menerangkan hal ini: Pada waktu Ia sedang menghadapi jalan buntu yaitu jalan ke salib, Ia mengatakan ‘Akulah jalan’; pada waktu Ia sebentar akan dituduh dengan segala macam tuduhan yang tidak benar dan palsu, Ia mengatakan : ‘Akulah kebenaran’; pada waktu sebentar Ia akan berhadapan dengan maut, Ia mengatakan : ‘Akulah hidup’[4]. Akan tetapi setelah mengalami itu semua dan bangkit dari kematian, Dia membuktikan kebenaran dari pernyataanNya itu. Dia menunjukkan jalan kepada Allah melalui jalan penderitaan yang dilaluiNya dan menunjukkan kemenanganNya melalui kebangkitanNya.

G.    Yoh. 15 : 1, 5
Pernyataan Yesus yang terakhir dalam Kitab Yohanes dengan memakai titel ialah tentang pokok anggur. Yesus berkata, “Akulah pokok anggur yang benar”( εγω ειμι η αμπελος η αληθινη). Tuhan memakai kiasan ini untuk mengkontraskannya dengan Israel sebagai pokok anggur yang tidak berbuah dan mengalami kegagalan (Yer. 2:21; Yes. 5:1-7, Yeh. 15:1-8, dll). Israel sebagai hamba Tuhan tidak dapat menunjukkan kehidupan yang baik dan benar serta membawa bangsa-bangsa lain kepada kebenaran. Akan tetapi Tuhan Yesus tidak seperti itu. Dia adalah pokok anggur yang benar dan sejati. PengidentifikasianNya sebagai yang benar (alethinos), membedakanNya dengan sesuatu yang kelihatan benar tetapi sebenarnya palsu.
Penggunaan kiasan ini juga menunjukkan hubungan Yesus dengan Bapa serta hubunganNya dengan murid-muridNya. Bapa disebut sebagai “Pengusaha”, dan murid-muridNya disebut sebagai “ranting-ranting” dari pokok anggur itu. Bapa sebagai pengusaha memiliki tanggung-jawab untuk mengurus pokok anggur itu supaya dapat berbuah melalui ranting-rantingnya. Murid-murid diharapkan oleh Bapa untuk menghasilkan buah. David Santoso mengatakan bahwa buah ini dapat berupa buah pertobatan, buah Roh Kudus, atau buah penginjilan yakni jiwa-jiwa baru yang dibawa kepada Tuhan.[5] Ranting-ranting yang tidak menghasilkan buah akan diangkat atau diambil (Yunani : αιρει) oleh Bapa dan setiap ranting yang berbuah akan dibersihkan/dipangkas (Yunani : καθαιρει) supaya lebih banyak berbuah.
Untuk menghasilkan buah, pada intinya ranting-ranting harus tetap melekat pada pokok anggur itu. Murid-murid hanya dapat menghasilkan buah jikalau mereka tetap tinggal di dalam Tuhan. Yohanes menulis perkataan Tuhan ini, “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku” (15:4). Tentang hal ini, David Santoso mengatakan :
“Apabila kita tidak tinggal di dalam Dia, maka kita dikatakan :
1.       Tidak dapat berbuah (ay. 4)
2.       Tuhan tidak tinggal di dalam kita (ay. 4)
3.       Tidak dapat berbuat apa-apa (ay. 5)
4.       Kita akan dipotong dan dibuang (ay. 6)
5.       Doa kita tidak didengar oleh Tuhan (ay. 7)
6.       Allah Bapa tidak dipermuliakan (ay. 8)
7.       Kita bukan murid Tuhan yang sejati (ay. 8).”  hal. 100

Dari sini terlihat akibat-akibat yang sangat merugikan jikalau seorang murid tidak tetap tinggal di dalam Tuhan. Di antara para murid saat itu, Yudas terbukti sebagai seseorang yang tidak tetap tinggal di dalam Tuhan dan dia bukan merupakan ranting yang benar dari pokok anggur itu. Seseorang akan dikatakan sebagai murid yang sejati jika dia bertahan sampai pada akhirnya. Dan cara seorang murid untuk tetap tinggal di dalam Tuhan ialah : (1) By the knowledge of Him, (2) by faith in Him, (3) love to Him, and  (4) an interest in Him.[6]

 PENGGUNAAN “AKU ADALAH” TANPA TITEL 
A.    Yoh. 4:26
Konteks dari perkataan Tuhan Yesus di ayat ini ialah percakapanNya dengan seorang perempuan Samaria. Walaupun perempuan itu selalu berusaha mengelak, Tuhan Yesus selalu mengarahkan pembicaraan kepada hal-hal rohani. Sampai kepada ayat-24, Tuhan Yesus menjelaskan sesuatu yang sangat mendalam yakni penyembahan yang benar kepada Allah. Tuhan berkata, “Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran”. Respon perempuan Samaria itu menunjukkan keterbukaan hatinya terhadap pembicaraan itu. Di ayat-25 perempuan itu berkata, “Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitakan segala sesuatu kepada kami”.
Orang Samaria berbeda banyak hal dengan orang Yahudi. Khusus untuk Mesias, orang Yahudi menyamakanNya dengan jabatan raja, sedangkan orang Samaria menantikanNya sebagai seorang Nabi (Ul. 18:15-19) yang akan memberitakan segala sesuatu pada mereka. Melalui perkataannya, jelas terlihat bahwa perempuan Samaria itu pun sedang menanti-nantikan Mesias. Ada kerinduan dalam hatinya untuk menyembah Allah dengan cara yang benar yakni yang akan dijelaskan oleh Mesias yang sedang mereka nantikan. Melihat keterbukaan dan kerinduan dari perempuan ini, Tuhan Yesus tidak segan-segan mengatakan bahwa Dialah Mesias itu. Dialah yang sedang dinanti-nantikan oleh orang Yahudi, Samaria, bahkan semua manusia. “Kata Yesus kepadanya: "Akulah Dia, yang sedang berkata-kata dengan engkau. (εγω ειμι ο λαλων σοι)”.

B.     6:20
Konteks dari perkataan Tuhan Yesus di ayat ini ialah ketika Dia berjalan di atas air. Murid-murid sedang berada di atas perahu dan laut sedang bergelora karena angin kencang. Kitab-kitab Injil yang lain menjelaskan bahwa Yesus tidak bersama murid-murid karena Dia naik ke atas bukit seorang diri untuk berdoa sampai malam. Ketika murid-murid berada dua tiga mil (harfiah : dua puluh lima atau tiga puluh stadion) dari pantai, mereka melihat Tuhan Yesus berjalan diatas air. Respon yang ditunjukkan oleh mereka ialah ketakutan. Alasan mereka takut dijelaskan dalam Kitab-kitab Injil yang lain yakni mereka menyangka sedang melihat hantu. Jawaban yang diberikan oleh Tuhan meredakan ketakutan mereka. Tuhan berkata : “Aku ini, jangan takut! (εγω ειμι μη φοβεισθε)”

C.    8:24
Jikalau ditarik konteks dekatnya, penggunaan ungkapan “Akulah Dia (εγω ειμι)” oleh Tuhan Yesus di ayat 24 ini dapat menunjuk dan menegaskan perkataan Tuhan yang sama di ayat 12 yakni “Akulah terang dunia (εγω ειμι το φως του κοσμου). Akan tetapi di ayat 24 ini juga ada hal yang sangat penting yang sedang dijelaskan oleh Tuhan. Di ayat sebelumnya (23), Tuhan menjelaskan perbedaanNya dengan orang banyak yakni Dia datang dari atas (sorga) dan mereka berasal dari dunia ini. Setelah itu Tuhan melanjutkan dengan menjelaskan bahwa mereka akan mati dalam dosa-dosa mereka seperti yang dikatakanNya di ayat 21 bahwa mereka tidak dapat pergi ke sorga dan akan mati dalam dosa-dosa mereka. Di ayat 24 Tuhan memberi jawaban untuk masalah mereka ini. Tuhan berkata : “..... sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu”. Barangsiapa yang tidak percaya kepadaNya, akan mati dalam dosanya sendiri. Bagian ini dapat juga diartikan sebaliknya yaitu barangsiapa yang percaya kepadaNya tidak akan mati dalam dosanya.

D.    8:28
Ayat ini mempunyai konteks yang sama dengan perkataan “Akulah Dia” di pasal 8:24. Akan tetapi di bagian ini juga ada hal penting yang sedang dijelaskan oleh Tuhan. Dave Hagelberg memberikan komentarnya tentang ayat ini :
“Mereka akan meninggikan Dia; kata meninggikan disini memiliki dua arti. Mereka akan menyalibkan Dia, dan pada saat yang sama mereka akan menempatkan Dia di tempat yang paling tinggi, mulia, dan agung, karena disitu Dia menyatakan kasih yang sempurna.
Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa semua orang yang menyalibkan Dia akan percaya bahwa Dia melakukan kehendak Allah. Tampaknya ayat ini mempunyai dua arti. Pertama bahwa oleh karena salibNya, akan ada diantara mereka, orang-orang tertentu yang akan percaya. Bagi mereka yang tidak pernah percaya, harinya akan tiba, ketika mereka pun akan bertekuk lutut dan mengaku bahwa Dia yang telah mereka salibkan adalah Tuhan. Kedua, bahwa mereka hanya dapat memahami jawaban yang tepat untuk pertanyaan mereka (Siapakah Engkau?), jika mereka meninggikan (dengan arti menyanjung) Dia.”[7]

Dengan mengatakan bahwa “Akulah Dia”, Tuhan menegaskan tentang keilahianNya dan hal-hal yang akan terjadi padaNya yakni ditinggikan melalui pengorbananNya di atas kayu salib. Dan pada saat itu terjadi, orang-orang—walaupun hanya sebagian kecil—akan percaya kepadaNya.

E.     Yoh. 8 : 58
Konteks dari perkataan Tuhan Yesus di ayat ini ialah percakapanNya dengan orang banyak tentang keturunan Abraham. Di pasal 8 : 31-32 Tuhan menuntut orang-orang Yahudi yang percaya padaNya untuk tetap dalam firmanNya. Dengan tetap di dalam firman Tuhan, mereka akan mengetahui kebenaran. Dan kebenaran itu akan membebaskan dan memerdekakan mereka. Pernyataan ini membuat mereka kaget, lalu meresponi dengan pernyataan bahwa mereka adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi budak siapapun. Mereka menganggap bahwa mereka adalah anggota keluarga Allah melalui Abraham dan tidak perlu dimerdekakan karena mereka bukan budak. Tetapi jawaban Tuhan dengan tegas menyatakan bahwa setiap orang yang berbuat dosa—termasuk orang-orang itu—adalah hamba/budak dosa. Hanya melalui Dia sajalah mereka dapat dimerdekakan dari perbudakan dosa.
Setelah itu, Tuhan juga menjelaskan bahwa ada dari keturunan Abraham secara jasmani yang tidak berasal dari Allah. Mereka adalah orang-orang yang tidak mau mendengarkan firman Allah. Dan yang menjadi bapa mereka ialah Iblis (8:44). Dengan percakapan yang semakin memanas, Tuhan kembali menyinggung Abraham yang telah melihat “hariKu” dan bersukacita (8:56). Dave Hagelberg menjelaskan tentang hal ini, yakni ungkapan hariKu hanya dipakai disini dalam seluruh Alkitab. Ungkapan “Hari Tuhan” merujuk pada hari Kiamat. Jadi, tampaknya Yesus menyamakan diriNya dengan Allah dan menyatakan bahwa Dia adalah penggenapan pengharapan Abraham.[8]
Dengan pernyataan Tuhan itu, orang-orang banyak mulai menunjukkan kekesalan dan kemarahan. Mereka berkata : “UmurMu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham? (8:57)”. Tetapi dengan tegas Tuhan kembali menjawab mereka : “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada (αμην αμην λεγω υμιν πριν αβρααμ γενεσθαι εγω ειμι)”. Pernyataan Tuhan ini menunjuk kepada keberadaanNya yang mutlak. Dia telah ada sebelum Abraham—orang yang mereka agung-agungkan sebagai bapa mereka. Dan dengan penggunaan ungkapan εγω ειμι yang sedemikian jelas dan terbuka ini, Yesus menyatakan bahwa Dialah Jehovah, Allah umat Israel. Pernyataan ini tidak dapat mereka terima karena mereka mengganggap Yesus hanyalah manusia biasa. Oleh karena itu, mereka mengambil batu untuk melempari Yesus.

F.     13:13
Di ayat ini Tuhan tidak menggunakan bentuk εγω ειμι dalam perkataanNya melainkan hanya ειμι saja. Tuhan berkata : “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. (υμεις φωνειτε με ο διδασκαλος και ο κυριος και καλως λεγετε ειμι γαρ)”. Perkataan Tuhan ini membenarkan anggapan dan sebutan murid-murid tentang diriNya yakni sebagai Guru dan Tuhan. Istilah Tuhan (kurios) di sini menunjuk kepada sebutan seorang murid untuk menghormati gurunya dan juga menunjuk kepada keilahian Yesus yakni sebagai Tuhan. Sebagai Guru dan Tuhan, Yesus menunjukkan teladan kehidupan dan kerelaan untuk melayani yang lebih rendah daripadaNya. Oleh karena itu, Dia juga menuntut murid-murid untuk berlaku demikian yakni saling melayani satu dengan yang lainnya.

G.    Yoh. 13 : 19
Di ayat sebelumnya (18), Tuhan menyatakan bahwa ada dari murid-murid yang makan roti bersama-sama dengan Dia saat itu akan melakukan pengkhianatan. Hal ini menggenapi nubuatan yang tercatat di dalam Mazmur 41 : 10. Yudas sebagai salah seorang murid dan tentunya dekat dengan Tuhan, menggenapi nubuatan itu. Namun sebelum hal itu terjadi, Tuhan terlebih dahulu mengumumkannya kepada murid-muridNya. Tuhan berkata : “Aku mengatakannya kepadamu sekarang juga sebelum hal itu terjadi, supaya jika hal itu terjadi, kamu percaya, bahwa Akulah Diaεγω ειμι (19)”. Tuhan menyatakan bahwa Dialah yang menggenapi nubuatan di dalam kitab Mazmur itu. Selain itu, dengan pengumuman ini Tuhan menuntun murid-murid yang lain untuk tetap setia dan percaya kepadaNya.

H.    Yoh. 18 : 4-8
Perkataan-perkataan Tuhan Yesus di ayat-ayat ini terjadi ketika Dia sebentar lagi akan ditangkap untuk diadili. Pada waktu itu Yesus dan murid-muridNya sedang berada di dalam sebuah taman. Dan ketika Yudas beserta sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah datang, Yesus pergi keluar seorang diri untuk menghadapi mereka. Hal ini menunjukkan kerelaan dan keaktifanNya dalam bertindak untuk memberikan diriNya sebagai korban.
Ketika pasukan itu mengatakan bahwa mereka mencari Yesus dari Nazaret, Yesus menjawab dengan tegas, “Akulah Dia (εγω ειμι)”. Mendengar perkataan itu, mereka mundur dan jatuh ke tanah. Melihat reaksi pasukan itu, pernyataan Tuhan ini bukanlah hanya menunjuk kepada perkenalan identitasNya tetapi juga pernyataan keilahianNya. Dan dengan mengulang kembali pernyataan “Akulah Dia” terlihat kerelaan Yesus untuk menyerahkan diriNya. Dia memiliki kesempatan untuk melarikan diri tetapi Dia tidak melakukan hal itu.
   
 KESIMPULAN 
Dari penggunaan ungkapan “Aku adalah” yang dicatat oleh Yohanes, terlihat sangat jelas bahwa Tuhan Yesus menyamakan diriNya dengan Jehovah yang disembah oleh orang Israel. Tidak ada keraguan ketika Tuhan memakai ungkapan ini. Hal ini hanya dapat dilakukan oleh Tuhan sendiri yang mengetahui arti dan makna ungkapan itu. Dengan memakai ungkapan ini, Tuhan Yesus menyatakan eksistensiNya yang jelas seperti yang juga terlihat di dalam pemakaian nama Jehovah di PL yang menunjukkan eksistensi Tuhan dari kekal hingga kekal.
Selain itu, dengan memakai ungkapan ini di dalam perkataanNya, respon-respon yang berbeda ditunjukkan oleh pendengarnya. Respon yang ditunjukkan oleh kebanyakan orang Yahudi ialah menolakNya. Bahkan tindakan yang ekstrim yang dilakukan oleh mereka ialah berusaha membunuh Yesus. Yesus sebagai Tuhan tentunya tahu akan dampak dari perkataanNya itu. Akan tetapi, dengan pemakaianNya yang tanpa keraguan atas ungkapan ini, terlihat kesiapan Tuhan Yesus untuk ditolak oleh orang Israel.
Ditulis oleh : Meifel Kontra (GITS)




[1] David Iman Santoso. 2005. Theologi Yohanes : Intisari dan Aplikasinya. Malang : Literatur SAAT. h. 97.
[2] Dave Hagelberg. 2013. Tafsiran Injil Yohanes Pasal 6-12. Yogyakarta : ANDI. h. 56.
[3] Joseph S. Exell. The Biblical Illustrator : John 8 – 21 Vol. II. (Michigan : Baker Book House) h. 496.
[4] Op. Cit. h. 98-99.
[5] Ibid. h. 101.
[6] Op. Cit. h. 614.
[7] Op. Cit. h. 100.
[8] Ibid. h. 117.

1 komentar:

  1. Terima kasih..dan Puji Tuhan..saya bisa baca tulisan ini..sangat membangun iman dan memperluas pengetahuan

    BalasHapus